Kamis, 25 Juni 2015

Buku : Aksara Bali Dalam Usada


IDR 52800.00

SIZEPRICE (IDR)
14,5 x 20,5 cm52800.00
Quantity 
PRODUCT DETAILS
Penulis : Ngurah Nala
tebal : 246 hal
Deskripsi :
Om Swastiastu,
Di tengah zaman globalisasi seperti sekarang ini suda sepantasnya orang bertanya – tanya mengapa buku Aksara Bali dalam Usada ditulis, diterbitkan dan diedarkan. Apakah masih relevan? Dimana letak manfaat isi kitab ini? Bukankah ilmu kedokteran modern ditunjang pada saat ini? Mengapa kita bernostalgia harus kembali zaman silam? Kembali ke zaman mistik, anisme.
Terdapat banyak alasan untuk tidak agraris secara berangsur – angsur tanpa disadari telah kita lampaui. Abad industri di dunia modern sudah mulai memudar. Secara perlahan tetapi pasti era informasi dan komunikasi merasuki otak dan sumsum tulang belakang masyarakat sekarang ini. Masyarakat kita sudah sangat akrab dengan televisi, telepon genggam, komputer dengan internet, email, dan lainnya. Wartel, warung telepon bermunculan sampai ke desa – desa.
Berbagai makanan dan minuman cepat saji tidak hanya ditayangkan sebagai iklan setiap hari di media cetak dan elektronik, tetapi sudah merambah kehidupan secara nyata. Bepergian dari satu tempat ke tempat lainnya kilometer, bukan merupakan hambatan lagi. Pola hidup kita sudah berubah. Tidak terkecuali dalam dunia kedokteran. Pengobatan dan konsultasi jarak jauh, bukan dengan telepati,tetapi telemedisin, mempergunakan peralatan teknologi canggih dan modern sudah banyak dirintis oleh para dokter.
Layanan kesehatan mempergunakan superhighway dan multimedia sudah lama dipergunakan di berbagai rumah sakit terkenal dalam meningkatkan kualitas pelayanan bagi pasien. Operasi tanpa pembedahan bukan merupakan barang baru bagi masyarakat sekarang. Selain berbagai keuntungan, kemudahan, kecepatan, efisiensi yang didapat oleh masyarakat, besarnya dampak negatif yang ditimpulkan oleh zaman informasi dan komunikasi ini belum disadari sepenuhnya oleh masyarakat.
Kita semakin terikat dan amat tergantung pada alat komunikasi, sehingga sadar atau tidak terikat dan amat tergantung pada alat komunikasi, sehingga sadar atau tidak kita terpola menjadi bagian dari masyarakat informasi. Kekacauan pada informasi akan menimbulkan krisis dalam masyarakat informasi, sebagaimana halnya kelangkaan energi dalam zaman industri menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat industri, atau ketidakstabilan cuaca akan berdampak tidak menguntungkan bagi masyarakat agraris.
Selain itu, masyarakat kita belum siap untuk meloncat dari budaya agraris ke era informasi, transportasi dan komunikasi. Ada cultural gap, kesenjangan budaya. Budaya agraris masih melekat erat pada diri kita. Penghargaan terhadap waktu belum melekat. Dalam budaya agraris, kesepakatan untuk menanam padi misalnya sewaktu matahari terbit, tidaklah diterjemahkan pukul 6.00 pagi tepat.
Lebih atau kurang berapa met, bahkan dalam ukuran jam, bukanlah masalah besar bagi masyarakat agraris. Efek negatif yang ditimbulkan akibat keterlambatan atau perguluran waktu menanam padi ini sangatlah kecil. Berlainan halnya dengan budaya industri dan informasi. Keterlambatan adalah kerugian waktu, materi, dan modal. Dampaknya, menurunkan efisiensi dan mengurangi produktivitas kerja. Pukul 7.00 mesin beroperasi, maka seluruh karyawan harus siap pada pukul itu. Tidak ada tawar menawarkan waktu.
Apalagi dalam budaya Penghargaan terhadap waktu amat tinggi. Bagi mereka time is money. Waktu adalah uang, efisiensi dan produktivitas yang setinggi – tingginya harus dikejar. Akibat dari kebudayaan ini damapk yang tidak tampak (niskala) pada zaman informasi dan komunikasi sekarang ini adalah semakin banyak munculnya penyakit psikosomatik (sekala). Kegemukan, penyakit kardiovasikula seerti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, akan semakin menonjol karena kurangnya gerakan fisik. Berjalan kaki merupakan barangnya langka pada zaman ini.
Akibat pencemaran pada panca mahabhuta seperti udara (bayu), air (apah), tanah(pertiwi) yang semakin sempit dan sumpek, suhu (teja) yang semakin panas, akan memunculkan berbagai penyakit jalan napas, perut, pencernaan, ginjal, hati, repruduksi, penyakit kronik, kanker dan sebagaimana. Inilah yang disebut bhuta menjadi krodha.
Dampak transportasi dan komunikasi yang semakin canggi akan mendatangkan penyakit Aids/HIV, Sars, flu burung dan penyakit penulsar lainnya. Selain itu wabah yang ada di satu negara akan cepat sekali menyebar ke negara lain, akibat tersedia transportasi dan komunikasi yang semakin lancar.
Pada masa mendatang kualitas hidup akan merupakan salah satu kriteria utama untuk mengukur kemajuan suatu bangsa. Menurut Street (1995) ada tiga aspek kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan 1)perasaan sehat secara umum,2)kesehatan fisik,3)kesehatan psikososial.Di dalam Ayurweda dikatakan bahwa manusia harus swastya, mampu untuk hidup sehat dan berumur panjang. Sehat tetapi berumur pendek tidak dapat berkarma sesuai dharma, yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Sebaliknya, berumur panjang tidak disertai sehat, akan menjadi beban masyarakat. Keduanya tidak produktif. Kesehatan seyogyana dipahami sebagai kemampuan orang untuk melakukan apa yang ingin dilakukannya, dan mampu melakukan aktivitas yang ingin dilakukannya dalam kehidupan sehari – hari.
Dengan demikian kualitas hidup adalah kemampuan seseorang untuk menampilkan peran sosialnya yang utama dan yang diinginkannya. Seseorang dikatakan mempunyai kualitas hidup yang lebih tinggi, jikalau dia mampu berperanserta secara aktif dalam kehidupan komunitasnya dan berpartisipasi aktif dalam berbagai interaksi sosial. Di dalam zsman globalisasi, akan banyak sekali terjadi interaksi sosial, yang mungkin sekali di luar kemampunya. Keadaan inilah yang akan memunculkan brbagai dampak negatif, diantaranya timbul penyakit psikomatik.
Salah satu tujuan penulisan buku Aksara Bali dalam Usada ini tertutama untuk melestarikan kebudayaan Bali yang amat luhur. Disamping itu penyakit psikososial dan psikosomaik akan semakin banyak diidap oleh masyarakat kita, sehingga perlu dilakukan pengobatan khusus secara psikologis. Masyarakat Bali telah lama akrab terhadap aksara Bali dengan akasara sucinya, termasuk rerajahannya. Masalah yantra, tumbal dan pekakas atau jimat bukanlah hal baru bagi mereka. Inilah budaya mereka.
Berdasar pemikiran ini apa tidak layak kita menoleh ke belakang, melihat perbendaharaan zaman dahulu. Mungkin ditemukan celah, tertuma dalam metodenya, yang mendatangkan inspirasi tertentu bagi pengobat atau dunia kedokteran modern untuk menerapkannya dengan berbagai modifikasi dan variasi dalam usaha pencegahan, perawatan, rehabilitasi, resosialisasi dan memperpanjang umur pasiennya.
Buku ini hanyalah sebagai rintisan. Masih banyak kekurangannya. Salah satu adalah kurangnya buku atau lontar acuan, sehingga banyak masalah yang tidak mampu dibahas sampai tuntas. Berbagai saran yang membangun akan diterima dengan tulus hati, demi peningkatan derajat dan kualitas kesehatan masyarakat Bali pada kususnya dan masyarakat dunia pada umumnya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak, terutama kepada Penerbit Paramita Surabaya yang telah berkenan mencetak, menerbitkan dan mengedarkan buku ini. Kepada Drs. I Wayan Suka Yasa, MSi, sarjana sastra Bali dan dosen UNHI, serta teman lainnya yang telah berkenan memberikan berbagai masukan serta saran perbaikan sehingga buku ini menjadi seperti sekarang ini, penulis ucapkan terima kasih. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa menganugerahi kesehatan, umur panjang, kebijaksaan, kebijaksaan kecerdasaan dan kejernihan berpikir bagi kita semua.
Om Santih, Santih, Santih Om.
*[Harga belum termasuk ongkos kirim. Ongkos kirim minimal dihitung berdasarkan berat barang 1 kg, kami sarankan Anda memesan beberapa barang untuk menekan ongkos kirim]
sumber : http://www.iloveblue.net/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net