Jumat, 31 Juli 2015

Agama bukan Alat Manipulasi

KONON di negara-negara Barat banyak orang meninggalkan agama resmi yang diatur secara institusi formal. Pada mulanya harapan mereka agama dijadikan sumber kekuatan untuk melayani dan membina manusia menjadi manusia yang berkualitas. Dengan demikian mereka dapat membina hidup bahagia secara individu dan harmonis dalam kebersamaannya di masyarakat. Dalam kenyataannya banyak orang kecewa karena institusi agama itu dijadikan alat untuk menguasai dan memanipulasi manusia. 

Agama seharusnya dapat dijadikan kekuatan untuk memberikan kesejukan rohani kepada pemeluknya. Dengan kesejukan rohani itu manusia dapat menata hidupnya di dunia ini menjadi semakin baik dan lebih mulia. Meskipun banyak yang meninggalkan agama resmi, mereka tetap percaya pada Tuhan. Kepercayaannya kepada Tuhan itu secara individu dijadikan kekuatan untuk didayagunakan menopang hidupnya untuk berbuat nyata, saling menolong dengan sesama mengatasi berbagai persoalan hidup. 

Agama sebagai karunia Tuhan jangan dijadikan media untuk menguasai dan memanipulasi umat penganut. Oknum-oknum yang menguasai institusi agama itu janganlah bagaikan penguasa untuk menjadikan paradigmanya sendiri sebagai sesuatu yang paling benar. Lebih-lebih dalam ajaran Hindu menyediakan banyak pilihan untuk mengembangkan kepercayaan dan bhaktinya kepada Tuhan. Institusi agama hanya sebagai mediator dan fasilitator dalam kehidupan beragama. Agama sebagai sabda Tuhan memiliki dimensi yang tidak terbatas. Umat harus dijamin kemerdekaannya untuk menjangkau dimensi yang sangat luas dari sabda Tuhan itu sesuai dengan kemampuan masing-masing umat. Jangan ada oknum di jajaran institusi agama sepertinya lebih pintar dari Tuhan. Para pemimpin di institusi agama hendaknya memfasilitasi agar umat menemukan sendiri jalan yang paling pas bagi dirinya dalam pendakian spiritualnya. Pilihan umat mungkin saja ada yang berbeda dengan pilihan jalan spiritual pemimpin institusi agama yang bersangkutan. Dalam hal ini pimpinan institusi agama harus merasa bangga dan merasa berhasil karena telah mampu memfasilitasi umat menemukan sendiri jalan yang dianggap paling cocok dengan dirinya. 

Pilihan jalan spiritual yang ditempuh oleh pemimpin institusi agama jangan dipompakan kepada umat. Karena bukan itu fungsi institusi agama diadakan. Janganlah kehendak pemimpin itu direkayasa sebagai kehendak agama. Pemimpin agama itu hendaknya membeberkan secara jujur semua jalan spiritual yang ditunjukkan oleh kitab suci. Selanjutnya umat diberikan kemerdekaan untuk memilihnya. Janganlah menggunakan institusi agama untuk mereka yasa selera spiritual penguasa agar diikuti oleh umat tidak berdasarkan kemurnian hati nuraninya. Karena ada kalanya institusi agama dijadikan alat untuk membina pengikut agar oknum penguasa itu merasa punya banyak pengikut untuk melanggengkan kekuasaannya. Bagi mereka yang mengikuti selera penguasa itu akan mendapat berbagai fasilitas yang dikuasai oleh sang penguasa. Cara membina kehidupan beragama seperti itu dapat menghilangkan semangat umat untuk mendaya gunakan ajaran agamanya menemukan jalan hidup yang lapang menuju pantai bahagia. 

Kalau agama yang dianut tidak memberikan mereka jalan yang lapang maka agama akan dirasakan sebagai beban hidup yang memberatkan. Kalaupun mereka kelihatannya beragama namun hal itu dilakukan hanya untuk mendapatkan akses sosial semata. Institusi yang memiliki akses menangani kehidupan beragama, baik institusi pemerintah maupun yang nonpemerintah hendaknya jangan menjadikan institusi itu sebagai alat untuk menguasai umat agar beragama menurut kehendak pribadi pemegang institusi tersebut. Bahkan sebaliknya kehendak institusi itu adalah sebagai wujud dari kehendak umat. Dalam kitab Arthasastra dinyatakan bahwa kehendak rakyatlah hendaknya menjadi kehendak pemimpin. Hal ini wajib dilakukan untuk tetap menjaga agar jangan umat meninggalkan agama resmi yang diatur secara institusional formal. 

Umat jangan dibuat takut karena kekuasaan institusi. Karena pada hakekatnya institusi agama itulah sebagai alat untuk melayani umat mewujudkan aspirasi spiritualnya dalam kehidupan ini. Meskipun umat tetap berada dalam koridor institusi agama, institusi agama itu bukan sebagai penghalang bagi umat, bahkan justru sebagai alat untuk melindungi kemerdekaannya beragama. Sesuatu yang didapatkan karena pilihan sendiri jauh lebih dapat memberikan kebahagiaan dari pada disuapi oleh orang lain. Lebih-lebih menyangkut masalah kerohanian yang tentunya sangat sulit untuk diseragamkan. 

  
sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net