Selasa, 04 Agustus 2015

Berani Menyatakan yang Salah Itu Salah

TIAP tahun umat Hindu dua kali merayakan kemenangan Dharma melawan Adharma. Umat Hindu di Indonesia merayakannya dengan hari raya Galungan dan Kuningan. Umat Hindu di India juga merayakan kemenangan Dharma melawan Adharma dua kali setahun dengan hari raya Vijaya Dasami. Perayaannya berlangsung setiap April (Waisaka) dan Oktober (Kartika). 

Kata Galungan atau Dungulan dalam bahasa Jawa Kuna sama artinya dengan kata Vijaya dalam bahasa Sansekerta. Maksudnya sama-sama mengingatkan umat manusia agar selalu berusaha memenangkan Dharma. Di Bali menangnya Dharma diilustrasikan dengan menangnya Dewa Indra melawan Maya Danawa. Di India menangnya Sri Rama melawan Rawana dan menangnya Dewi Durgha mengalahkan Raksasa Durgha yang bersembunyi di hati lembu Mahisasura. 

Dalam tataran perayaan, hari raya itu selalu dilangsungkan dengan kegembiraan, keindahan dan kemeriahan. Di Bali saat Galungan dan Kuningan umat melangsungkan ritual dengan banten-nya yang indah sebagai simbol yang penuh dengan makna. Juga disertai dengan pesta-pesta yang membuat hati gembira. Puncak kemenangan itu dilukiskan saat hari Kuningan dengan mengaturkan tebog/selanggi, ter, tamiang, kolem dan endong. Semuanya itu simbol anugerah Tuhan tanda kemenangan Dharma berupa rasa aman atau rasa terlindungi yang dilukiskan dalam sampian tamiang dan ter. Sedangkan sampian endong dan kolem melukiskan anugerah Tuhan berupa kemakmuran ekonomi. Jadinya ciri Dharma itu menang adalah adanya rasa aman dan sejahtera dalam masyarakat. 

Demikian juga di India, pada hari kesepuluh perayaan Vijaya Dasami juga sangat meriah. Umat ramai-ramai membeli panah-panahan dan arca atau gambar Ganesha dan Laksmi sebagai sarana pemujaan saat Vijaya Dasami. Panah dan Arca Ganesha adalah lambang anugerah Tuhan berupa perlindungan (raksanam) dan kebijaksanaan. Ganesha adalah Dewa Wighna-ghna, artinya Dewa yang melindungi manusia dari halangan hidup. Ganesha adalah Dewa Winayaka, artinya Dewa yang menganugerahkan manusia kebijaksanaan. Bijaksana adalah ciri hidup yang mulia. Hampir setiap keluarga Hindu di India memuat upacara pemujaan Ganesha dan Laksmi saat hari kesepuluh perayaan Vijaya Dasami. 

Dagang arca dan gambar Ganesha dan Laksmi maupun panah-panahan sangat laris seperti larisnya canang di Bali saat ada hari raya Hindu. Sebelum Vijaya Dasami dirayakan didahului dengan melakukan Nawa Ratri yaitu selama sembilan malam memuja Dewi. Tiga hari memuja Dewi Durgha, tiga hari memuja Dewi Saraswati dan tiga hari memuja Dewi Laksmi. Dewi itu lambang saktinya Tuhan yang memberikan manusia kekuatan melakukan Dharma. Perayaan memenangkan Dharma selalu kita lakukan dengan meriah. Tetapi dalam kemeriahan perayaan menangnya Dharma itu justru dalam kehidupan sehari-hari ternyata kebenaran itu terabaikan. Karena kesalahan demi kesalahan tidak berani kita nyatakan salah karena pertimbangan keuntungan material. Menyatakan yang salah itu salah dalam hidup sehari-hari dengan tujuan untuk perbaikan. 

Perbuatan merugikan orang lain seperti menjual barang palsu, menyalahgunakan kewenangan, tidak adil dan mementingkan diri sendiri. Hal itulah yang membuat kebenaran tidak pernah tegak. Menjual barang palsu memang banyak memberikan keuntungan untuk diri sendiri dan merugikan orang lain. Bahkan, sampai ada obat palsu di pasaran. Yang menyangkut nyawa manusia sampai hati memalsunya. Betapa terpuruknya Dharma dalam diri manusia tersebut. Menyalahgunakan wewenang. Hal ini banyak sekali memberikan keuntungan bagi mereka yang memiliki wewenang dan merugikan rakyat banyak. 

Pengusaha yang mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya dengan mengabaikan nasib karyawan, pajak dan lingkungan. Oknum pejabat yang menggunakan hak anggaran untuk mengalirkan anggarannya kepada kelompok para penyanjungnya. Tetapi sebaliknya sangat pelit kepada mereka yang berani menyatakan yang salah itu salah dan yang benar itu benar, apalagi yang berani mengritik secara tegas. Padahal, tidak akan ada kemajuan tanpa kritik. Kritik yang membawa kemajuan adalah kritik yang disampaikan dengan cara ilmiah. Ada rumusan masalah yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmu. Demikian juga ada berbagai alternatif solusi untuk mengatasi berbagai masalah yang berhasil dirumuskan. Jadinya para pengeritik pun perlu dikritik. 

Masyarakat akan maju dan Dharma akan menang kalau dalam dinamika sosial itu ada ruang atau kesempatan hidup bagi mereka yang berani menyampaikan kritik sehatnya. Keberanian menyatakan yang salah itu salah adalah suatu Yadnya. Apalagi menyangkut urusan masyarakat, bangsa, agama dan negara itu adalah sangat mulia, tentunya disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar. Dengan proses kritik yang sehat itu berbagai kesalahan akan dapat diatasi. Setiap aspek kehidupan tentunya ada norma dan realitanya. Realita yang jauh dari norma itulah yang diupayakan agar kembali menuju norma idealnya. Kalau makin banyak realita dapat dikembalikan pada normanya, Dharma pun tegak. 

  
sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net