Kamis, 06 Agustus 2015

Berpolitik Berlandaskan Spiritual

POLITIK tanpa prinsip akan menimbulkan dosa sosial. Demikian pandangan Mahatma Gandhi mengenai tujuh dosa sosial yang akan timbul kalau sesuatu itu tidak berjalan normatif. Prinsip politik adalah dedikasi atau pengabdian pada kebenaran dan keadilan untuk melindungi mereka yang lemah. Dalam perjalanan zaman politik semakin bergeser dari politik sebagai lapangan pengabdian menjadi politik sebagai lapangan mata pencaharian. 

Sesungguhnya sudah terlalu banyak pengalaman sejarah yang dialami oleh manusia tentang dosa politik yang tanpa prinsip. Politik tidak saja dijadikan lapangan mata pencarian tetapi sudah semakin menjadi lapangan berebut kekayaan tanpa kebenaran dan keadilan. Semakin banyak politisi terjun ke dalam gelanggang politik bukan untuk memperjuangkan gagasan-gagasan memajukan kehidupan bersama dalam suatu negara. Dalam kehidupan bersama dalam suatu wadah negara kehidupan politik yang normatif sangat dibutuhkan. Tanpa politik yang normatif dapat dipastikan kehidupan bersama itu akan menjadi sumber penderitaan sosial. 

Dalam menghadapi dinamika politik yang semakin panas ini diperlukan keterpanggilan semua pihak. Marilah kita bertanya kepada hati nurani masing-masing bahwa politik itu sangat penting dijaga kemurniannya. Suara hati nurani perlu digerakkan dengan meningkatkan pencerahan spiritualitas diri. Akan menjadi sangat terpuji kalau setiap parpol menyiapkan kematangan rohani kader-kadernya sebelum diterjunkan ke kancah politik praktis. 

Tampaknya parpol belum ada yang demikian serius meningkatkan spiritualitas kader-kader dan masyarakat pendukungnya. Kalaupun ada, itu tidak dilakukan dengan rencana yang matang. Bagaimana para kader dipersiapkan untuk tidak mudah terbuai kalau ada pujian pada diri atau partainya. Demikian pula tidak mudah terbakar emosinya kalau ada yang mencela atau merendahkan diri atau partainya. Kader parpol harus benar-benar diberikan wawasan kerohanian dalam menghadapi berbagai suka dan duka. 

Bhagawad Gita II.15 menyatakan: Sama duhkhasukham dhiram. Artinya, Seimbang dan teguhlah menghadapi duka dan suka. Terjun dalam bidang kehidupan apa saja sudah dapat dipastikan akan ada suka dan dukanya. Karena itu dalam ilmu Manajemen ada istilah calculate risk. Artinya memperhitungkan segala risiko, terutama risiko yang terburuk. 

Demikian juga halnya dengan dinamika berpolitik. Kalau yang dibayangkan hanya yang enaknya saja, dapat dipastikan akan menimbulkan kekecewaan. Kalau politisi tersebut berhasil merebut pengaruh dan terus mendapatkan jabatan, maka jabatannya itu akan dipakai untuk mengejar fasilitas hidup yang enak. Rakyat yang memilihnya pasti kecewa. Karena kerja mengurus kepentingan rakyat berdasarkan kebenaran banyak tidak enaknya tetapi mulia. Kalau hidup enak sebagai target perjuangan politiknya maka rakyatlah yang akan kecewa. Kalau politisi itu gagal ia sendiri yang akan kecewa. Kekecewaan politisi itu dapat menimbulkan akibat yang lebih parah lagi kalau dilampiaskan keluar dirinya. 

Para kader parpol harus dilatih moral dan mentalnya untuk menghadapi sukses dan gagal dalam kehidupan berpolitik. Keduanya itu sama-sama ada risikonya. Kalau sukses mencapai hegemoni dan dominasi, sebagai kelanjutannya adalah dedikasi. Kemenangan berhegemoni dan domonasi baru tahap awal. Tanpa dilanjutkan dengan berdedikasi berarti kemenangan itu batal. 

Kader harus memiliki sikap mental yang tahan banting. Kader yang tahan banting tentunya tidak sama dengan kader yang tebal telinga bahkan cenderung tuli. Berbagai keluhan dan aspirasi rakyat berhenti hanya ditampung belaka. Tidak ditindak lanjuti dalam perjuangan. Itu namanya kader tuli. Bagi politisi yang berpolitik, memiliki prinsip politik yang normatif, suka dan duka itu tidak menyebabkan ia jatuh bangun menghadapi dinamika politik. Karena itu berpolitik harus dilandasi dengan kesadaran spiritual yang kuat sebelum terjun ke dunia politik. Kalau kesadaran spiritual sebagai landasan berpolitik maka orang akan mempersiapkan diri secara matang, baik fisik, material, moral, mental dan hubungan sosial. 

Rusaknya citra perpolitikan bangsa karena banyaknya politisi amatiran yang terjun berpolitik. Para pimpinan parpol seharsnya mengambil tanggung jawab dalam mempersiapkan kader-kader dan para anggota partainya secara profesional juga. Sangatlah janggal kalau parpol hanya menyiapkan kadernya dekat-dekat pemilu seperti yang terjadi dewasa ini. Parpol seharusnya menyiapkan kadernya dengan membentuk lembaga yang khusus untuk menyiapkan kader dengan rencana yang matang. Rencana yang matang adalah rencana yang diproses melalui kajian-kajian ilmiah dari para ahli dan praktisi. Hal ini tentunya tidak bisa dipersiapkan hanya setahun dua tahun saja. Penggemblengan kader harus dilakukan secara terus-menerus secara profesional. Kalau memang belum siap sebaiknya secara ksatria menyatakan tidak ikut pemilu saat ini, tetapi dengan mantap menyatakan diri akan maju dalam pemilu yang akan datang bahkan dua pemilu lagi. Mengenal politik janganlah dengan sikap amatiran. Persoalan politik adalah persoalan serius menyangkut nasib bangsa. 

sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net