Senin, 17 Agustus 2015

Ngusaba Bersinergi Membangun Hidup Sejahtera

Nuu no raasva sahasravat
toka vat pustimad vasu.
dyumad agne suviryam
varsistham anupaksitam.
(Rgveda.III.13.7) 

Maksudnya:
Ya Tuhan Agni, limpahkanlah kemakmuran kepada kami. Limpahkanlah dengan anak cucu yang sehat, penuh semangat kerja, bersinar, terus menerus maju dan tidak pernah menyusut. 

MAKNA Mantra Rgveda ini dapat memberikan dorongan bahwa hidup sejahtera tidak akan datang dengan sendirinya tanpa kerja yang selalu bersemangat. Maju terus-menerus memadukan berbagai potensi secara sistematis yang bersinergi dengan sinar suci Tuhan. Dengan bersinergi akan dapat mewujudkan hidup bersama yang sejahtera lahir batin. Untuk menjaga hidup yang selalu bersemangat membangun sinergi yang sistimatis perlu diingatkan kepada setiap umat manusia di dunia ini. 

Salah satu cara mengingatkan atau orang Hindu di Bali menyatakan dengan mapawungu adalah dengan upacara yadnya yang sakral. Upacara dalam agama Hindu merupakan kemasan susila dan tattwa agama Hindu untuk ditanamkan ke dalam lubuk hati sanubari umat untuk menuntun hidupnya menuju hari depan yang lebih baik menurut ajaran Hindu. 

Salah satu upacara agama Hindu itu adalah upacara Ngusaba. Kata Ngusaba berasal dari kata Sabha. Dalam bahasa Sansekerta kata Sabhaa artinya bertemu atau berkumpul. Kata Sabhaa inilah yang telah mewarga ke dalam bahasa Kawi dan bahasa Bali. Dengan demikian upacara Ngusaba ini adalah prosesi ritual untuk mengingatkan umat manusia agar terus- menerus mempertemukan secara sinergi berbagai unsur untuk membangun potensi membenahi sumber-sumber kehidupan yang diciptakan oleh Tuhan. 

Sumber kehidupan itu ada berupa alam dan budaya spiritual. Di Pura Besakih ada banyak upacara agama Hindu yang disebut upacara Ngusaba. Seperti Ngusaba Siram di Pura Batu Madeg tempat memuja Batara Wisnu. Ngusaba Siram ini dilakukan Sasih Kalima pada penanggal ganjil dengan Triwaranya nemu Kajeng. Ini mengingatkan umat Hindu untuk memperhatikan nasib air. 

Ngusaba Paneman setiap Sasih Kaenem Penanggal ganjil nemu Kajeng dilakukan di Pura Bangun Sakti. Di Pura Bangun Sakti tempat memuja Tuhan sebagai Dewa Bumi yang disebut Batara Ananta Bhoga. Hal ini mengingatkan umat manusia agar selalu memelihara bumi ini dengan penuh tanggung jawab dan penuh kesadaran 

. Di Pura Dalem Puri ada Ngusaba Gede pada Sasih Kapitu Penanggal ganjil dengan Tri Wara nemu Kajeng. Tiga hari sebelum Ngasaba Gede di Dalem Puri ada upacara Petabuhan Usaba di Pura Ulun Kulkul. Tiga hari setelah upacara Ngusaba Gede di Pura Dalem Puri diadakan upacara Ngusaba Nyungsung di Pura Kiduling Kreteg tempat pemujaan Batara Brahma. 

Tiga hari setelah Ngusaba Nyungsung di Kiduling Kreteg dilaksanakan Ngusaba Buluh di Pura Banua untuk mengingatkan kita menjaga tumbuh-tumbuhan yang beruas seperti bambu dan lain-lain. Di Pura Banua ini pada hari Purnamaning Sasih Kapitu dilakukan upacara Ngusaba Ngeed untuk mengingatkan atas bertemunya Batari Sri yang dipuja di Pura Banua dengan Ida Batara Rambut Sedhana di Penataran Agung. 

Di tingkat desa ada dikenal adanya Ngusaba Nini, Ngusaba Desa ada juga disebut Ngusaba Dangsil atau Ngusaba Gede. Menurut Lontar Widhi Sastra, Ngusaba Nini bertujuan untuk negtegang toya. Sedangkan Ngusaba Desa bertujuan untuk negtegang bhumi. Lontar Usana Dewa menyatakan, upacara Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini seyogianya dilakukan bersamaan kalau kena gumi kemalaan, manusia banyak melakukan dosa, penyakit merajalela, pemerintahan kacau-balau, dan banyak orang bunuh diri. 

Sementara dalam Lontar Dewa Tattwa dinyatakan, tujuan Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini diselenggarakan secara bersamaan untuk kesuburan pertanian, tegaknya pemerintahan dan damainya dunia. Upacara Ngusaba ini memiliki tujuan yang sangat universal namun diwujudkan dalam kemasan yang sangat lokal. 

Upacara Ngusaba adalah proses untuk mengingatkan umat manusia secara ritual keagamaan. Kalau peringatan itu berhenti dalam wujud ritual keagamaan, maka nilai-nilai filosofi yang dipesankan dalam upacara Ngusaba itu akan tidak nampak maknanya dalam kehidupan. Yang penting upacara Ngusaba tersebut dapat memberikan kita kekuatan spiritual untuk melakukan nilai-nilai filosofis Ngusaba tersebut. Seperti memelihara tegaknya kelestarian dan fungsi unsur-unsur Panca Maha Bhuta. Tegaknya sistem pemerintahan sebagai sentral pelayanan kepada masyarakat dengan penuh dedikasi membangun hidup bersama yang sejahtera. Tegaknya hati nurani dalam memelihara kebenaran untuk menghindari prilaku yang penuh dosa. * I Ketut Gobyah 

  
sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net