Senin, 31 Agustus 2015

Siwaratri Malam Kesadaran

Omkaaraam hrdaye sthaapya
Tattarliine siwaatmakam
Omkaarah samdhrto yasmad.
Dhaaranam vai nigadyate.
(Wrehaspati Tattwa.57) 

Maksudnya:
Ada Omkara Sabda namanya, tempatnya dalam hati, itulah supaya ditahan kuat-kuat. Bila ia sepi tak terdengar lagi waktu melaksanakan Yoga, itulah Siwaatma namanya. Pada saat yang demikian Batara Siwa berbadan sunia. Yang demikian itulah Dharana Yoga namanya. 


SIWARATRI artinya malam Siwa. Malam adalah lambang kegelapan hati. Setiap bulan menurut perhitungan tahun Chandra ada malam tergelap yang disebut Tilem atau bulan mati. Setiap tahun ada dua belas kali malam tergelap atau Tilem. Di antara dua belas malam tergelap itu yang paling gelap adalah malam Tilem Kapitu. Sesungguhnya setiap hari Tilem umat semestinya melakukan Brata Siwaratri. Selanjutnya setiap tahun, saat Tilem Sasih Kapitu sebagai Tilem tergelap melakukan Brata Maha Siwaratri. 

Dewa Siwa dalam kitab-kitab Purana adalah manifestasi Tuhan dalam fungsinya menuntun umat manusia untuk menguasai Guna Thamas. Memuja Tuhan sebagai Dewa Siwa bukan berarti memuja Guna Thamas. Justru Dewa Siwa sebagai manifestasi Tuhan yang dapat memberikan kekuatan untuk menguasai Guna Thamas bagi umat manusia yang memuja-Nya. 

Guna Thamas itu adalah guna yang dapat menimbulkan kegelapan hati nurani. Namun, kalau Guna Thamas itu dapat dikuasai dengan menguatkan Guna Sattwam dan Guna Rajas, orang pun akan mencapai sorga. Demikian dinyatakan dalam Wrehaspati Tattwa. 21. Kalau Guna Sattwam dan Guna Rajas yang kuat dalam diri seseorang maka orang yang demikian itulah yang disebut orang yang Jagra. 

Jagra artinya kesadaran rohani. Kesadaran rohani ini sebagai tujuan utama orang memuja Batara Siwa saat merayakan Siwaratri maupun Maha Siwaratri. Dengan kuatnya kesadaran rohani itu orang pun akan dapat menghindar dari perbuatan dosa kesadaran rohani. Itu adalah suatu puncak dari upaya yoga membangunkan kekuatan Siwatman dalam diri seseorang. Bagaimana caranya membangunkan kekuatan Siwatman dalam diri? Hal itulah yang dinyatakan dalam Wrehaspati Tattwa. 57 pada kutipan di atas. Merayakan Siwaratri itu sesungguhnya membangun kekuatan Omkarasabda yang bersemayam dalam diri. Kalau upaya melakukan Brata Siwaratri seperti Jagra, Upawasa dan Mona, maka Omkarasabda yang bersemayam dalam hati itu akan dapat menyepikan suara hawa nafsu. Terkuasainya ''suara wisaya'' atau suaranya hawa nafsu itu sebagai ciri Batara Siwa telah meresap di Bhuwana Alit. Untuk mencapai keadaan seperti itu dengan melakukan yoga. Yoga menurut kitab Yoga Sutra Patanjali adalah mengendalikan citra atau pikiran dalam alam pikiran (Yogascitta rtti nirodah). Demikian dinyatakan dalam Yoga Sutra I.1. 

Merayakan Maha Siwaratri pada hakikatnya melakukan yoga dalam wujud Jagra, Upawasa dan Mona. Jagra bukan berarti melek tidak tidur secara fisik. Jagra adalah melatih diri agar selalu sadar. Ciri orang sadar dapat membeda-bedakan mana yang patut dilakukan dan mana yang tidak patut dilakukan. Mana yang salah dan mana yang benar. Mana yang lebih penting dan mana yang kurang penting dst. Orang sadar selalu berbuat dengan penuh perhitungan agar jangan sampai merugikan orang lain dan diri sendiri berlandaskan kebenaran. 

Perayaan Siwaratri hendaknya menghindari perayaan yang bersifat formal dengan hanya melek semalam suntuk secara fisik, tetapi membiarkan rohaninya dikotori dengan ngelantur ke mana-mana ditarik oleh gaya hidup hedonistis. Demikian juga melakukan Upawasa. Upawasa dalam kitab Purana artinya kembali suci. Upawasa tidak sama dengan kelaparan. Upawasa maksudnya jangan makan makanan yang tak didapat berdasarkan Dharma. 

Upawasa saat melakukan Siwaratri untuk menempa diri agar jangan mencari makan sembarangan. Seperti dengan korupsi, berbohong, melalui cara yang tidak adil merugikan orang lain. Mencari makan dengan menghalalkan segala cara akan dapat merugikan orang lain, bahkan negara dan mengotori jiwa sendiri. Jadi Upawasa itu bukan sekadar berlapar-lapar secara formal saat Siwaratri. Demikian juga Mona bukan hanya sekadar berdiam diri tidak ngomong. Artinya, Mona adalah sebagai proses melatih diri agar jangan ngomong sembarangan. Karena omongan yang dikeluarkan sembarangan tanpa berdasarkan kebenaran risikonya sangatlah tinggi. Mona adalah Brata Siwaratri untuk menuntun umat agar setiap ngomong didahului oleh suatu perhitungan tentang akibat yang akan ditimbulkan oleh omongan yang kita keluarkan. 

* I Ketut Gobyah 
sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net