Minggu, 16 Agustus 2015

Sucikan Ucapan dengan Kidung

Anudvegakaram vaakyam
Satyam priyahitam ca yat.
Svaadhyaayaabhyasanam cai'va.
Vaammayam tapa ucyate.
(Bhagawad Gita XVII.15) 

Artinya:
Ucapan kata-kata yang tidak menyakitkan hati, bebas dari hinaan yang mengandung kebenaran, menyenangkan dan berfaedah, mengucapkan Weda dengan teratur. Ini dikatakan Tapa dari ucapan. 

SALAH satu cara untuk menanamkan nilai-nilai suci Weda ke dalam lubuk hati sanubari dengan cara menyanyikannya dengan penuh keyakinan. Dengan mengucapkan mantra Weda itu hati nurani dapat digetarkan oleh kesucian mantra Weda tersebut. Lebih-lebih pengucapan itu dilakukan dengan suara yang indah serta dengan penghayatan yang khusyuk. Hal itu akan dapat memberi vibrasi kesucian pada seluruh jiwa raga. Dari kegiatan itu lidah tidak mengucapkan kata-kata yang tidak baik dan tidak benar. 

Dalam Sarsamuscaya 75 disebutkan agar empat hal tidak muncul dari lidah yaitu Ujar Ahala yaitu kata-kata jahat. Ujar Pisuna artinya kata-kata yang mengandung fitnah. Ujar Mithyaa artinya kata-kata bohong, dan Ujar Apergas artinya kata-kata kasar. Jadi menerapkan mantra Weda itu dengan nyanyian suci yang disebut gita dalam bahasa Sansekerta dan kidung dalam bahasa Jawa Kuna. 

Istilah kidung akhirnya mewarga ke dalam khazanah bahasa dan budaya Bali. Kumpulan mantra Weda ada yang disebut Rgveda. Rg artinya nyanyian suci. Mantra-Mantra Rg Veda yang dinyanyikan serta diberikan melodi disebut Samaveda. Sedangkan yang dijadikan dasar melangsungkan upacara yadnya disebut Yajurveda. Oleh karena itu, Rgveda, Samaveda dan Yajurveda disebut Tri Veda. 

Mantra Weda tergolong Prabhu Samhita artinya kumpulan mantra yang penuh wibawa, sehingga masyarakat awam tidak mudah untuk merapalkan. Oleh karena itu, nilai-nilai suci Weda itu dijabarkan lebih mudah ke dalam Purana yang disebut Suhrita Samhita. Suhrita artinya kumpulan yang lebih ramah. Demikian pula untuk dapat menyerap nilai-nilai suci Weda itu direkonstruksi ke dalam nyanyian-nyanyian suci dalam bahasa setempat, sehingga nilai suci itu lebih mudah menghayatinya. 

Memuja Tuhan dengan nyanyian suci Bhagawad Gita disebut Bhajan. Oleh karena itu, dalam Bhagawad Gita ada beberapa sloka yang menyebutkan istilah Bhajan. Sementara dalam beberapa sumber sastra Hindu yang lainnya juga disebut dengan istilah Khirtan. Di Jawa dan Bali nyanyian suci itu disebut Kidung. Umat Hindu di Kaharingan menyebutnya dengan istilah Kandayu, dll. 

Nilai-nilai suci Weda dapat dikidungkan dengan bahasa yang sudah populer di daerah di mana ajaran Hindu itu diamalkan. Meskipun demikian, di tiap daerah mempunyai sistem budaya tersendiri. Oleh karena itu, kidung itu dituangkan dengan mengikuti sistem budaya setempat, sehingga kidung itu tetap disakralkan sesuai dengan kondisi budaya setempat. Meskipun demikian, sangat diperlukan suatu upaya ke depan agar umat Hindu memiliki kidung yang berskala nasional Indonesia. Bahkan, kalau mungkin memiliki kidung yang berskala internasional. 

Event Utsawa Dharma Gita yang sudah sering diselenggarakan hendaknya mengarahkan terbentuknya kidung nasional, bahkan internasional dengan tetap memelihara dan mengembangkan kidung-kidung daerah. Dengan demikian akan dapat menampung mobilitas umat yang dalam era globalisasi ini sudah mencapai tingkat nasional dan internasional. Kalau umat Hindu Bali ke Jawa tidak merasa canggung dengan budaya Hindu di Jawa. Demikian juga kalau umat Hindu dari kelompok Kaharingan datang ke Bali ia dapat juga ikut aktif dalam budaya Hindu di Bali. Demikian juga kalau umat Hindu Indonesia datang ke negara lain ia bisa berbaur dengan budaya Hindu di negara di mana mereka berada. 

Pada tingkat substansi kidung ini tidak berfungsi sebagai seni untuk membangun kekuatan spiritual semata, tetapi juga dapat menjadi media untuk meningkatkan keakraban sosial sesama umat Hindu yang ada di seluruh dunia ini. Masyarakat kidung ini adalah masalah yang menyangkut aspek yang luas seperti cita, rasa dan karsa, makanya tidak perlu gagasan ini ditanggapi dengan cara yang tergesa-gesa, menerima atau menolaknya. 

Pertemuan antardaerah dan suku atau kelompok lainnya sesama umat Hindu perlu lebih sering dilakukan. Pertemuan menyangkut masalah kidung ini perlu dihadirkan para pakar dalam seni kidung ini. Penelitian dan eksperimen-eksperimen sangat diperlukan dalam membina dan mengembangkan kidung sebagai gita atau nyanyian suci memuja Tuhan untuk membangun kekuatan rohani umat Hindu dalam meningkatkan kualitas perilaku dan daya tahan mentalnya menghadapi kehidupan yang makin dinamis ini. 

* I Ketut Gobyah 
sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net