Minggu, 25 Oktober 2015

Kendalikan Emosi dengan Ilmu dan Kebenaran

Idaaniim indriya samyapopaaya maha
Na tathaitaani sewayaa
Wisayesu prajustaani tatha jnanena nityasah
(Manawa Dharmasastra, II.96).

Maksudnya:
Indria yang sangat tertambat oleh benda-benda duniawi yang memberi kepuasan nafsu, itu tidak akan terkendalikan secara baik hanya melalui pengendalian hawa nafsu. Melainkan juga dengan cara ilmu pengetahuan (Jnyana) dan kebenaran (Satya).

HIDUP ini adalah rangkaian masalah. Tidak ada manusia hidup di dunia ini benar-benar bebas dari masalah. Karena semasih ada perbedaan antara harapan dan kenyataan selama itu pasti akan terus ada masalah. Harapan itu kadangkala muncul karena dorongan emosi belaka tanpa mendapatkan pertimbangan akal sehat dan pencerahan kesucian spiritual.

Harapan seperti itulah yang akan membawa masalah dalam hidup ini. Bahkan, mungkin bisa berkepanjangan. Harapan yang didorong emosi ini tidak akan dapat membawa nilai-nilai universal yang dikemas dalam kebudayaan Bali. Dengan kemasan kebudayaan Bali yang wujudnya sangat lokal dan unik itu nilai-nilai spiritual Hindu yang universal itu menjadi ajeg.

Ajegnya nilai-nilai spiritual Hindu tersebut akan menjadi kekuatan membangun Bali menjadi Jagathita. Nilai-nilai Hindu yang universal itu dikemas dengan kecerdasan lokal atau lokal genius Bali. Hal inilah yang menghasilkan kebudayaan aktivitas dan kebudayaan materi khas Bali. Inilah yang semestinya kita pelihara dan dikembangkan dalam rangka ajeg Bali.

Untuk itu, mestinya nilai-nilai ajaran Hindu yang dipilih dan dijadikan budaya gagasan yang cemerlang yang paling substansial dalam membangun Bali menjadi daerah yang Jagathita. Budaya ide yang bersumber dari ajaran suci Hindu itu diwujudkan dalam berbagai kegiatan hidup. Hal itulah yang menjadi unsur kebudayaan Bali yang unik dan khas.

Dari kegiatan budaya itulah manusia Bali akan melahirkan kebudayaan wujud atau kebudayaan materi. Kekuatan lokal genius itu bisa terjadi apabila orang Bali dapat mengembangkan dirinya secara seimbang. Tidak semata-mata dilanda oleh emosi dan mudah tersinggung. Umat Hindu di Bali jangan hanyut dengan sanjungan-sanjungan yang membuat kita terlena dalam emosi ketersanjungan.

Emosi akan dapat membangun sikap yang halus dan bijak apabila ia dikelola dengan kemampuan intelektual yang cerdas yang dicerahkan oleh kekuatan spiritual yang cemerlang. Dengan struktur diri di mana emosi berada dalam kendali intelektualitas dan spiritualitas maka dalam masyarakat Bali akan terus muncul apa yang disebut lokal genius Bali.

Masyarakat Bali akan menjadi terpuruk apabila setiap persoalan yang muncul selalu ditanggapi dengan gejolak emosi belaka tanpa diredam dengan kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual. Untuk itu kuatkan tekad meningkatkan diri dengan terus-menerus belajar menimba ilmu pengetahuan (Jnyana) dan konsisten berjalan dengan dasar kebenaran (Satya dan Dharma).

Indria alatnya hawa nafsu itu ibarat air yang menyebabkan perahu dapat berlayar menuju pantai tujuan. Kalau salah caranya perahu itu berlayar, maka air itulah yang akan menenggelamkan perahu tersebut. Perahu itu tidak akan bisa sampai di pantai tujuan.

Demikian juga mengenai emosi yang ada pada diri manusia. Tanpa emosi manusia akan menjadi manusia tan pengerasa. Demikian orang tua-tua di Bali sering mengatakan. Karena itu, kecerdasan emosi sangat penting. Karena kecerdasan emosi itu membawa manusia memiliki kepekaan hidup seperti bisa gembira bisa sedih bisa marah, rindu, dll. Meski demikian, ia harus diarahkan dengan kekuatan ilmu pengetahuan dan sikap yang selalu berkomitmen melaksanakan kebenaran itu. Di dalam simbol-simbol agama Hindu terkemas ilmu pengetahuan tentang konsep ajaran Hindu berupa Tattwa. Dalam simbol-simbol Hindu yang wujud luarnya sangat lokal Bali, tetapi di dalamnya terkemas nilai-nilai ilmu pengetahuan suci Veda sabda Tuhan yang universal.

Nilai-nilai universal itu menyangkut keberadaan manusia seara individu dan manusia dalam kehidupan sosialnya dalam konsep saling melayani. Demikian juga terkemas ajaran tentang hubungan manusia dengan alam lingkungannya dan bagaimana manusia melakukan bakti kepada Tuhan untuk menuju kehidupan yang bahagia di dunia sebagai sarana menuju tujuan hidup yang tertinggi yang disebut Moksha. * I Ketut Gobyah 

sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net