Selasa, 06 Oktober 2015

Tantangan SDM Hindu ke Depan

Taki-takining sewaka guna widya
Smara wisaya rwang puluh ring ayusa.
Tengahi tuwuh san wacana gegen ta.
Patilaring atmeng tanu paguruken.
(Kekawin Nitisastra V.1). 

Maksudnya:
Bersiap sedialah selalu mengabdi pada ilmu pengetahuan yang berguna. Hal yang menyangkut asmara setelah berumur dua puluh tahun. Setelah berusia setengah umur menjadi penasihatlah pegangannya. Setelah itu hanya memikirkan lepasnya Atmanlah yang menjadi perhatian. 


DALAM menapaki tahapan hidup ini yang pertama dan paling utama adalah mengabdi pada ilmu pengetahuan. Dalam kutipan kekawin Nitisastra ini disebutkan dengan istilah Guna Widya. Artinya, mengabdi pada ilmu pengetahuan sampai ilmu itu memberikan manfaat atau guna dalam menapaki tahapan hidup ini. 

Ilmu pengetahuan itu menurut kitab Agni Purana ada dua yaitu Para Widya dan Apara Widya. Para Widya itu adalah ilmu pengetahuan tentang kerohanian atau Brahma Widya. Sedangkan Apara Widya adalah ilmu pengetahuan tentang keduniaan. Dalam hidup ini kedua ilmu itu harus diserap secara seimbang. Pertemuan kedua ilmu tersebut melahirkan 50 cabang ilmu pengetahuan. 

Menurut Kekawin Nitisastra V.1 tersebut pada tahap awal dari hidup ini hendaknya diprioritaskan untuk mengabdi pada Guna Widya atau ilmu pengetahuan. Dari ilmu pengetahuan inilah seseorang mendapatkan berbagai keterampilan bahkan keahlian. Terampil atau ahli dalam menggunakan ilmu untuk mendapatkan nafkah. Demikian juga terampil atau ahli dalam mengelola diri secara utuh untuk mendapatkan hidup yang seimbang dan bahagia. 

Pengembangan sumber daya manusia (SDM) Hindu ke depan harus lebih mengutamakan pengembangan pendidikan agar dapat mendayagunakan ilmu pengetahuan tersebut secara benar, tepat dan dapat memberikan makna dalam mengantarkan tahapan hidup untuk mewujudkan tujuan hidup. Para Widya dan Apara Widya tersebut harus dirumuskan lebih aktual dan kontektual sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. 

Lima puluh cabang ilmu pengetahuan itu memberikan peluang yang sangat besar pada manusia untuk berkreativitas. Untuk menghadapi kehidupan pada zaman yang disebut post modern pengembangan SDM harus ditangani lebih serius agar persaingan hidup yang tidak mungkin dihindari berjalan lebih sehat dan sportif. 

Demikian juga pengembangan SDM Hindu harus ditangani lebih profesional. Mengembangkan SDM Hindu ke depan tidak bisa hanya diserahkan kepada lembaga-lembaga pendidikan formal semata. Pendidikan formal itu harus diimbangi dengan pendidikan informal dan nonformal. Konsentrasi umat dalam kehidupan beragama harus dilebarkan tidak semata-mata mentok dalam kegiatan upacara. 

Perhatian harus diarahkan pada pengembangan SDM Hindu yang makin berkualitas. Tanpa itu, SDM Hindu akan semakin ketinggalan dalam persaingan global ini. Penerapan ajaran agama Hindu yang tidak seimbang dalam kehidupan ini justru akan dirasakan menjadi beban yang memberatkan hidup. Padahal, hakikat agama diturunkan oleh Tuhan ke dunia ini adalah untuk menuntun pencerahan hidup. 

Penerapan Para Widya dan Apara Widya itu setidak-tidaknya dapat melahirkan SDM Hindu yang sehat dan segar secara jasmani. Tenang secara rohani dan profesional dalam kerja. Untuk mewujudkan hal tersebut dapat dilakukan oleh berbagai lembaga Hindu, baik lembaga Hindu yang tradisional maupun lembaga Hindu yang modern. 

Bagaimana mewujudkan pendidikan SDM Hindu dalam jalur pendidikan informal dan nonformal, hal ini sangat perlu dirumuskan bersama-sama sesama pemuka Hindu. Kalau saja perhatian umat pada pengembangan SDM Hindu ini setara seperti halnya melakukan upacara agama, saya yakin berbagai ketertinggalan SDM Hindu dapat dikejar. Pendidikan yang bernuansa Hindu jangan diartikan pendidikan yang bersifat formal saja. 

Secara kuantitas pendidikan formal sudah cukup banyak. Peningkatan kualitas pendidikan formal itu harusnya didorong melalui peningkatan kegiatan pendidikan SDM melalui jalur informal dan nonformal. Ketiga pusat pendidikan itu bukanlah hal yang terpisah secara mutlak. Ketiga jalur pendidikan itu memiliki hubungan yang korelatif sinergis. Satu sama lainnya tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. 

Nampaknya yang kurang begitu diperhatikan adalah pendidikan jalur informal dan nonformal. Pincangnya tiga pusat pendidikan itu menyebabkan dunia pendidikan di Tanah Air menjadi kurang menjanjikan. Pendidikan agama seyogianya tidak ikut berdesak-desakan di pusat pendidikan formal. Sebaiknya kehidupan beragama lebih mendorong eksisnya pendidikan informal dan nonformal secara sinergis. Dengan demikian, tiga pusat pendidikan itu menjadi lebih mampu membina SDM yang berkualitas. 

* I Ketut Gobyah 

sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net