Senin, 23 November 2015

Benahi Paradigma Pendidikan

Brahmacari ngarania sang mangabiasa
Sang Hyang Sastra muang Sang Wruh
ring kalingganing Sang Hyang Aksara.
(Kutipan Agastia Parwa). 

Maksudnya: Brahmacari adalah mereka yang sedang mencari ilmu pengetahuan. Itu sebagai kebiasaan sehari-hari dan mereka yang paham akan hakikat penggunaan aksara.



MENURUT konsep Hindu, proses belajar itu sepanjang hidup. Dari masa brahmacari, grhasta, vanaprastha sampai sanyasin asrama.

Menurut konsep kitab Agastia Parwa, dasar membangun pendidikan sepanjang masa ada dua yaitu menjadikan belajar sebagai tradisi atau kebiasaan hidup sehari-hari dan paham akan penggunaan aksara. Ilmu yang harus dicari itu adalah  tentang dunia nyata atau sekala (Apara Vidya) dan ilmu tentang keberadaan dan kemahakuasaan Tuhan (Para Vidya). Mencari ilmu itu untuk bekal hidup agar bisa menata hidup sepanjang masa. Menimba ilmu bukan sekadar mengajarkan peserta didik mencari nafkah semata. Sebab, kebijakan struktural yang lebih menekankan pada pembangunan kesejahteraan material maka pendidikan pun ikut mengarah pada hal-hal lebih banyak pada yang materialistis.

Pembangunan yang mengarah pada ekonomi materialistis menyebabkan pendidikan mengalami krisis paradigma. Pendidikan sesungguhnya bukan sekadar investasi. Pendidikan ''media beryadnya'' untuk membangun generas penerus yang mampu mandiri. Kalau pendidikan dipandang sebagai investasi maka paradigmanya mengejar profit semata. Lulusannya pun akan cenderung berusaha mengembalikan investasi yang ditanam serta mendapatkan untung dengan segala cara.

Paradigma pendidikan yang lebih menekankan pada bisnis menyebabkan sekolah bagaikan ''perusahaan pendidikan''. Membangun kekuatan moral haruslah dengan paradigma pendidikan yang benar dan baik. Tidak hanya mencetak SDM yang haus rezeki, ingin serba cepat dan formalistis. Pendidikan harus diselenggarakan seimbang antara pendidikan formal, nonformal dan informal.

Demikian juga dalam menjaga Bali hendaknya jangan dibiarkan lembaga-lembaga pendidikan menjadi ''perusahaan pendidikan''. Pendidikan hendaknya menjadi media beryadnya bagi pemerintah dan masyarakat mampu. Dengan proses pendidikan berdasarkan yadnya, diharapkan akan menghasilkan SDM yang siap beryadnya pada negara dan masyarakat. Bukan menghasilkan SDM yang siap mengorbankan uang negara dan uang masyarakat dengan segala cara.

Kehidupan beragama Hindu di Bali hendaknya diarahkan untuk membangkitkan kesadaran pendidikan informal dan nonformal untuk mengimbangi pendidikan formal yang sudah mirip perusahaan. Tanpa membenahi paradigma pendidikan dalam membangun Bali maka Bali tidak akan ajeg.

* Ketut Gobyah
sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net