Rabu, 11 November 2015

Gila Pujian Bisa Menjerumuskan

Dambho darpo'bhimanasca
krodhad parus yam eva ca
paartha sampadamasurim.
(Bhagawad Gita XVI.4).

Maksudnya:
Gila pujian (membangga-banggakan diri), menyombongkan diri, sikap acuh, mudah tersinggung, sikap kasar dan bodoh. Sifat-sifat itu oh Parta dimiliki oleh orang yang memiliki kecenderungan keraksasaan.


ISI dunia ini memang ada yang patut dipuji dan ada juga yang tidak patut dipuji. Karena itu, di Bali ada bahasa yang arif disebut jele melah wenang sambat. Artinya, baik buruk wajib kita nyatakan. Ini adalah sikap yang objektif. Menyatakan yang baik itu baik untuk dipertahankan agar yang baik itu terus baik, jangan menjadi terbalik.

Demikian juga menyatakan yang buruk itu buruk untuk dicarikan upaya untuk mengubah agar yang buruk itu menjadi baik. Demikian seterusnya. Di dunia ini tidak ada yang mutlak baik yang patut dipuji saja dan juga tidak ada bagian dunia ini yang hanya layak dicaci saja. Demikian juga keadaan di Indonesia dan Bali khususnya tidak beda dengan bagian-bagian dunia lainnya.

Sebagai daerah tujuan wisata mancanegara keberadaan kehidupan di Bali memang banyak hal yang patut dipuji. Tetapi, ada hal-hal tertentu yang tidak layak dipuji. Orang senang dipuji itu adalah sesuatu yang wajar dan sangat manusiawi asalkan memang sudah sepatutnya dipuji. Tetapi, kalau ada sesuatu yang tidak sepatutnya dipuji jangan dipaksakan harus dipuji juga.

Meskipun tidak sepatutnya dipuji bukan berarti harus dicela habis-habisan. Yang tidak patut dipuji itu harus dijadikan bahan studi untuk ditelaah bagaimana mengupayakan berbagai usaha untuk memperbaiki berbagai kekurangan itu. Ini artinya kalau dipuji tidak lantas merasa paling hebat.

Sebaliknya, kalaupun ada kenyataan-kenyataan yang tidak tepat kalau dipuji janganlah lantas kita rendah diri. Orang yang gila pujian, apalagi dengan gelap mata memuji-muji diri sendiri itulah hal yang akan memerosotkan diri kita. Orang yang suka dipuji bahkan memuji-muji diri cenderung tidak melihat berbagai persoalan yang menghadangnya.

Di samping itu, mereka akan selalu memandang yang lainnya lebih jelek dari dirinya. Karena itu, sangat tepatlah Sloka Bhagawad Gita di atas yang menyatakan gila pujian itu tergolong salah satu dari sifat orang yang memiliki kecenderungan Asura atau sifat-sifat keraksasaan. Bali yang memiliki berbagai kelebihan sebagai daerah tujuan wisata bisa lupa diri kalau orang-orangnya sampai menjadi orang yang gila sanjungan dan suka memuji-muji diri sendiri. Berbangga memiliki sesuatu yang baik sangat wajar. Tetapi jangan sampai lupa bahwa di samping ada yang baik yang kita miliki ada juga berbagai kekurangan, bahkan berbagai persoalan yang dapat membuat kita terpuruk. Karena itu, dalam memajukan Bali, keadaan yang baik dan buruk di Bali itu harus kita cermati dengan daya nalar yang cerdas. Kita tidak boleh hanyut dengan berbagai pujian apa lagi pujian gombal yang dapat menjerumuskan diri kita.

Yang paling harus kita hindari janganlah gembar-gembor memuji-muji diri. Marilah kita tetap bersikap waspada dan rasional menghadapi berbagai keberhasilan dan kegagalan. Kedua-duanya itu harus kita sikapi secara positif. Kalau salah caranya menyikapi keberhasilan justru keberhasilan itulah sebagai awal kegagalan.

Sebaliknya kalau kegagalan itu kita sikapi dengan rasional dengan sikap spiritual yang tinggi dan jadikan bahan studi maka kegagalan itu dapat dipakai sebagai awal untuk mencapai keberhasilan. Sikap yang gila pujian dan suka memuji-muji diri dapat menghambat proses perjuangan menuju ''Ajeg Bali''.

Orang yang suka memuji-muji diri tanpa malu-malu itu sesungguhnya mereka tidak tahu berbagai persoalan yang menumpuki dirinya. Demikian juga sikap rendah diri merasa kecil, tidak mampu dan tidak berdaya dapat juga menghambat perjuangan menuju Ajeg Bali. Mereka bisa menderita sindrom minoritas. Karena merasa minoritas, timbullah sikap kompensasi memuji-muji diri dan dengan merendahkan pihak lain.

Mereka yang demikian akan diombang-ambingkan oleh khayalan karena serba dipuji. Hidup dalam khayalan seperti itu adalah suatu kebanggaan semu. Di balik pujian itu akan terjadi penggerogotan halus bagaikan digigit tikus. Saat digigit tidak terasakan karena embusan napas tikus mengandung zat yang menyebabkan hilangnya rasa sakit.

Demikian juga dalam upaya menegakkan nilai-nilai kebenaran, kesucian dan keharmonisan Hindu di Bali bisa terhenti karena merasa nilai-nilai tersebut sudah ajeg. Padahal dalam kenyataannya nilai kebenaran, kesucian dan keharmonisan itu semakin merosot karena sanjungan-sanjungan gombal yang dianggap murni. Karena itu, marilah jangan terlena karena pujian dan suka dipuji itu.

* I Ketut Gobyah 
sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net