Senin, 02 November 2015

Harapan kepada Pemerintah yang Baru

Agni raanyasposaaya
Suprajaastvaaya suviryaaya.
(Yjurveda. XIII.1)

Maksudnya:
Wahai pemimpin anda dinobatkan bagaikan Agni untuk memberikan rasa aman dan kemakmuran kepada warga negara dan mengembangkan sifat-sifat kepahlawanan.


HARAPAN rakyat sesungguhnya sederhana saja kepada pemimpinnya. Mereka mengharapkan jaminan rasa aman. Karena keadaan yang aman ini akan menjamin kemerdekaan rakyat untuk berusaha dengan tanpa waswas akan keamanannya untuk bekerja sesuai profesinya masing-masing.

Kalau rakyat tidak terganggu oleh rasa takut dalam mengembangkan profesinya masing-masing maka rakyat akan dapat berkonsentrasi dalam bekerja. Profesi yang dilakukan dengan konsentrasi yang baik akan dapat memberikan hasil kesejahteraan hidup lahir dan batin. Pemimpin itu bagaikan agni memberikan semangat kepada rakyat yang menunjukkan kreativitasnya.

Pemimpin hendaknya mendorong terciptanya situasi sosial yang mampu membangkitkan rakyat untuk secara merdeka mengembangkan dirinya sesuai dengan swadharmanya masing-masing. Jangan justru pemimpin itu menjadi pemasung rakyat untuk berkreativitas.

Khusus untuk masyarakat Bali hendaknya diupayakan adanya keadilan dalam hal pembagian kesejahteraan ekonomi. Bali sudah menjadi trade mark berbagai usaha bisnis. Dari hal itu berbagai usaha sudah meraup banyak keuntungan finansial. Dari keuntungan finansial itu Bali kebagian sangat sedikit. Seperti hasil pelabuhan laut dan Bandara Ngurah Rai di Bali. Memang aturannya mengatur seperti itu.

Kepada pemerintahan yang baru, kita mengharapkan adanya perubahan aturan tentang pembagian hasil kedua pintu masuk Bali itu. Demikian juga dalam bisnis kepariwisataan di Bali terjadi ketidakadilan yang sangat tajam. Pilihan pariwisata Bali konon pariwisata budaya yang bernapaskan agama Hindu. Tetapi, mereka yang berfungsi dalam menguatkan jati diri budaya Bali yang bernapaskan agama Hindu itu tidak kebagian apa-apa.

Konon banyak ahli yang menyatakan profit Bali dalam bisnis kepariwisataan sangat luar biasa. Tetapi, Bali kebagian profit tersebut sangatlah sedikit. Padahal, Bali saat ini menghadapi berbagai persoalan, baik menyangkut merosotnya lingkungan alam, keberadaan SDM Bali yang perlu dipersiapkan terus-menerus untuk dapat lebih bertenaga dalam bersaing di tingkat nasional dan global.

Beberapa waktu yang lalu ahli ekonomi Prof. Dr. Nyoman Erawan menyatakan bahwa Bali mengalami krisis ekonomi tekanan ganda. Maksudnya investasi di Bali sudah sangat banyak mendatangkan keuntungan ekonomi, tetapi pembagian keuntungan itu tidak adil. Memang sedikit telah dapat meningkatkan daya beli masyarakat Bali.

Setelah daya beli masyarakat Bali meningkat selanjutnya disedot lagi oleh produk-produk luar Bali, termasuk kebutuhan akan bahan-bahan upacara yadnya. Pemanfaatan profit berbagai usaha di Bali hendaknya diatur ulang agar terciptanya keadilan.

Di samping masalah ketidakadilan masalah Bali yang paling menonjol adalah rusaknya fisik Pulau Bali dan tidak siapnya SDM Bali untuk bersaing di era global ini. Padahal, ajaran Hindu mengajarkan yang paling utama disiapkan terlebih dahulu adalah melakukan Bhuta Hita yaitu menjaga kesejahteraan alam kemudian pendidikan.

Karena itu, rumusan Panca Yadnya dalam kitab Rgveda dan sumber-sumber lainnya selalu meletakan Bhuta Yadnya sebagai unsur yadnya yang pertama. Alas angker, alas rasmini, alas harum, abian, teba, carik, jurang, pangkung, tukad dan jelinjingan sekarang sudah rusak. Padahal, semuanya itu sebagai prasarana kehidupan yang harus dipelihara dengan baik.

Demikian juga SDM Bali banyak yang menderita penyakit demen ajum dan demen kaden yang akan mengarah pada belog ajum. Akibatnya di Bali banyak SDM Bali yang kalah bersaing merebut lapangan kerja di berbagai sektor. Hal ini bukanlah salahnya orang Bali semata-mata. Hal ini terjadi karena kebijaksanaan pemerintah pusat dan daerah dalam hal mengembangkan pembangunan Bali.

Tidak meratanya pembangunan di Indonesia menyebabkan timbulnya kesenjangan kesempatan kerja. Ini tanggung jawab pemerintah pusat. Padahal, pembangunan Indonesia adalah pembangunan Indonesia seluruhnya. Karena rendahnya dinamika pembangunan di tempat lain menyebabkan orang luar Bali lari ke Bali berebut lapangan kerja. Debut investasi di Bali sangat luar biasa kalau dibandingkan dengan daerah lain. Debut investasi itu haruslah dipilah-pilah dan dipilih-pilih. Investasi yang diterima haruslah investasi yang menguatkan alam dan budaya Bali yang bernapaskan agama Hindu. Kalau heterogen sosial terlalu berlebihan akan sangat sulit menjaga ajegnya ciri khas suatu budaya.

Badan pembangunan dunia telah menetapkan bahwa pembangunan tidak boleh melanggar empat hal yaitu: ciri khas budaya setempat, lingkungan alam, HAM dan hukum. Karena itu di mana pun ada pembangunan menurut beberapa LSM pembangunan internasional SDM di sektor menengah ke bawah harus mengambil tenaga kerja dalam radius dua puluh kilometer. Hal ini bertujuan untuk mengamankan empat syarat pembangunan yang layak itu.

Dengan demikian, dampak negatif dari suatu pembangunan akan menjadi kecil. Dampaknya yang paling berat adalah dampak sosial dan lingkungan alamnya pemerintah Bali dengan berbagai kelompok masyarakat harus mengambil peran dalam menyiapkan SDM ini secara terus-menerus, sehingga SDM pendukung budaya Bali dapat bersaing secara sehat dengan SDM luar Bali yang sangat berbeda corak kebudayaan. Hal itulah yang kita harapkan pada pemerintahan baru hasil pemilihan umum yang baru lalu.

* I Ketut Gobyah 
sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net