Jumat, 27 November 2015

Membangun Kemandirian

Yadyat paravacam karma
Tattadyatnena varjayet.
Tadyadatma vacam tu.
Syattatat seveta yatnatah.
(Manawa Dharmasastra IV. 159) 

Maksudnya: Hendaknya ia dengan seksama menghindari ketergantungan kepada orang lain untuk mencapai keberhasilan usaha. Hendaknya ia dengan gagah mencari pekerjaan yang keberhasilannya tergantung pada dirinya sendiri. 


MENDAPATKAN sesuatu karena kemampuan diri sendiri secara psikologis memang memberikan kadar kepuasan yang lebih tinggi daripada mendapatkannya melalui bantuan orang lain. Apalagi menyangkut masalah artha.

Dalam Nitisastra dinyatakan ''Utamaning artha danolihing prih awak aputeran.'' Artinya, hasil uang yang paling bernilai utama adalah hasil jerih payah sendiri.

Agama Hindu memang sangat kuat mengajarkan pada penganutnya untuk mandiri dalam mewujudkan cita-cita dalam hidup ini. Karena nilai kepuasannya sangat tinggi, akan sangat baik jika mampu melakukan swadharma karena kemampuan sendiri. Karena itu dalam Agastia Parwa dinyatakan orang yang dapat disebutkan Grhastha itu jika telah berhasil melakukan dharma dengan kemampuan sendiri. Dalam Agastia Parwa tersebut dinyatakan ''Grhastha ngarania sang yatha sakti kayika dharma.'' Yatha sakti artinya kemampuan sendiri atau kemandirian. Grhastha itu adalah tahapan hidup setelah Brahmacari Asrama. Agar bisa menjadi seorang Grhastha, dalam menjalani masa Bramacari Asrama itulah wajib mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.

Masyarakat Bali seyogianya bersyukur memiliki pulau yang mungil tetapi memiliki daya tarik yang luar biasa, sehingga menjadi daerah destinasi wisata dunia. Alam Bali menarik karena komposisinya yang sangat sinergis dan variatif. Letak gunung yang sejuk tidak begitu jauh dengan pantai yang hangat berpasir putih. Kota yang macet letaknya sangat berdekatan dengan desa dengan suasana yang lengang dan sepi. Seni tradisional dan seni modern dapat hidup berdampingan. Kalau keadaan alam dan budaya Bali ini dimanajemen dengan benar dan baik, sesungguhnya Bali sudah semakin mampu mandiri dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan Bali yang sangat bervariasi ini sesungguhnya merupakan potensi yang multidimensi untuk membangun Bali yang mandiri. Keberadaan Bali dewasa ini yang semakin terpuruk karena kesenjangan ekonomi dan sosial budaya sebagai akibat dari mismanajemen. Mismanajemen pembangunan di Bali disebabkan oleh egoisme sejumlah pihak yang kurang paham akan potensi alam dan budaya Bali tersebut.

Membangun kemandirian Bali seyogianya dimulai dari membenahi paradigma SDM Bali terhadap potensi alam dan budaya Bali. Industri pariwisata seyogianya secara serius disinergikan dengan usaha pertanian dalam artian luas dan kerajinan serta industri kecil menengah. Nampaknya upaya itu memang sudah dilakukan, tetapi tanpa paradigma kerakyatan. Di samping itu belum digarap serius, sehingga sampai saat ini upaya tersebut belum banyak menampakan hasilnya secara signifikan.

Hal ini menyebabkan Bali sampai saat ini belum mampu mandiri dalam berbagai hal. Karena itu, pembangunan SDM Bali melalui berbagai jalur pendidikan wajib dilakukan secara profesional. Perlu meningkatkan pendidikan untuk membangun wawasan SDM Bali pada paradigma pembangunan yang mandiri. Industri pariwisata seharusnya secara sungguh-sungguh diusahakan menjadi penggerak usaha pertanian dan industri kerajinan. Di samping itu, SDM Bali harus mampu membangun kebersamaan yang setara dan sinergis dalam membangun kemandirian Bali. Tanpa semangat kebersamaan itu, SDM Bali tidak akan mampu membangun kemandirian Bali dalam berbagai aspek kehidupan.

Kita lihat sendiri dalam bidang upacara yadnya saja umat Hindu di Bali masih sangat tergantung pada produk luar. Demikian juga dalam hal tenaga kerja dari tingkat bawah sampai menengah ke atas masih sangat tergantung pada tenaga kerja dari luar Bali. Padahal, di Bali banyak orang Bali yang jadi pengangguran terbuka maupun tertutup. Permasalahan ini memang sangat kompleks. Salah satu penyebabnya adalah lemahnya kebersamaan.

Persaingan itu jangan dipertentangkan dengan kebersamaan. Persaingan dilakukan dalam kebersamaan untuk mengejar kualitas. Persaingan yang sportif itu justru akan membangun kebersamaan yang lebih dinamis dan produktif. SDM Bali harus bersaing membangun kualitas dirinya. Ini bukan berarti ia tidak mau bekerja sama dengan pihak-pihak lain. Kemandirian bukan berarti menolak kebersamaan. Justru kebersamaan itu akan menjadi kekuatan membangun kemandirian yang bersinergi. Artinya, berbagai potensi Bali yang berbeda-beda itu dipadukan oleh SDM Bali sendiri, sehingga Bali dapat mandiri dalam berbagai bidang kehidupan. 

* Ketut Gobyah
sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net