Senin, 30 November 2015

Mencerahkan Jiwa

Ekanapi suputrena
Vidya yuktena sadhuna
ahladitam kulam sarvam
yatha candrena sarvari. 

Maksudnya: Sebagaimana bulan menerangi malam hari dengan cahayanya yang terang menyejukkan. Demikianlah anak yang suputra, berpengetahuan, memiliki rohani yang mantap, insaf akan dirinya dan bijaksana. Anak suputra menyebabkan seluruh keluarga selalu dalam kebahagiaan. 


PENDIDIKAN, menurut C. Panunzio, memiliki tiga fungsi yaitu memberikan ilmu pengetahuan secara jujur kepada peserta didik. Memberikan penerangan jiwa peserta didik dan memperhatikan perkembangan pribadi setiap peserta didik. Jika ketiga fungsi pendidikan itu diterapkan dengan seimbang dan benar-benar bijak maka peserta didik diharapkan akan menjadi seorang suputra bagaikan sejuknya cahaya rembulan menerangi keluarga. Hal ini memang tidak mudah mewujudkannya.

Fungsi pendidikan untuk memberi penerangan jiwa tampaknya perlu diberikan perhatian khusus. Berbagai kemerosotan bangsa dewasa ini memang penyebabnya sangat kompleks. Namun, hal itu dapat ditinjau dari perspektif pendidikan. Kalau fungsi pendidikan benar-benar berhasil membawa peserta didik menjadi warga negara yang baik, ini berarti pendidikan mampu memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam mengatasi krisis yang berkepanjangan.

Fungsi pendidikan untuk memberikan pencerahan jiwa itu perlu lebih diperhatikan. Meskipun pada setiap jenjang pendidikan formal sudah ada mata pelajaran agama. Hal itu tidaklah cukup sebagai media untuk memberikan pencerahan jiwa kepada peserta didik. Apalagi penyelenggaraan pendidikan agama lebih banyak memberikan ilmu agamanya daripada membina peserta didik menjadi manusia religius. Menjadikan peserta didik manusia religius bukanlah semata-mata menjadi tugas guru agama.

Sesungguhnya seluruh mata pelajaran dalam penyajiannya dapat dikemas sedemikian rupa, sehingga nilai-nilai religi dapat masuk secara integratif dalam berbagai mata pelajaran. Ilmu matematika saja bisa dikemas penyajian sedemikian rupa sehingga nilai-nilai agama bisa masuk di dalamnya. Misalnya ilmu matematika untuk anak SD. Guru memberi soal pada anak didiknya untuk menghitung. Kalau dalam sehari waktu untuk sekolah enam jam, sembahyang tiga kali dan setiap sembahyang sepuluh menit. Berapa jam ada waktu untuk kegiatan lainnya di rumah dan luar rumah?

Dalam soal tersebut disinggung mengenai sembahyang, tentu lewat matematika peserta didik didorong untuk melakukan sembahyang. Meskipun dalam kenyataan anak-anak belum melakukan sembahyang tiga kali sehari.

Demikian juga dalam mata pelajaran yang lain, banyak hal yang bisa dilakukan secara integratif untuk menanamkan nilai-nilai agama untuk memberi pencerahan jiwa peserta didik. Guru-guru lainnya juga bisa mengajak siswanya untuk melakukan duduk hening selama beberapa menit sebelum mata pelajarannya dimulai. Apalagi guru kesenian dapat saja memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk melantunkan lagu-lagu yang memuat pesan-pesan religi.

Jika pendidikan hanya menjejalkan ilmu pengetahuan untuk mendapatkan rezeki maka SDM hasil pendidikan itu akan menjadi warga negara yang tidak seimbang. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang dicapinya, bisa jadi sikap hidupnya  semakin eksklusif. Kalau dengan jiwa yang cerah mereka akan semakin bersikap integratif dengan kehidupan sosialnya. Ia pun akan menjadi rembulan penerang kehidupan. 

* I Ketut Gobyah
sumber ; www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net