Minggu, 22 November 2015

Menyatukan Kekuatan Suci

Yena deva na viyanti
No ca vidvisate mithah
Tat krnmo brahmo vo grhe
Samjnanam purunebhyah. (Atharvaveda III.30.4). 

Maksudnya: Wahai umat manusia, persatuanlah yang menyebabkan menyatunya semua dewa. Aku memberikan yang sama kepadamu sehingga mampu menciptakan persatuan di antara sesama. 


DALAM Lontar Barong Swari diceritakan secara mitologis bahwa Dewi Durgha turun ke dunia menciptakan gering atau wabah penyakit. Dari utara tercipta gering lumintu, dari barat gering amancuh, dari selatan gering rug bhuana dan dari timur gering utah bayar.

Empat gering dari empat penjuru itulah menyebabkan Bali menjadi kacau-balau. Atas doa dan puja stuti rakyat Bali dan para panditanya muncul wara nugraha Sang Hyang Widhi dengan menugaskan Dewa Tri Murti turun memberi pertolongan. Pertama-tama Dewa Brahma turun menjadi topeng bang, kemudian Dewa Wisnu menjadi tarian telek dan Dewa Iswara menjadi barong.

Dalam Lontar Babad Rangda dan Barong dinyatakan bahwa barong perwujudan dari Banaspati Raja. Tiga dewa manifestasi Tuhan inilah bersatu turun menuntun manusia. Agar lebih dekat dengan pikiran dan perasaan manusia di dunia, tiga dewa itu mewujudkan diri beliau itu sebagai barong. Lewat pementasan kesenian itulah diharapkan umat manusia dapat menyerap lebih mudah nilai-nilai kesucian Tuhan untuk mengatasi berbagai persoalan. Pentas barong, apalagi secara bersama-sama itu menandakan sebagai suatu pertunjukan yang mendorong manusia agar lebih serius melakukan proses pralina atau menghilangkan hala-hala yang merusak kehidupan manusia. Pentas barong sebagai proses kesenian melambangkan bahwa dalam melakukan pralina atau menghilangkan berbagai anasir  negatif hendaknya menggunakan cara-cara yang tidak kasar. Karena seni menurut Albert Einstain berfungsi untuk menghaluskan jiwa. Agama untuk mengarahkan hidup dan ilmu pengetahuan untuk memudahkan hidup.

Pentas kesenian barong yang lengkap umumnya disertai dengan pentas topeng bang dan telek. Ini menggambarkan bahwa setiap pentas kita diingatkan agar dalam melakukan dinamika kehidupan mesti dilandasi konsep Tri Kona. Tri Murti yang mewujudkan diri sebagai kesenian barong sebagai suatu tuntunan spiritual yang universal agar manusia senantiasa melakukan utpati, sthiti dan pralina. Tetapi, jangan sampai lupa akan mengaktualisasikan makna filosofisnya yang universal itu dalam kehidupan. Bali tidak akan ajeg apabila proses Tri Kona, utpati, sthiti dan pralina itu tidak berjalan dinamis dan harmonis.

Mantra Veda yang dikutip kali ini memberikan tuntunan agar umat manusia membangun persatuan bagaikan para dewa. Tri Murti yaitu Brahma, Wisnu dan Iswara menggambarkan tiga manifestasi Tuhan Yang Maha Esa itu berbeda-beda, tetapi perbedaan itu saling melengkapi.

Utpati artinya menciptakan sesuatu yang sepatutnya diciptakan. Sthiti memelihara sesuatu yang patut dipelihara dan pralina menghilangkan sesuatu yang memang sepatutnya dihilangkan. Untuk melakukan tiga kegiatan hidup itu dengan sebaik-baiknya Tuhan hendaknya dipuja sebagai Dewa Tri Murti tersebut. Dalam kesenian barong tiga kegiatan hidup itu dipentaskan untuk menyatukan niat suci memuja Sang Hyang Tri Murti.

Membangun Bali yang ajeg tanpa proses mencipta, memelihara dan mem-pralina secara benar dan tepat justru Bali bisa kehilangan jati dirinya sebagai padma bhuwana yaitu simbol atau replika bhuwana agung, stana Hyang Widhi.

Kesenian barong juga sebagai media pendidikan spiritual agar dalam melakukan proses utpati, sthiti dan pralina dengan cara-cara yang etis dan estetis. Perilaku masyarakat yang kadang-kadang ada yang menggunakan cara-cara yang kasar dan kekerasan, hendaknya dikembalikan pada cara yang etis dan estetis. Berbeda pendapat, ketidaksetujuan pada suatu kebijaksanaan atau bentuk sikap yang lainnya perlu diekspresikan sesuai dengan filosofi barong.

Sampaikanlah hal itu dengan mengemukakan kecerdasan ratio dan kesucian spiritual yang dapat menyentuh rasa keindahan yang humanistis. Lakukanlah utpati, sthiti dan pralina dalam berbagai bidang kehidupan seimbang dan indah seperti penampilan topeng bang, telek dan barong. Tiga pementasan tari inilah yang disimbolkan dapat mengalahkan rangda, simbol kekuatan negatif.

Barong sebagai perwujudan Banaspati Raja dalam Lontar Babad Barong dan Rangda artinya sebagai penjelmaan dewanya hutan. Manifestasi Tuhan sebagai dewa tumbuh-tumbuhan dikenal dengan sebutan Sang Hyang Sangkara yaitu nama lain dari Dewa Siwa atau Dewa Iswara. Pementasan barong di samping untuk menegakkan proses Tri Kona juga mengingatkan umat agar menjaga dan memelihara hutan sebaik-baiknya. Hutan yang berfungsi dengan baik menjadi sumber kehidupan umat manusia. 

* I Ketut Gobyah
sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net