Sabtu, 14 November 2015

Peliharalah Sesuatu yang Patut Dipelihara

Vittena raksya dharmo
Veda yogena raksya
Mrdunaa raksyate bhupah
Sat striyaa raksyate grham.
(Canakya Nitisastra V.9).  

Maksudnya: 
Dharma dipelihara dengan artha. Veda dipelihara dengan menjalankan ajaran yoga. Raja dipelihara dengan kata-kata yang benar dan indah. Rumah tangga dipelihara oleh istri yang utama.

 Memelihara dan melindungi sesuatu yang patut dan wajib dilindungi salah satu ciri dinamika hidup manusia.

========  

Melakukan swadharma hidup tersebut tidaklah mudah. Swadharma tersebut wajib dilakukan dengan bekerja sama dengan sesama untuk saling memelihara (cakra yadnya) dalam dinamika kehidupan bersama dalam suatu masyarakat. Memelihara dan melindungi sesuatu yang patut dipelihara dan dilindungi membutuhkan keluhuran moral dan ketahanan mental yang tangguh.

Untuk mendapatkan kondisi diri seperti itu harus melakukan upaya sekala dan niskala atau lahir batin. Secara niskala umat Hindu di setiap desa pakraman memiliki Pura Puseh sebagai salah satu dari unsur Kahyangan Tiga tempat memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Wisnu.

Dewa Wisnu adalah Tuhan dalam fungsinya sebagai pemelihara dan pelindung ciptaan-Nya.

 Desa pakraman adalah suatu unit sosial religius Hinduistis yang berfungsi sebagai wadahnya umat Hindu dalam mengamalkan ajaran suci agama Hindu di tingkat desa.

Untuk menegakkan daerah Bali sebagai wadah kehidupan umat Hindu haruslah dimulai dari desa pakraman. Artinya, ajeg Bali itu akarnya di desa pakraman.

 Di desa pakraman konsep pengendalian dinamika hidup untuk melakukan utpati (mencipta), stithi (memelihara dan melindungi) dan pralina (meniadakan) sesuatu yang patut diciptakan, dipelihara dan di-pralina untuk tegaknya dharma isi kitab suci Veda.

Menurut Canakya Nitsastra V.9 di atas yang wajib dipelihara adalah tegaknya dharma, ilmu pengetahuan suci Veda, pemerintahan dan rumah tangga.

 Dharma adalah salah satu dari empat tujuan hidup menurut ajaran Hindu. Keempat tujuan hidup itu saling terjalin secara simultan. Karena itu disebut juga Catur Varga. Artinya empat yang terjalin. Dharma tidak mungkin sempurna pengamalannya tanpa dipelihara oleh artha dan kama . Sebaliknya artha dan kama tidak mungkin bermakna utama tanpa dharma.

Kalau ketiga tujuan hidup itu dapat dicapai dalam hidup di dunia sekala maka di dunia niskala, maka atman akan mencapai moksha. Terjaminnya proses hidup mewujudkan tujuan hidup di desa pakraman itulah yang wajib kita pelihara dan lindungi. Artha dapat juga diartikan sebagai kemakmuran ekonomi yang benar dan adil. Hal itulah yang akan menjamin tegaknya dharma di desa pakraman.

Memelihara dan melindungi dharma artinya memelihara ajegnya kebenaran, tegaknya tradisi berbuat kebajikan pada sesama dan setianya umat pada kewajiban hidupnya sesuai dengan swadharmanya masing-masing. Yang wajib juga harus dilakukan adalah tradisi mendalami kitab suci Veda seperti tradisi nyastra di desa pakraman.

Kitab-kitab Sastra Hindu itu adalah kitab yang berfungsi untuk menyebarkan ajaran suci Veda secara lebih aplikatif. Adanya kelompok pesantian yang semakin berkembang dari desa sampai ke kota patut dipelihara dan dilindungi agar semakin berkualitas. Pesantian itulah yang akan terus memelihara tradisi nyastra di Bali.

Mereka yang ikut dalam paguyuban pesantian itu tidak hanya terpikat oleh indahnya lantunan gending, kidung dan kekawin saja. Secara pelan mereka akan terus bersentuhan dengan kesucian ajaran Veda yang terdapat dalam bahasa yang indah pada seni gending, kidung dan kekawin tersebut. Tradisi inilah yang wajib dipelihara dan dilindungi di setiap desa pakraman di Bali .

Bali TV sudah cukup berhasil dalam membangkitkan tradisi nyastra melalui pesantian-pesantian yang semakin bergairah itu.

 Yang wajib kita juga pelihara dan lindungi adalah jalan pemerintahan. Apalagi dalam era demokrasi orang-orang yang berada di pemerintah harus diketuk hati nuraninya dengan bahasa kebenaran yang suci dan indah itu.

Memelihara pemerintahan tidak bisa hanya dengan menaati apa yang diprogramkan oleh mereka yang ada di pemerintahan. Mereka juga perlu diberikan saran, usulan dan kritik sebagai wujud partisipasi aktif masyarakat di desa pakraman. Caranya melakukan dengan pendekatan seni budaya yang religius. Bukan dengan cara-cara yang anarkis membuat kita saling tersinggung dan buntutnya menjadi dendam sosial berkepanjangan. Keutuhan rumah tangga pun harus secara aktif dilindungi dengan menegakkan peranan istri sebagai pengendali moral dan mental rumah tangga dengan penuh kasih sayang yang sejati.  

* I Ketut Gobyah
sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net