Kamis, 19 November 2015

Perkuat Sistem Sosial

Brahmacari grihasthasca
Vanaprastho yatistatha
Ete grihastha prabhavas
Catvarah prithagasramah.
(Manawa Dharmasastra, VI.87). 

Maksudnya: Brahmacari masa hidup berguru, grehasta masa hidup berumah tangga, vanaprastha masa pensiun dan sanyasa masa hidup untuk mencapai kelepasan atman. Keempat tahapan hidup tersebut berbeda-beda swadharma-nya, tetapi pengembangannya berpusat pada grihastha asrama. 


TUJUAN hidup menurut ajaran Hindu sebagaimana dinyatakan dalam berbagai sastra suci Hindu seperti Brahma Purana 228.45. adalah untuk mencapai dharma, artha, kama dan moksha.

Untuk mencapai tujuan hidup yang sangat ideal tersebut tidaklah gampang. Empat tujuan hidup tersebut harus dicapai secara bertahap. Karena itu, dalam berbagai sastra suci Hindu seperti dalam Agastia Parwa dinyatakan mencapai empat tujuan hidup tersebut harus melalui sistem sosial yang disebut asrama. Asrama itu adalah tahapan-tahapan hidup dengan swadharma yang berbeda-beda dalam setiap tahapan hidup. Dalam setiap tahapan hidup atau asrama memiliki skala prioritas yang berbeda-beda.

Pada tahapan hidup brahmacari tujuan hidup lebih diutamakan berguru untuk mewujudkan tujuan hidup memahami dharma. Berbeda halnya dengan tahapan hidup saat berada pada grihastha asrama yang lebih memprioritaskan pada pencapaian artha dan kama. Berbeda pula dalam tahapan hidup vanaprastha dan saniyasa asrama. Dua tahapan hidup terakhir itu untuk mempersiapkan umat dalam mewujudkan tujuan hidup mencapai kelepasan dengan ikatan duniawi, yakni mencapai dunia niskala atau moksa. Dari semua tahapan hidup itu tahapan hidup grihastha asrama sebagai sentral kehidupan untuk menyukseskan asrama-asrama yang lain.

Yang wajib kita perhatikan dewasa ini yakni sistem sosial catur asrama. Itu wajib ditegakkan dan dikuatkan agar disiplin kehidupan sosial menjadi tegak. Sebab, dalam praktik empirisnya banyak sekali ada penyimpangan dari swadharma masing-masing. Golongan brahmacari sering mengabaikan swadharmanya untuk hidup berguru dengan disiplin.

Tegaknya disiplin brahmacari inilah yang akan menentukan lembaga sosial lainnya yaitu lembaga catur varna. Karena itu dalam ajaran Hindu kita mengenal adanya varna asrama dharma. Ini artinya setiap orang akan selalu berada dalam kelompok sosial yang disebut catur asrama dan catur varna.

Masyarakat manusia dikelompokkan ke dalam asrama dan varna. Dengan demikian, ada kelompok brahmacari, grihastha, vanaprastha atau saniyasa asrama. Dari asrama ini akan berkembang menjadi catur varna. Sistem sosial Hindu ini nampaknya berjalan kurang sesuai dengan konsepnya dalam kehidupan masyarakat. Banyak golongan brahmacari tidak melakukan swadharmanya secara baik sebagai orang yang sedang hidup dalam tahapan brahmacari. Demikian juga halnya dengan orang yang sudah menginjak kehidupan grihastha.

Brahmacari seyogianya menjadikan proses belajar itu sebagai kebiasaan hidup sehari-hari. Karena dalam Agastia Parwa dinyatakan: ''Brahmacari ngarania sang mangabiasa sang hyang sastra tur sang ruh ring kaling ganing sang hyang aksara.'' Artinya, brahmacari itu adalah mereka yang sedang mendalami pengetahuan suci (Sang Hyang Sastra). Proses belajar itu sebagai suatu kebiasaan hidup dan mereka yang sangat paham akan hakikat menggunakan aksara.

Kalau semua kelompok asrama tersebut tidak patuh pada swadharmanya masing-masing maka sistem asrama atau sistem sosial akan menjadi lemah. Lemahnya sistem sosial ini akan menggagalkan tujuan hidup mencapai dharma, artha, kama dan moksha. Apalagi, sistem catur varna juga tidak berjalan sesuai dengan konsepnya. Misalnya, mereka yang menyatakan dirinya golongan brahmana atau ksatria maupun vaisia tetapi guna dan karma-nya sama sekali tidak mencerminkan golongan tersebut. Hal itu akan membuat lebih rancu sistem sosial Hindu.

Karena itu, sistem sosial Hindu sebagai wadah pengelompokan masyarakat Hindu untuk mewujudkan empat tujuan hidupnya perlu dibenahi melalui metode yang benar dan tepat sesuai dengan ajaran agama Hindu.

Mereka yang memiliki guna dan karma sebagai brahmana, ksatria maupun vaisia-lah yang boleh digolongkan sebagai kelompok sosial tersebut. Jangan mereka bekerja sebagai buruh bangunan atau tukang pel di hotel menyebutkan diri brahmana. Sedangkan seorang Prof. Dr. di suatu universitas, karena ia seorang I Wayan lalu disebut sudra. Inilah salah satu wujud sistem sosial Hindu yang tidak berjalan sesuai dengan konsep ajaran Hindu.

Sistem sosial Hindu yang bertentangan antara teori dengan praktik akan melemahkan semangat umat Hindu dalam mewujudkan tujuan hidupnya. Hal ini akan terus menimbulkan kerancuan dan akan menjadi sumber konflik dalam masyarakat Hindu. 

* I Ketut Gobyah
sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net