Judul | : | Life Workbook, Melangkah dalam Pencerahan, Kendala dalam Perjalanan dan Cara Mengatasinya |
Penulis | : | Anand Krishna |
Penerbit | : | PT. Gramedia Pustaka Utama |
Cetakan | : | I, Juni 2007 |
Tebal | : | vi + 314 hal |
Harga | : | Rp. 50.000,- |
Kelahiran terlanjur terjadi dan kematian ialah keniscayaan masa depan. Di antara dua proses ini manusia eksis. Lantas apa bekal kita dalam ziarah hidup ini? Dalam buku Life Workbook Bapak Anand Krishna menuturkan hampir di setiap lokakarya, para peserta mengacu pada identitas luaran yang diperoleh paska kelahiran. Misalnya pendidikan, pengetahuan, agama, nama baik keluarga, warisa, dll (hal 65). Padahal menurut tokoh spiritual lintas agama Nusantara ini ada 3 "anugerah Keberadaan", yakni: waktu, ruang, dan nafas.
Manusia terlahir pada saat tertentu. Mati pun dalam pelukan Sang Maha Kala. Ada tiga matra imaginer dalam kontinuitas waktu, yakni masa lalu (past), depan (future), dan kini (now). Prof S Radhakisnan yang pernah menjabat sebagai Presiden India berpesan, "Belajarlah dari masa lalu tanpa penyesalan, rajutlah masa depan tanpa kekhawatiran." Dan last but not least," Sekarang ialah saat untuk berkarya!" tandas pujangga besar tersebut (hal 72-73). Suatu kali penulis juga melihat kaos berlogo kijing (nisan), tulisannya menarik, "Gunakan hidupmu sebelum matimu!"
Menurut Bapak Anand Krishna dalam buku ini, seni managemen waktu amatlah penting. Bagaimana caranya? mudah, yaitu dengan membagi 24 jam sehari dalam tiga kudran. Delapan jam pertama untuk bekerja mencari nafkah, 8 jam kedua untuk pengembangan diri dan bercengkrama bersama keluarga, misalnya membaca, nonton film, tamasya guna membuka cakrawala pandang. Sisanya delapan jam ketiga untuk makan, minum, tidur, seks dan MCK. Namun yang utama ialah disiplin pemanfaatan waktu karena setiap saaat itu unik dan berharga.
Sejak keluar dari gua garba hangat Ibunda, Keberadaan menganugerahi tubuh bagi manusia. Ruang rumah bisa porak-poranda digoyang gempa, ambruk diamuk angin puting beliung, tenggelam diterjang lumpur Lapindo...tapi badan ini menjadi "milik" manusia selagi bernafas. Nafas ialah pertanda kehidupan. Manuasia rata-rata bernafas 21.600 kali dalam sehari. Ini proses dahsyat tapi acapkali tak disadari. Menjelang maut menjemput, baru kita paham signifikasi tarik-buang nafas.
Dalam situasi kacau, nafas menjadi cepat seperti monyet yang siklus nafasnya mencapai 32-36 permenit. Sedangkan manusia normal bernafas 15 siklus permenit. Rumus matematisnya sederhana, siklus nafas bebanding lurus dengan keberhasilan manusia. Menurut Bapak Anand Krishna semakin pelan dan ritmis nafas kita semakin sehat, sukses dan bahagia hidup ini. Karena kadar oksigen di neuron otak memadai sehingga mampu mencerna informasi secara jernih. Inilah magnet alami yang niscaya menarik keberhasilan mencium kaki Anda.
Lantas apa ukuran keberhasilan? Apakah jumlah rekening di bank? Ya dan tidak. Karena hak milik tersebut baru bermakna jika berfungsi secara sosial. Sebaliknya bagaimana bisa berbagi dengan sesama bila belum mampu berdiri di atas kaki sendiri? Berikut ini beberapa kriteria umum seputar keberhasilan ala Bapak Anand Krishna, penulis 110-an buku laris ini. Keberhasilan utama ialah pengendalian diri. Keberhasilan itu sungguh bermakana tatkala kita rayakan dengan sesama. Selain itu keberhasilan bukanlah pengakuan dari dunia melainkan kepuasan batain. Keberhasilan yang diraih dengan menjegal orang lain bersifat ilusif, keberhasilan manipulatif macam itu terasa hampa. Keberhasilan sejati justru mendorong kita berbagi bersama putra-putri Ibu Pertiwi, warga dunia dan segenap titah ciptaan yang kurang atau belum berhasil (hal 85-96).
Buku Life Workbook ini ialah saripati materi workshop seputar seni pengolahan hidup secara efektif dan efisien. Bahasanya sederhana, gaul, dan fungky sehingga mudah dicerna. Buku ini merupakan sarana untuk menghadapi tantangan kehidupan dengan penuh percaya diri :)
-Tarsisus Nugroho Angkasa, S.Pdsumber: http://www.akcjoglosemar.org/resensi-buku-guruji/life-workbook/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar