KOMPAS Minggu, 25 September 2005
Bisnis yang Dilambari Hati Nurani
- Judul Buku: Spiritual Capital Memberdayakan SQ di Dunia Bisnis- Judul Asli: Spiritual Capital Wealth We Can Live By Using Our Rational, Emotional and Spiritual Intelegence to Transform Ourselves and Corporate Culture-
Penulis: Danah Zohar dan Ian Marshall-
Penerjemah: Helmi Mustofa-
Penerbit: Mizan-Bandung, Agustus 2005-
Tebal: 254 halaman
Oleh: J Sumardianta
Mats Lederhausen adalah profesional muda yang meraih puncak karier pada usia 30-an. Chief Executive McDonald’s Swedia ini pernah menghadapi dilema karier. Mats tidak bahagia kendati keluarganya harmonis dan berkelimpahan uang. Ia gamang dengan pekerjaan yang ditekuninya. Ia ingin memperbaiki kualitas hidupnya.
Mats sangat prihatin dengan krisis lingkungan hidup dan runtuhnya masyarakat yang meraja di pelbagai belahan dunia. Perusahaan besar tempatnya bekerja tidak cukup melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan. Kata Mats, ”Saya hanya mencari uang. Saya habiskan 13 jam tiap hari untuk bekerja pada McDonald’s. Saya tidak mengabdikan diri untuk hal-hal yang sangat saya pentingkan. Saya ingin memiliki arti dengan menjadi bagian dari solusi, bukan masalah.”
Ada tiga pilihan yang ia miliki. Tetap di McDonald’s untuk melakukan perubahan, menjadi konsultan independen. Atau, hidup membiara di Tibet. Ia memilih bertahan dan menulis surat keprihatinan kepada Jack Greenburg, CEO McDonald’s, dan mendapat kejutan diundang ke Chicago untuk mempresentasikan gagasannya. Tidak disangka, Mats memperoleh promosi yang tidak pernah ia bayangkan: vice president strategy.
Mats kini digaji sebagai tukang kritik untuk mendongkrak perusahaan. Ia menjalankan upaya menentang organisme yang dimodifikasi secara genetik, kampanye pembuatan kandang lebih luas, melakukan kemitraan dengan Conservation International untuk menanggulangi kerusakan ekosistem bumi, dan merancang sumbangan McDonald’s guna mewujudkan pertanian berkelanjutan. Mats mengikuti Vivekananda, filsuf India, ”Semesta ini hanyalah aula tempat jiwa latihan geladi rohani”.
”Spiritual Capital”
Danah Zohar dan Ian Marshall, penulis buku Spiritual Capital (SC), menyebut kegelisahan, keprihatinan, kebutuhan, dan pergulatan riil eksistensial Mats yang mendalam untuk melakukan sesuatu guna menjadikan hidup mengabdi menjadi tujuan penuh makna merupakan kecerdasan spiritual (SQ). Pasangan suami-istri, penulis best seller SQ, yang berdomisili di Oxford, Inggris, ini menyebut Mats memiliki kecerdasan hati nurani. Kecerdasan yang memberikan kesadaran bahwa hidup punya dimensi lebih dalam ketimbang sekadar menghabiskan waktu untuk memupuk modal material. Spiritual berarti prinsip yang memvitalisasi suatu organisme. SQ tidak harus dikaitkan dengan agama atau kepercayaan apa pun. SQ bersifat universal berkaitan dengan nilai, makna, dan tujuan fundamental hidup manusia.
Kedua tokoh bereputasi internasional itu menilai SQ Mats tinggi. Hasratnya untuk memperjuangkan visi, nilai, makna, dan tujuan mulia telah menggeser skala motivasi kerjanya dari -3, serakah (bekerja demi uang) menjadi +3, kekuatan dari dalam, bahkan +6, pengabdian lebih tinggi. Pemimpin pengabdi seperti Mats memiliki dan menjalankan kekuasaan dengan penuh kerendahan hati. Mats layak dijuluki ksatria yang menciptakan budaya baru SQ. Pantas pula disebut master karena menerapkan SC yang berdampak luas.
Buku ini, sebagaimana diungkapkan penulisnya di halaman persembahan, memang didedikasikan buat Mats Lederhausen. Eksekutif muda ini teladan nilai-nilai asketik dan altruistik dalam bisnis, mengingat paradigma umum kaum profesional di kebanyakan perusahaan cenderung serakah, egoistik, dan oportunis dalam perburuan keuntungan melulu demi keuntungan itu sendiri (the pursuit of profit for its own sake). Paradigma itu dilukiskan filsuf Ludwig Wittgenstein dengan ungkapan, ”Jika yang kau miliki hanyalah palu, segalanya lalu tampak seperti paku”. Eksekutif dan manager pada umumnya digerakkan motivasi-motivasi rendah seperti ketakutan (-4), keserakahan (-3), kemarahan (-2), dan penonjolan diri (-1) yang mengorbankan kualitas hidup. Semua motivasi destruktif itu bak monster, memangsa diri sendiri. Motivasi yang membuat kapitalisme dan praktik bisnis yang beroperasi di dalamnya diterjang krisis dan tidak punya masa depan.
Kaum profesional pada umumnya menjalani hidup di gurun spiritual bercirikan artifisialitas, ketiadaan komitmen, hampa makna, dan erosi akan kepastian moral-religius. Mereka mengabaikan SC yang bisa menciptakan kebaikan, kreativitas, visi, dan toleransi tinggi terhadap stres.
Bisnis yang mengabaikan SC tidak berkelanjutan karena terbukti menimbulkan krisis kepemimpinan pada perusahaan-perusahaan terkemuka. Problem perusahaan itu pada dasarnya despiritisasi. Perusahaan harus menghasilkan uang. Kerja dirumuskan sebagai mengejar uang. Namun, manusia, hakikatnya makhluk spiritual yang selalu dahaga akan nilai dan makna. Jadi, kehidupan korporasi menyingkirkan kerinduan manusia sebagai makhluk bermakna. Bisnis di zaman kuantum tak ubahnya rawa tempat buaya besar menggunakan semua jenis penipuan, kecurangan, dan laporan palsu untuk mengenyangkan perut sendiri.
Kapitalisme adalah instrumen paling dominan yang dengan uang dan kekuasaannya bisa menimbulkan perubahan signifikan. Buku ini bukan antikapitalis dan antibisnis, melainkan ingin mengubah kapitalisme yang amoral, myopic, dan mengutamakan kepentingan jangka pendek. Penulisnya tidak menampik mekanisme ekonomi yang telah menghasilkan kekayaan material yang belum pernah dicapai dalam sejarah umat manusia sebelumnya itu. SC memperkaya dan melestarikan jiwa manusia, sekaligus membuat bisnis berkelanjutan.
Modal material dihasilkan kecerdasan intelektual (IQ). Sementara, modal sosial dibangun dengan kecerdasan emosional (EQ). Eksplorasi makna, nilai, dan tujuan fundamental (SQ) seseorang atau perusahaan akan menghasilkan SC. Nah, ketiga jenis modal dan ketiga jenis kecerdasan itu bila dipadukan akan mengubah budaya bisnis dan perusahaan. Hasilnya? sinergi kegigihan memupuk laba dengan cita-cita luhur. Kesuksesan material beriringan dengan kesuksesan spiritual. Manipulasi diubah menjadi pemberdayaan. Disiplin kaku diganti flesibilitas. Dedikasi menggeser egoisme. Dan, mengubah sikap masa bodoh menjadi kepedulian.
Merck Pharmaceutical menyediakan obat-obatan gratis guna mencegah meluasnya kebutaan akibat parasit river blindness di Afrika. Starbucks memiliki komitmen untuk memberikan harga pantas kepada para petani kopi. Pun pembangunan infrastruktur kesehatan dan pendidikan. Coca-Cola punya program akbar mendirikan klinik-klinik kesehatan di pedesaan China. Semua bermula dari keinginan murni melakukan kebajikan yang bersemayam tepat di jantung visi dasar perusahaan. Visi yang dilambari spiritual mendalam.
Mengubah tindakan SC, mengubah tindakan berdasarkan motivasi rendah menuju tindakan berdasarkan motivasi tinggi (eksplorasi, kekuatan dari dalam, penguasaan diri, dan pengabdian yang lebih tinggi). Konsep baru SC yang diperkenalkan suami-istri Danah Zohar dan Ian Marshall mengadopsi sistem adaptif kompleks manusia, berkaitan dengan 12 prinsip transformasional: kesadaran diri, spontanitas, terbimbing oleh visi dan nilai, holistik, kepedulian, menyantuni keragaman, independensi terhadap lingkungan, membingkai ulang, pemaknaan positif atas kemalangan, rendah hati, dan keterpanggilan.
Dalam buku ini, supaya kapitalisme tidak menjadi monster, Danah Zohar dan Ian Marshall menawarkan skala motivasi baru dengan merevisi piramida kebutuhan manusia ala Abraham Maslow. Pemenuhan kebutuhan justru harus dimulai dari aktualisasi diri (makna), harga diri (ego), dan keterlibatan sosial sebagai kebutuhan lebih tinggi. Baru pemenuhan kebutuhan dasar untuk bertahan hidup seperti kecukupan fisiologis, keselamatan, dan keamanan diri. Psikolog Abraham Maslow sendiri telah mengakui kekeliruannya sebelum wafat.
Buku ini ditujukan untuk perubahan paradigma pada level individu maupun perusahaan. Ditulis berdasarkan pengalaman puluhan tahun Danah Zohar sebagai konsultan kepemimpinan strategik dan Ian Marshall sebagai psikiater pengikut Carl Gustav Jung—psikoanalis mashyur yang gagasannya melampaui pesimisme Sigmund Freud. Buku ini mengombinasikan ide-ide sains baru abad ke-21, terutama fisika kuantum, chaos, dan sains kompleks.
Penerjemahan buku yang edisi Inggris-nya terbit tahun 2004 ini patut mendapat pujian. Kualitas terjemahannya bukan sekadar transilterasi melainkan transkulturasi. Cocok juga dibaca oleh pendidik, psikolog, konselor, dan pekerja sosial. Kendati demikian, paradigma baru SC tetaplah produk pemikiran Barat dengan segala bias kepentingan neoliberalnya. Ontologi (hakikat) dan epistemologi (cara pandang) kapitalisme neo-liberal mengondisikan manusia melulu jadi makhluk pengeruk tunai dengan menghalalkan segala cara. Bila diterapkan dengan tidak tulus, SC akan menyelubungi topeng kemunafikan kapitalisme dengan strategi ”aku melindungi diriku dengan menolongmu”.
J Sumardianta, Guru SMA Kolese de Britto, Yogyakarta
sumber: http://jsumardianta.blogspot.com/2008/01/resensi-buku-spiritual-kapital-kompas.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar