Abstraksi – Pertempuran antara ‘baik’ melawan ‘jahat’
Pertempuran halus/ non-fisik antara ‘baik’ melawan ‘jahat’ telah dikobarkan sejak zaman dahulu. Sekali lagi ini sedang diperjuangkan di dunia non-fisik selama tahun 1999-2012. Setelah ini, intensitas dari pertempuran halus akan stabil dan kemudian berkurang secara bertahap setelah 2012-13. Sebuah pertempuran di Bumi akan terjad dari tahun 2013-2018. Setelah itu, dunia akan menjalani periode pemulihan terus-menerus dari pertempuran di Bumi tersebut dan kemudian akan mempersiapkan sebuah era baru. Era baru ini akan dikenal sebagai Kerajaan Tuhan dan dengan ini manusia akan mengalami seribu tahun kedamaian dan Kebajikan (Dharma). Waktu kita hidup saat ini sangatlah signifikan karena dampak dari pertempuran ini akan dirasakan oleh seluruh alam semesta. Namun, waktu saat ini juga sangat kondusif untuk melakukan praktik spiritual untuk mencapai kesadaran Tuhan (keadaan spiritual tertinggi).
Catatan: Untuk memahami artikel ini, maka diperlukan untuk membaca artikel tentang ketiga komponen-komponen dasar non-fisik/ halus sattva, raja dan tama, yaitu tatanan yang membentuk seluruh penciptaan. Mulai sekarang di seluruh dokumen ini, kami akan mengacu pada komponen-komponen ini dan kata sifat mereka sebagai sāttvik, rājasik and tāmasik. Sebagai contoh, ketika kita merujuk kepada seorang pria sebagai seorang yang sattvik, itu berarti bahwa ia memiliki proporsi dari komponen Sattva yang lebih tinggi dalam dirinya dan lebih murni secara spiritual
1 Definisi ‘baik’ dan ‘jahat’
Dari sudut pandang ilmu pengetahuan Spiritual, orang-orang yang didefinisikan sebagai ‘baik’:
- orang-orang yang masih hidup ataupun yang telah meninggal (tubuh-tubuh rohani/ non-fisik),
- yang memiliki hasrat kuat untuk melakukan ‘latihan spiritual’
- mengejar tujuan untuk menyerahkan semuanya termasuk ego kepada Tuhan dan
- yang menyelaraskan hidup mereka dengan tujuan mencapai kesadaran Tuhan
Hal ini biasanya mencerminkan orang-orang dengan tingkat pencapaian spiritual lebih dari 30%, yang lebih dominan Raja-Sattva atau Sattva nya dan berbudi luhur. Orang-orang tanpa karakteristik-karakteristik yang disebutkan di atas, tetapi melakukan perbuatan-perbuatan baik seperti memberi sumbangan ke panti-panti asuhan, dll, meskipun patut dipuji, tidak selalu memenuhi syarat untuk apa yang ilmu pengetahuan spiritual definisikan sebagai orang ‘baik’. Orang-orang ‘baik’ dan tubuh-tubuh rohani/ non-fisik ‘baik’ bersama-sama berada dalam ‘Kekuatan-kekuatan baik’
Di sisi lain, orang-orang jahat (yang hidup maupun tubuh-tubuh rohani/ non-fisik) lebih dominan Raja-Tamaatau tama nya, tidak berbudi dan memiliki ego yang tinggi. Meskipun mereka mungkin melakukan praktik spiritual tetapi hal itu dilakukan dengan tujuan memperoleh kekuatan spiritual untuk memenuhi beberapa ambisi pribadi. Kata ‘Ego’ di sini digunakan dalam konteks spiritual. Selain penggunaannya sehari-hari sebagai ‘harga diri yang sombong’ dan ‘kecongkakkan tingkat tinggi’, kata tersebut juga termasuk konotasi spiritual yang menganggap diri sendiri terpisah dari Tuan YME. Orang-orang ‘jahat’ dan tubuh-tubuh rohani/ halus ‘jahat’ bersama-sama berada dalam ‘kekuatan-kekuatan jahat’.
Dari perspektif khusus ilmu pengetahuan spiritual, mereka yang melakukan praktik spiritual dengan tujuan mencapai kesadaran Tuhan dan yang secara progresif mempersembahkan tubuh, pikiran dan ego mereka kepada Tuhan akan memenuhi syarat dalam kategori ‘baik’. Oleh sebab itu, sesuai dengan definisi ‘baik’, terdapat sangat sedikit orang-orang ‘baik’ di Bumi. Mayoritas orang berada dalam kategori ‘jahat’. Namun di antaranya, mereka yang mencoba untuk membahayakan masyarakat dan mengurangi komponen sattva di dunia berjumlah hingga 30% dari populasi. Sebagian besar, oleh karena kurangnya ‘latihan spiritual’ dan fokus pada materialisme dapat dengan mudah digunakan oleh energi negatif untuk bertindak sesuai keinginan kekuatan-kekuatan ‘jahat’.
2 Dari manakah ‘baik’ dan ‘jahat’ berasal?
2.1 Kapankah kejahatan mulai ada?
Segala sesuatu di alam semesta berasal dari Satu Tuhan. Prinsip Tuhan meresapi segala sesuatu di alam semesta dan juga berada melampaui alam semesta. Dari perspektif ini baik ‘kebaikan’ dan ‘kejahatan’ berasal dari prinsip Tuhan tersebut. Keduanya ada sejak penciptaan alam semesta. Namun kejahatan berada dalam wujud benih atau terpendam pada saat itu.
Menurut hukum spiritual dari penciptaan, ‘semuanya berasal dari prinsip Tuhan, semua akan dipelihara dan kemudian menjalani disolusi/ peleburan kembali ke dalam prinsip Tuhan tersebut’. Dengan demikian, alam semesta telah tercipta, akan dipelihara untuk jangka waktu yang telah ditetapkan dan kemudian akan menjalani disolusi/ peleburan. Sebagai bagian dari rencana Ilahi ini, ‘kejahatan’ yang sebelumnya berada dalam bentuk benih pada asal mula alam semesta terus bertumbuh. Hal itu termanifestasikan dalam wujud kekuatan-kekuatan halus ‘jahat’ dan di dalam manusia. Seiring berlangsungnya waktu, unsur kejahatan tersebut akan terus berkembang hingga mencapai 100%, titik di mana alam semesta akan mengalami peleburan.
2.2 Dari manakah ‘baik’ dan ‘jahat’ mendapatkan energi mereka?
Karena kebaikan dan kejahatan berasal dari prinsip Tuhan Tertinggi (Supreme), mereka juga mendapat energi spiritualnya dari Tuhan YME. Hal ini mungkin terlihat seperti sebuah paradoks; namun hal itu dapat dimengerti dengan analogi berikut ini. Dua karyawan dari satu perusahaan bekerja sama kerasnya dan mendapatkan upah yang sama. Setelah uang tersebut berada di tangan mereka, maka akan tergantung pada mereka bagaimana mereka akan menggunakan uang tersebut. Satu orang dapat menggunakan uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan pangan dirinya dan setelah itu yang masih tersisa untuk menolong masyarakat. Sedangkan orang yang satunya mungkin menggunakan uang tersebut untuk membahayakan masyarakat. Menghasilkan uang mirip dengan memperoleh energi spiritual yang kita dapatkan ketika kita melakukan praktik spiritual. Tujuan di balik melakukan praktik spiritual sangat berbeda untuk orang yang ‘baik’ dan ‘jahat’. Untuk yang pertama, hal itu bertujuan untuk bersatu dengan Tuhan sedangkan untuk yang kedua yang utama adalah untuk medapatkan kekuatan spiritual untuk kepuasan mereka. Setelah kita membangun cadangan energi spiritual kita, Tuhan memberikan kita kehendak bebas untuk menggunakannya sekehendak hati kita. Energi spiritual ini ketika digunakan oleh seseorang untuk Kebajikan dikenal sebagai energi ‘baik’ dan bila digunakan untuk kejahatan dikenal sebagai energi ‘jahat’.
l yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa ketika energi spiritual digunakan untuk tujuan-tujuan kebajikan, seseorang mengalami kemanunggalan dengan aspek Tuhan itu. Oleh sebab itu, seseorang dapat mengakses sebanyak energi Ilahi (Tuhan) sesuai dengan tingkat kemanunggalannya. Jadi seorang tidak berakhir dengan kehilangan energi spiritual. Namun ketika seseorang menggunakan energi spiritualnya untuk tujuan-tujuan yang tidak benar, karena hal itu bertentangan dengan sufat alami Tuhan, maka orang atau tubuh halus tersebut akhirnya menghabiskan sejumlah kekuatan spiritual nya.
3 Apakah misi dari ‘baik’ dan ‘jahat’?
Misi dari kekuatan-kekuatan ‘baik’ adalah untuk membangun ketentraman di semua wilayah alam semesta berdasarkan komponen sattva. Di sisi lain, kekuatan-kekuatan jahat berusaha untuk mendirikan sebuah kerajaan iblis berdasarkan komponen-komponen Raja dan Tama. Kerajaan iblis ini adalah semacam kerajaan yang paling kondusif bagi kekuatan-kekuatan iblis untuk memenuhi hasrat-hasrat keinginan mereka. Hasrat-hasrat keinginan ini bermacam-macam, misalnya terlibat secara berlebihan dalam kenikmatan-kenikmatan sensual (hawa nafsu), penyalahgunaan kekuasaan, mengganggu para ‘pencari’ Tuhan YME dan menghambat mereka dari melakukan praktik Spiritual untuk mencapai kesadaran Tuhan.
4 Keseimbangan antara ‘baik’ dan ‘jahat’
Disebabkan oleh fakta bahwa misi-misi dari kekuatan-kekuatan ‘baik’ dan ‘jahat’ yang saling bertentangan satu sama lain, selalu terdapat konflik di antara keduanya. Keseimbangan ini berfluktuasi dari waktu ke waktu dan tidak pernah tetap. Efek-efeknya sangat terasa di seluruh wilayah alam semesta. Misalnya, ketika terjadi peningkatan pada kekuatan-kekuatan iblis dan hantu-hantu (setan, iblis, energi negatif, dll), situasi di semua alam-alam eksistensi positif, yang termasuk Bumi (Bhūlok) dan Surga (Swarga), mulai memburuk. Di wilayah Bumi, hal itu mempengaruhi berdampak burul bagi kita pada tingkatan fisik, mental dan spiritual. Namun wilayah-wilayah negatif yaitu berbagai tingkatan neraka (Pātāl), mengalami efek positif dalam paradigma mereka. Sebaliknua, ketika ada pergerakan/ kemiringan dalam keseimbangan ke arah ‘kebaikan’, terdapat peningkatan dalam komponen dasar sattva dan Bliss (Ānand) yang dialami di seluruh alam semesta. Perdamaian dan kemakmuran bertahta di Bumi. Namun kekuatan-kekuatan iblis merasa tertekan oleh kecenderungan positif ini. Tingkat ketidaknyamanan mereka ini mirip dengan memaksa seorang penjahat yang terpaksa hidu berdasarkan aturan yang berlaku.
4.1 Apakah alasan-alasan di balik miringnya keseimbangan ke arah kekuatan-kekuatan jahat?
Pada setiap kesempatan yang diberikan, kekuatan-kekuatan jahat di alam semesta berusaha untuk memberi pengaruh negatif pada keseimbangan kekuasaan. Walaupun kekuatan-kekuatan iblis berupaya secara konstan untuk mengurangi komponen sattva non-fisik dan menghentikan para pencari Tuhan dari praktik dan penyebaran spiritualitas, kekuatan-kekuatan ‘baik’ bertahta dengan agung selama adanya para Suci (Saints) dan para ‘pencari’ Tuhan yang melakukan praktik spiritual. Hal ini disebabkan oleh karena Tuhan membantu para Suci (Saints) dan Wadah/ cadangan utama dari kekuatan ‘baik’ dan ‘jahat’ berada di wilayah-wilayah non-fisik/ halus. Kekuatan-kekuatan baik dan jahat di Bumi adalah seperti boneka pada tali karena keduanya mendapatkan kekuatan mereka dari kekuatan-kekuatan baik dan jahat masing-masing di alam non-fisik/ halus.
4.2 Tingkat pencapaian spiritual dan serangan oleh hantu-hantu (setan, iblis, energi negative, dll)
Kekuatan-kekuatan iblis pada umumnya menyerang kekuatan-kekuatan ‘baik’ yang berada dalam kisaran +/- 10% kekuatan spiritual dari kekuatan mereka sendiri. Alasan untuk hal ini adalah bahwasanya hantu tidak dapat mempengaruhi seseorang dimana ada perbedaan 10% pada tingkat spiritual yang mendukung orang tersebut. Hal ini disebabkan karena seseorang mampu untuk memanfaatkan 10-20% dari perlindungan Tuhan, sehingga menjadikannya lebih besar dari tingkat penderitaan yang disebabkan oleh hantu-hantu, yang melindungi orenag tersebut dari serangan hantu yang memiliki energi spiritual lebih rendah.
Hantu-hantu pada tingkat spiritual 10% lebih besar daripada tingkat spiritual seseorang, tidak peduli untuk menyerang orang tersebut, sebab dia terlalu kecil untuk bersaing dan oleh karena itu dihiraukan oleh hantu tersebut. Jadi misalnya, seseorang pada tingkat spiritual 30% akan diserang oleh hantu (setan, iblis, energi negatif dll) di kisaran tingkat spiritual 20 – 40%.
Akan menjadi lebih mudah bagi kekuatan-kekuatan iblis ‘jahat’ untuk menggunakan kekuatan mereka atas umat manusia terutama ketika manusia lebih materialistis dan kurang berminat untuk melakukan praktik Spiritualitas. Ketika ada peningkatan dalam komponen Tama di dalam umat manusia, kekuatan-kekuatan iblis yang mana mereka sendiri lebih dominan Tama nya, dengan mudah mengambil keuntungan dari situasi tersebut dan mencoba untuk membangun kendali mereka atas umat manusia.
Lihat ke artikel, Sejauh mana tingkat spiritual memberikan perlindungan dari hantu-hantu?
5 Kapankah pertempuran pertama antara kebaikan dan kejahatan diperjuangkan?
Masa hidup alam semesta terbagi ke dalam 4 eras yaitu Satyayug, Trētāyug, Dwāparyug dan Kaliyug.Satyayug adalah era yang paling murni secara spiritual. Namun setelah era ini tingkat spiritual rata-rata manusia mulai berkurang sejaan dengan berlangsungnya setiap era berikutnya sampai mencapai level terendah di Kaliyug atau Era Perselisihan, yang merupakan era saat ini. Era ini akan berlangsung selama 432,000 tahun. Kita saat ini berada di tahun ke 5,500 pada era Kaliyug. (lihat ke gambar di bawah)
Dalam setiap era terdapat siklus-siklus kecil dari Satyayug, Trētāyug, Dwāparyug dan Kaliyug dan kesadaran spiritual dari manusia pada era-era mini ini bervariasi. Setiap siklus era kecil terbagi lebih lanjut ke dalam empat era yang bahkan lebih kecil lagi. Sub-divisi dari siklus-siklus mini di dalam siklus-siklus mini ini berulang terjadi sampai sedalam enam tingkatan. Siklus-mini terkecil berlangsung selama periode sekitar 1000 tahun. Angka 1000 adalah sesuai dengan perhitungan waktu di masa saat ini. Misalnya, siklus-mini terkait di dalam era Satyayug akan jauh lebih lama dibandingkan di Kaliyug. Hal ini disebabkan karena Satyayug adalah sebuah era yang memiliki komponen non-fisik/ halus Sattva yang sangat tinggi. Salah satu karakteristik dari sattva adalah sifat ekspansif/ luas, sedangkan karakteristik yang dari Tamaadalah pembusukan. Oleh sebab itu, satu tahun di Kaliyug pada dasarnya akan berarti bertahun-tahun lebih banyak di Satyayug.
Pada awal penciptaan, keseimbangan 100% mendukung kekuatan-kekuatan ‘baik’ sehubungan kekuatan-kekuatan iblis masih berada dalam bentuk terpendam/ benih. Hal ini disebabkan karena dalam era pertama, yaitu Satyayug, seluruh umat manusia terlibat dalam praktik spiritual dan tingkat spiritual rata-rata dari masyarakat adalah 70%. Mereka menjalankan dirinya dengan sikap bahwa setiap aspek dari kehidupan mereka adalah praktik spiritual dan sebagai pelayanan kepada Tuhan. Ketika kaliyug-mini di siklus-mini terakhir dari Satyayug dimulai, jumlah orang yang berbuat jahat di bumi menjadi lebih dari 2% dari seluruh penduduk. Komponen non-fisik/ halus Tama menjadi cukup tinggi bagi kekuatan-kekuatan jahat yaitu hantu –hantu (iblis, setan, energi negatif, dll) untuk mencapai tuntutan mereka akan supremasi. Hal ini merupakan pertempuran pertama antara kekuatan-kekuatan baik dan jahat dan itu dikobarkan pada akhir dari siklus-mini Kaliyug ini dalam siklus-mini terakhir dari Satyayug.
sumber : http://www.spiritualresearchfoundation.org/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar