Berawal dari tindakan muncullah ikatan khayal, Berawal dari khayal muncullah pikiran yang terputar balik, Mental yang terbalik menuju pada kelakuan yang keliru, Kelakuan sedemikian menghasilkan kelahiran kembali.
Anak-anak penjelmaan Ilahi! Rumah indah filsafat Hindu dibangun pada empat dinding: Karma, Janma, Dharma dan Brahman. Keempatnya saling berkaitan. Tak seorangpun dapat lolos dari akibat tindakannya, apakah itu baik ataukah buruk. Tiada tindakan yang sia-sia. Karma adalah penyebab utama kelahiran seseorang. Jivi (=Jiwa-individual soul) lahir dalam Karma Ia tumbuh melalui Karma Ia berakhir dalam Karma Karma adalah wasit Ilahi Karma itu penyebab Kebahagiaan maupun kesusahan. Telah dikatakan dengan jelas bahwa Tubuh sesungguhnya adalah dasar bagi pencarian Dharma, (Sareeramaadyam khalu Dharmasaadhanam). Dengan mencari Dharma, Brahman disadari. Gita telah menyatakan bahwa bilamana Dharma mengalami kemunduran, kedatangan Avathar pun terjadi. Ini berarti bahwa maksud keberadaan manusia adalah untuk membela Dharma. Karena ciptaan adalah pantulan kehendak Ilahi, tujuan setiap makhluk haruslah untuk hidup selaras dengan kehendak itu. Hidup seseorang haruslah dibaktikan tidak untuk memajukan kepentingan diri sendiri atau melayani kepentingan sesama makhluk lain, tapi demi pelayanan bagi Tuhan. Apapun yang dilakukan bagi seseorang, bila itu dilakukan sebagai persembahan pada Tuhan, akan mencapai Tuhan. Manusia harus mensucikan setiap tindakan dengan menganggap tindakannya sebagai persembahan pada Tuhan. Kelahiran Kedua Pada saat keluar dari rahim ibunya, orang terlibat dalam tindakan. Keadaan alamiah ini umum bagi semua orang dan dapat dijelaskan sebagai Sudratwam (Keadaan Sudra, yaitu yang tidak menjadi anggota suatu bagian). Setelah menerima upacara Gayatri, ia lahir kembali (ia menjadi Dwija, lahir dua kali). Gayatri dinyatakan sebagai Chhandasa am maathah - Ibu seluruh Weda. Salah satu nilai Gayatri adalah sebagai doa yang melindungi atau memelihara Gayas atau manusia. Harus diingat bahwa hari ini dengan menerima doa Gayatri, kalian semua memperoleh kelahiran ke dua. Dengan menaati disiplin tahap Brahmachari (tahap kehidupan menuntut ilmu/belajar), engkau menjadikan Weda sebagai pedoman dan akan dikenal sebagai Vipra. Ini merupakan kelahiran ke tiga. Pada tahap ini, dengan mempelajari dan memahami Weda serta hidup menurut petunjuknya, maka diperoleh kesempatan untuk memahami Brahman. Sekali prinsip Brahman dipahami, orang bersatu dalam Brahman. Hanya jika ada kesadaran akan Brahman seseorang dapat menyatakan dirinya sebgai Brahmin yang sejati. Bukan hanya kelahiran saja, tetapi realisasi Brahman menganugrahkan hidup sebagai Brahmin yang sejati pada seseorang (Brahmanathva = kesadaran Brahman). Doa Gayatri harus diucapkan tiga kali sehari: pagi (saat matahari terbit), siang, dan sore (saat matahari terbenam). Saat-saat itu disebut Sandhyaa Kaalam. Seperti manusia waktupun memiliki tiga sifat: Satwa, Rajas dan Tamas. Sehari dibagi menjadi tiga bagian. Empat jam masing-masing antara 04.00 s.d. 08.00 dan 16.00 s.d. 20.00 memiliki sifat Satwa. Delapan jam antara 08.00 s.d. 16.00 adalah Rajasik. Delapan jam antara 20.00 s.d. 04.00 yang biasa digunakan untuk tidur adalah Tamasik. Delapan jam pada siang hari antara 08.00 s.d. 16.00 digunakan oleh semua makhluk pada umumnya untuk melaksanakan kewajiban mereka sehari-hari dan dianggap sebagai Rajasik. Bila empat jam yang Satwik pada pagi hari antara jam 04.00 s.d. 08.00 digunakan untuk melibatkan diri dalam tindakan baik seperti berdoa, kelakuan baik, berada dalam lingkungan yang baik, pastilah orang itu mengangkat dirinya dari tingkat manusiawi ke keilahian. Ia tak dihubungkan pada suatu ajaran, kasta, pujaan atau institusi tertentu. Dikatakan bahwa doa ini merupakan perwujudan sembilan warna: 1) OM; 2) BHUUR; 3) BHUVAH; 4) SVAH; 5) TAT; 6) SAVITUR; 7) VARENYAM; 8) BHARGO; 9) DEVASYA. "Dhiimahi" dihubungkan dengan segi meditasi, Dhiyo yo nah prachodayaat berkaitan dengan permohonan. Secara keseluruhan doa ini berisi tiga segi: penguraian, meditasi dan permohonan. Kesatuan dan Perbedaan Berdasarkan perbedaan dalam sifat Antahkarana (suara hati) telah diberikan empat nama. Bila berhubungan dengan gerak pikiran, dinamakan Manas. Bila gelisah dan tak menentu disebut Chiththam. Bila berurusan dengan pertanyaan dan paham, disebut Buddhi. Bila berhubungan dengan perasaan milikku (sifat memiliki) dinamakan Ahamkaara (egoisme). Mengapa ada empat nama yang berbeda bagi satu hal yang sama (Antahkarana)? Pikiran asyik dengan penghargaan dan perbedaan. Buddhi berurusan dengan kesatuan. Buddhi mengungkapkan kesatuan yang mendasari semua perbedaan. Semua usaha kita harus diarahkan untuk menemukan kesatuan yang mendasari semua perbedaan dan bukannya berusaha membagi yang satu menjadi yang banyak. Doa Gayatri adalah doa suci yang menunjukkan kesatuan yang mendasari keanekaragaman dalam ciptaan. Melalui pengenalan pada kesatuan ini kita dapat memahami keanekaragaman. Tanah liat itu satu dan sama, meskipun dapat dibuat menjadi jambangan dalam berbagai bentuk dan ukuran. Emas itu satu meskipun hiasan emas dapat beranekaragam. Atma itu satu meskipun bentuk jelmaannya di mana-mana dan banyak. Air susu selalu putih apapun warna sapinya. Tak ada suatupun di dunia yang tidak memiliki bentuk dan nama. Kosmos terbuat dari benda dan bentuk serta nama. Sedangkan bentuk menjadi subjek yang selalu berubah, nama tetap tidak berubah. Bentuk dapat berganti dan bahkan sama sekali lenyap, tapi namanya tetap. Sekali kita tahu namanya, kita dapat mengenali apa dan siapa yang diwakilinya. Dalam kumpulan yang besar, tak akan mudah untuk mengenali seseorang hanya melalui penjelasan tentang raut wajahnya. Tapi bila namanya dipanggil, ia segera tanggap dan dapat ditunjukkan. Demikian pula melalui nama Tuhan, bentuk Tuhan dapat digambarkan. Lima Wajah - Tiga Keilahian Gayatri digambarkan dengan memiliki lima wajah. Pertama adalah OM (Tuhan), Kedua BHUUR BHUVAH SVAH. Ketiga adalah TAT SAVITUR VARENYAM. Keempat BHARGO DEVASYA DHIIMAHI. Kelima: DHIYO YO NAH PRACHODAYAAT. Gayatri mewakili lima Prana (=kekuatan hidup) dalam lima wajah ini. Gayatri adalah pelindung lima Prana dalam diri manusia, Gayantham thraayathe iti Gayatri. Karena melindungi orang yang mengucapkannya, ia disebut Gayatri. Jika Gayatri bertindak sebagai pelindung kekuatan hidup, ia dikenal sebagai Savithri. Dalam cerita Purana Savithri terkenal sebagai istri yang berbakti dan membawa kembali hidup kepada suaminya, Sathyawan. Savithri meminpin kelima Prana. Ia melindungi mereka yang menuntut hidup kebenaran. Inilah artinya yang mendalam. Bila kecerdasan dan intuisi seseorang berkembang karena pengucapan doa, keilahian yang menggiatkannya adalah Gayatri. Bila kekuatan hidup dilindungi, keilahian yang menjaga disebut Savithri. Bila kemampuan berkata-kata dilindungi, keilahian itu disebut Saraswathi. Karena peran Savithri, Saraswathi dan Gayatri yang melindungi dalam hubungannya dengan hidup, kemampuan bercakap-cakap dan kecerdasan, Gayatri disebut sebagai Sarvadevathaa-swarupini - penjelmaan semua keilahian. Sangatlah penting mengucapkan Gayatri setidaknya tiga kali sehari, pagi, siang dan sore. Ini berlaku sebagai pengurang akibat kelakuan salah yang dilakukan seseorang setiap hari. Seperti membeli barang dengan uang kontan dan bukannya memperolehnya dengan cara kredit. Tiada tumpukan hutang karma, karena karma sehari itu telah ditebus untuk hari itu juga dengan mengucapkan Gayatri. Alasan bahwa seseorang tidak mempunyai waktu untuk mengucapkan Gayatri tiga kali sehari tidaklah benar dan tidak dapat dipertahankan. Orang membuang-buang waktunya demikian banyak untuk kegiatan yang tak berharga, bahwa sebenarnya mereka dapat dengan mudah meluangkan waktu beberapa saat untuk mengucapkan Gayatri ketika mereka bangun dari tidur dan sebelum mereka pergi tidur, jika saja mereka memiliki kemauan. Gayatri dapat diucapkan bahkan ketika seseorang sedang mandi. Ini juga berarti mempersembahkan pembersihan pada Tuhan. Pada siang hari, jika Gayatri diucapkan sebelum makan, makanan itu disucikan dan menjadi persembahan pada Tuhan. Kekuatan yang Menyelamatkan Para Brahmachari harus menyadari kekuatan doa Gayatri yang menyelamatkan. Melalui Brahmopadesam (pentahbisan pada jalan spiritual untuk menyadari Tuhan), anak-anak laki memperoleh kelahiran yang kedua. Hanya jika mereka telah mencapai makna kelahiran kedua ini mereka pantas memasuki tahap ketiga viprathwam yang suci, yang membimbing mereka untuk menyadari Brahman. "Mereka yang menyadari Brahman, menjadi satu dengan Brahman" adalah kata-kata Weda. Untuk mengenali prinsip Brahman, orang harus memahami sifat sejati dirinya. Ada cerita untuk menggambarkan bagaimana orang dapat mengetahui apakah ia pantas untuk menyadari Brahman. Seorang gadis memperoleh hak atas separuh bagian dari harta seorang pria setelah ia menikah dengan pria tersebut dan sang pria mengalungkan mangala-sutra (benang perkawinan) di lehernya. Benang suci inilah yang memberi hak padanya. Demikian pula seseorang berada jauh dari Tuhan sepanjang ia tidak memperoleh benang penyerahan diri pada Tuhan (Saranaagathi thathva). Pada saat seseorang menggunakan Saranagathi Sutra (doa penyerahan), ia memperoleh hak atas separuh dalam energi dan kekuasaan Tuhan. Kita harus berjuang sungguh-sungguh menuntut jalan penyerahan diri pada Kehendak Tuhan dan mempersembahkan segalanya pada Tuhan. Sikap penyerahan akan tumbuh dalam diri kita bila kita mengucapkan doa Gayatri dengan teratur. Inilah sebab mengapa anak-anak laki ditahbiskan dalam doa ini pada usia muda. Juga ada sebab lain untuk penahbisan awal ini, anak-anak laki yang malas atau bodoh sebelum memperoleh Brahmopadesam dapat mengembangkan kecerdasannya dan setelah mereka menerima doa Gayatri, menjadi lebih rajin belajar. Pengalaman telah membuktikan hal ini. Seperti fajar setelah malam hari, doa Gayatri mengusir gelapnya kebodohan. "Dhiyo yo nah Prachodayaat". Cahaya doa Gayatri menerangi pikiran dan kecerdasan, mengembangkan pengetahuan, kebijaksanaan dan kemampuan membedakan (yang baik dan yang buruk). Aku memberkati anak-anak ini agar mereka mulai hari ini mengucapkan doa Gayatri secara teratur, menuntut hidup yang patut diteladani dan tumbuh menjadi penduduk Bharat yang baik, takut akan Tuhan, berpendidikan dan mencapai penerangan (enlightened). Poornachandra Auditorium, 17 Maret 1983 Sumber: Lembaran Sai - Sirkuler Bandung, Oktober 1986 Wacana Bhagawan Sri Satya Sai Baba pada saat upacara Upanayanam, yaitu hari pemberian Doa Gayatri bagi anak-anak laki, suatu tahap yang penting artinya dalam hidup seseorang untuk memulai kehidupan spiritualnya. Tambahan: Terjemahan kata perkata Doa Gayatri: OM : simbol dari Brahman Bhuur : Bhuh-Loka, alam wadag Bhuvah : Antariksa-Loka, alam astral Svah : Svarga-Loka, alam surga Tat : Yang mengatasi segala-galanya, Paramatman, Yang Tetap. Savitur : Iswara, Pencipta Varenyam : Pantas untuk dipuja Bhargo : Yang menghapuskan dosa dan kebodohan/kegelapan Devasya : Jnana Svarupa, cemerlang Wujud Kebijakan Dhiimahi : Kami bermeditasi Dhiyo : Budhi, kecerdasan, pengertian Yo : yang Nah : kami Prachodayaat : terangilah/bimbinglah. Sumber: Japa Yoga - Swami Sivananda, The Divine Life Society Terjemahan keseluruhan Doa Gayatri: Kami bermeditasi pada Tuhan Yang Maha Mulia, Yang menciptakan alam semesta, Yang patut disembah, Yang merupakan sumber pengetahuan dan penerangan, Yang menghapuskan seluruh dosa dan kegelapan. Semoga Ia menerangi budi kami. I Nyoman Sudira" |
Source : HDNet |
Toko Buku Hindu dan Buku Spiritual Online...Kami menjual buku-buku Hindu dan Spiritual lainnya secara online terbitan penerbit Media Hindu, Paramitha, BaliPost, dan lain-lain. Kami bisa melakukan pengiriman ke seluruh Indonesia.
Selasa, 14 April 2015
Gayatri Jalan Menuju Tuhan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar