Selasa, 30 Juni 2015

Buku : Yajur Veda Bagian 1


IDR 36000.00

SIZEPRICE (IDR)
14,5 x 20,5 cm36000.00
Quantity 
PRODUCT DETAILS
Penulis : I Wayan Maswinara
Tebal : 120 hal.
Deskripsi :
Veda adalah sumber utama dari ajaran agama Hindu. Bail pandangan hidupnnya, pola politiknya maupun cara-cara memandang masalah-masalah yang langsung dihadapi mereka. Vedo akhile dharma mulam. Demikian dinyatakan oleh Maharsi Manu di dalam ajarannya yang ditulis oleh Bhagavan Bhrgu di dalam buku Manavadharmasastra, Bab II mantra 6. Bedasarkan ajaran itu Bhagavan Vararuci lebih lanjut memberi uraian mengenai Veda sebagai sumber ajaran agama Hindu, sair 37-40.
Untuk memperlajari agama Hindu berarti orang harus mengenal yang disebut Catur Veda itu, yaitu Rg Veda, Yajur Veda, Sama Veda dan Atharva Veda. Tiga yang pertama dikenal sebagai Veda Trayi sedangkan Artharva Veda sebagai Veda yang ke empat dikenal pula dengan nama Atharvavedasirah. Mempelajari Veda yang tergolong kitab Sruti atau kitab wahyu Tuhan Y.M.E., bukan merupakan satu hal yang mudah. Tidak hanya bahasa yang sulit tetapi makna yang terkandung didalamnya pun merupakan masalah yang harus dipahami. Karena itu kadang kala tidak jarang aku mendengar keluh kesah dari para pembaca yang mengatakan tidak saja sulit, tatapi juga sukar dimengerti maksudnya. Walaupun kitab Veda itu hampir semuanya telah diterjemahkan, namun tidak banyak yang dapat merasakan isinya dibandingkan dengan kitab-kitab Itihasa, Purana dan Smrti lainnya.
Kalau kita pelajari keseluruhannya, sesungguhnya baik Itihasa maupun Purana dan Dharmasastra, sesungguhnya dinyatakan dirangkum dan digubah berdasarkan Sruti dan Catur Veda itu. Kalau begitu dimanakah letak persoalannya?
Kitab Yajurveda, merupakan buku kedua dalam tata urutannya dari ke empat Veda itu. Rgveda merupakan kitab yang pertama dan Samaveda merupakan buku kedua.
Kitab Yajurveda yang aku terjemahkan ini, terbagi atas tiga jilid. Jilid I terdiri atas 8 adhyaya atau Bab. Keseluruhan kitab Yajurveda terdiri atas 40 adhyaya yang tiap-tiap adhyaya terdiri atas beberapa sloka atau mantra yang panjangnya tidak sama. Pada umumnya, bahkan hampir seluruh sloka ditulis dalam bentuk prosa, berbeda dengan Veda-veda lain yang mantranya ditulis dalam bentuk prosa, berbeda dengan Veda-veda lain yang mantranya ditulis dalam bentuk chanda atau puisi. Untuk gambarannya, seluruh inti Yajurveda dapat aku kemukakan dalam data sebagai berikut.
Disamping pembagian atas 40 adhyaya, kitab Yajurveda dapat pula dibagi atas dua bagian umum, yaitu yang disebut Sukla Yajurveda (Yajurveda putih) dan Krsna Yajurveda (Yajurveda hitam).
Adapun kitab Yajurveda merupakan kitab yang amat penting karena didalamnya mengajarkan apa-apa yang baik yang harus dikerjakan dan diamalkan oleh umat manusia dan dunia. Isinya   lebih bersifat praktis karena dengan menghayati isinya dengan baik, diharapkan seseorang dapat langsung menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu ia bersifat praktis atau dapat dilakukan. Yajurveda meletakkan dasar-dasar cara yang praktis mengenai penggunaan berbagai macam ragam obyek yang terdapat dilingkungan kita. Baik untuk tujuan pribadi maupun untuk kepentingan umum dan dunia.
Sebagai dasar yang bersifat umum dan luwes, didalamnya banyak terdapat anjuran serta himbauan yang harus dilakukan oleh setiap umat manusia dalam berbagai tingkat profesinya untuk tujuan kesejahteraan umum. Karena kitab Yajurveda dinyatakan sebagai kitab yang paling penting setelah Rgveda. Bahkan keharusan untuk mendalami dan pengembangan secara ilmiah untuk pertama kalinya dapat kita jumpai di dalam kitab ini. Karena itu perlu dikaji lebih lanjut.
Pada umumnya Veda mantra terbagi dalam beberapa bagian, yang disebut astaka, mandala, adhyaya, sukta, kanda, varga, dasati, trika, prapathaka dan anuvaka. Kitab Yajurveda dibagi-bagi kedalam bentuk 40 adhyaya. Adapun bentuk pembagian dan sistem pembagiannya hanya sekedar untuk mempermudah membaca, mempelajari, mengajarkannya dan bahkan sekedar untuk membatasi lingkupnya.
Yang terpenting dalam penterjemahan Yajurveda ini, perlu aku kemukakan bahwa bentuk penterjemahannya sendiri tidaklah bersifat literal karena apabila kita lihat dari aspek literalnya saja, tampak adanya kekakuan dan inilah yang merupakan faktor tersulit dalam penterjemahan itu. Isinya banyak mengungkapkan hal-hal yang tidak bersifat polos dan langsung melainkan banyak qias dan simbol-simbol yang dipergunakan dalam gaya penulisannya walaupun aspek keindahan bahasa tidak dapat kita jumpai sebagai mana kita jumpai di dalam Alquran. Oleh karena itu untuk menterjemahkannya dituntut penguasaan segala teori yang diminta sebagai prasarat. Yang aku maksudkan adalah penggunaan kitab Vedanga sebagai penunjang dalam memahami dan menterjemahkan Veda; termasuk penterjemahan kitab Yajurveda itu. Tidak heran kalau akhirnya ada perbedaan bentuk isi terjemahan antara berbagai ahli. Masalahnya karena satu kata kadang kala mempunyai arti lebih dari dua dan pengertiannya pun kadang kala sangat berbeda. Aspek filosofis dan kejiwaan, aspek sosial, teori tata bahasa dan gaya aksentuasi yang berbeda dapat memberi arti yang berbeda-beda pula. Karena itu diharapkan agar kitab Vedanga harus benar-benar pula. Karena itu diharapkan agar kitab Vedanga harus benar-benar dipedomani dalam penterjemahan itu. Adapun kitab Vedanga itu adalah, Siksa, Vyakarana, Chanda, Nirukta, Jyotisa dan Kalpa. Dari ke enam buku itu kita akan mendapat petunjuk-petunjuk yang amat bermanfaat, terutama kitab Nirukta. Dari kitab Nirukta kita dapat mempelajari teori dasar-dasar pemikiran mengenai arti kata dalam mantra.
Pada dasarnya, mantra-mantra itu peninjauannya dapat dilihat dari salah satu dari tiga macam pendekatan sebagai tiga aspek permasalahan, yaitu:
a. Aspek Paroksa, yaitu aspek yang segala obyek dalam bahasanya tidak dapat diindra oleh indra perasa kita ini.
b. Aspek Pratyaksa, yaitu aspek yang segala obyek dalam bahasan itu dapat diindra oleh panca indra kita ini.
c. Aspek Adhyatma, yaitu segala aspek yang bentuk obyeknya mencakup aspek Jiva atau Atman dan kerohanian.
Dalam penggunaan bahasanya, akan kita jumpai pula adanya penggunaan kata-kata yang sama tetapi dalam kontek pengertian yang berbeda-beda pula bahkan kadang kala sangat berbeda sekali dengan pengertian bahasa sehari-hari. Karena itu dalam penterjemahan itu kita memerlukan pendalaman yang serius. Disadari atau tidak, ini merupakan salah satu bentuk hambatan yang paling besar. Adanya banyak penggunaan gaya bahasa yang disebut teori ‘lengkara’ atau ‘alamkara’ yang paling bannyak dipergunakan di dalam Veda banyak menjadi hambatan dalam pengertian awam. Karena itu tidak mengherankan kalau apabila dengan niat kurang baik, orang dapat pula mengarahkan artinya pada pengertian yang keliru dan menyesatkan. Kehawatiran inilah yang umumnya dilihat oleh para sarjana indolog India terhadap usaha-usaha yang pernah dilakukan oleh tokoh-tokoh Indolog Barat seperti Max Muller dan lain-lainnya. Ini diungkapkan misalnya dalam tulisan Max Muller tahun 1886 yang disampaikan kepada istrinya, antara lain dalam tulisan mengemukakan:’…..I hope I shall finish the work, and I feel convinced though I shall not live to see it, yet this edition of mine and the translation of the Veda will hereafter tell to great extent on the fate of India and on the growth of millions of souls in that country. It is the root of their religion and to show them what the roots is, I fell sure, is the only way of uprooting all that has sprung from it during the last three thousand years.”
Dari ungkapan itu jelas, tidak saja ada unsur penyalahgunaan dalam penafsiran materi isinya, tetapi juga didorong oleh motivasi yang tidak sehat dalam penelitian ilmiah itu. Karena itu apa bila banyak timbul permasalahan dalam pemahaman Hinduisme ini semuanya adalah karena akibat penafsiran yang dikelirukan itu.
Maharsi Dayananda Sarasvati, yang banyak berkecimpung dalam penterjemahan kitab Veda, dalam pertemuan aku yang terakhir, telah pula menyampaikan pandangan kepada aku. Dan aku merasa lebih banyak didorong untuk meluruskan pengertian apa yang telah banyak ditulis dalam terjemahan Veda yang telah dilakukan oleh sarjana-sarjana Barat, seperti Griffith, Bloomfield, McDonnel, Max Muller dan banyak lagi yang aku coba melihat dari segala aspek pandangan itu.
Dalam rangkaian penulisan ini, aku berharap akan dapat mengadakan pendekatan pembaharuan, dalam arti disesuaikan berdasarkan Vedanga yang dijadikan pangkal tolak dalam penterjemahan ini. Namun aku sebagai orang yang baru dalam pengkajian dan penganalisaan ajaran Veda dalam harapan untuk dapat diamalkan secara nyata akan banyak pula hambatan dan tantangan. Kesalahan ketik ataupun pemilihan kata-kata tepat untuk menyalinnya kedalam bahasa Indonesia baku, aku harus mengakui masih banyak kekurangan-kekurangan aku.
Ini adalah wajar sebagai bahasa yang sedang bertumbuh sedangkang penggunaan kamus Sanskrta-Inggeris, dan Sanskrta-Hindi, inipun tidak banyak dapat menolong. Namun besar harapa aku, betapa kecilnya sumbangan tulisan sebagai upaya penterjemahan ini, ibarat secercik air dipadang pasir, kiranya akan dapat memberi kesegaran dan secercah harapan kepada umat Hindu yang sangat mendambakan agar supaya mereka pada suatu saat dapat memiliki kitab sucinya yang lengkap. Perjalanan kita masih jauh. Tetapi apa bila kita  benar-benar berniat untuk mencapai tujuan itu, semoga apa yang diharapkan itu menjadi kenyataan. Demikianlah secercah harapan dari aku sebagai permohonan maaf dari aku apa bila aku belum dapat memenuhi harapan umatnya.
*[Harga belum termasuk ongkos kirim. Ongkos kirim minimal dihitung berdasarkan berat barang 1 kg, kami sarankan Anda memesan beberapa barang untuk menekan ongkos kirim]
sumber : http://www.iloveblue.net/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net