Rabu, 22 Juli 2015

Anatman Adalah Kesempurnaan Agung

Ceramah Sadhana Dzogchen ke 142 oleh Dharmaraja Lian-sheng Sheng-yen Lu pada Upacara Agung Api Homa Sakyamuni Buddha, Minggu 24 Mei 2015 di Rainbow Temple, Seattle.

Sembah puja pada Para Guru Leluhur, sembah puja pada Bhiksu Liaoming, sembah puja pada Guru Sakya Dezhung, sembah puja pada Gyalwa Karmapa ke-16, sembah puja pada Guru Thubten Dhargye, sembah puja pada Triratna mandala, sembah puja pada yidam api homa hari ini : Namo Mulaguru Sakyamuni Buddha.

Gurudara, Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat Sedharma, dan umat Sedharma yang menyaksikan melalui internet, tamu agung yang hadir hari ini antara lain : Istri dari Sekretaris Jenderal Coordinating Committee for North American Affairs, Executive Yuan Dubes Daniel T.C. Liao : Sdri. Judy, Akuntan True Buddha Foundation : Sdri. Teresa dan suami. Akademisi Academy of Sinica Prof. Zhu Shi-yi dan istri Ibu Chen Wen-wen. Produser acara Gei Ni Dian Shang Xin Deng di CTI Sdri. Xu Ya-qi. dr. Zhuang Jun-yao, dr. Lin Shu-hua, dr. Gao Huan-xian,  Istri dari Bpk. Xue Sheng-hua Pimpinan Overseas Credit Guarantee Fund ( Terdahulu ) : Sdri. Xue Wang-shu-mei. Selamat siang semua ! Apa kabar semuanya ! ( Bahasa Mandarin ) Apa kabar ! Apa kabar semuanya ! ( Bahasa Kanton ) Wu-gai ! Wu-gai-shai ! ( Bahasa Kanton : Terima kasih semuanya ) 
Minggu depan adalah upacara api homa Nairatmya Bhagavati. Semenjak kembali sampai sekarang, semua adinata api homa yang dipilih sangatlah langka. Memang benar, tentu saja ada adinata Nairatmya Bhagavati, dalam silsilah Mahamudra sekte Kagyud, mulai dari Tilopa, Naropa, Marpa, Milarepa dan Gampopa, terus hingga Karmapa, Nairatmya Bhagavati sangat penting. Istri dari Marpa adalah Nairatmya Bhagavati.

◎ ‘Tanpa aku’ ( Nairatmya / Anatman / Wu-wo  ) sangatlah penting, dalam Vajraccedhika Sutra dikatakan, ‘tanpa aku’ merupakan dedikasi total, inilah makna ‘tanpa aku’. Dimanakah letak Paramarthah ( Kebenaran Terunggul ) dari ‘tanpa aku’ ? Ini sangat penting, dalam Buddhisme yang paling utama adalah ‘tanpa aku’. Apabila Anda telah merealisasi ‘tanpa aku’, maka segala sesuatu adalah Intuisi Absolut Yang Melampaui Diferensiasi. Selain itu , ‘tanpa aku’ juga merupakan Kesempurnaan Agung ( Mahaparipurna / Maha Ati / Dzogchen ).
‘Tanpa aku’ harus diterapkan, saat Anda telah mencapai Kebuddhaan, telah Sadar, maka pemikiran ‘tanpa aku’ akan terealisasikan. ‘Tanpa aku’ sangatlah sukar untuk dijabarkan, sebab ia adalah Kesempurnaan Agung, Kesetaraan Agung, merupakan dedikasi tanpa ego. Bhagavati yang mencapai ‘tanpa aku’ merupakan tingkatan Kesetaraan Agung dan Kesempurnaan Agung. Apabila masih ada ‘aku’ berarti tidak disebut sebagai Nairatmya Bhagavati, Nairatmya Bhagavati sepenuhnya memberi manfaat bagi para insan. Oleh karena itu Nairatmya Bhagavati sangatlah agung. Acarya Lian-yin meminta Mahaguru untuk memperkenalkan adinata api homa minggu depan Nairatmya Bhagavati, maksudnya adalah supaya kita semua tidak egois, supaya semua menjadi Pemohon Utama, bagi yang masih egois, maka tidak perlu menjadi Pemohon Utama, sebab Nairatmya Bhagavati merupakan Bhagavati yang sangat ideal, tiada lagi keuntungan bagi ego, dengan demikian barulah dapat merealisasikan ‘tanpa aku’, sepenuhnya tiada ego. Istri dari Marpa dijuluki sebagai Nairatmya Bhagavati, banyak Bhagavati dalam Kagyudpa yang juga dijuluki sebagai Nairatmya Bhagavati.

◎ Hari ini adalah api homa Sakyamuni Buddha, ajaran Sakyamuni Buddha sangat agung, untuk Hinayana, saat pertama kali memutar Dharmacakra di Taman Rusa, Ia mengajarkan : duhkha, samudaya, nirodha dan marga, inilah Empat Kebenaran Mulia dalam Hinayana.

Duhkha, samudaya, nirodha dan marga, maksudnya adalah kehidupan di dunia ini banyak kerisauan batin dan banyak penderitaan ( duhkha ). Memang ada kesenangan, namun tidak banyak. Segala sesuatu di dunia ini pada akhirnya akan nirodha ( lenyap ). Sebelum Anda meninggal, Anda harus Mencerahi makna nirodha, dengan demikian Anda akan memahami ajaran Buddha. 
Duhkha, bagi para insan segala sesuatu adalah penderitaan. Beberapa hari yang lalu Acarya Lian-jie juga menunjukkan berita di ponsel mengenai mantan Ratu Kecantikan, saat usianya telah lanjut, ia menjadi nenek pemulung, semua rambutnya telah memutih, raut wajahnya sudah tidak lagi menarik, dia telah renta. Seorang Ratu Kecantikan bisa menjadi seperti itu, inilah ketidakkekalan. Orang kaya bisa menjadi pengemis, inilah ketidakkekalan. Orang yang paling berkuasa bisa menjadi terpidana, inilah ketidakkekalan. Seperti presiden Korea, setelah menjadi presiden ia dijebloskan ke penjara. Di dunia ini tidak ada kesenangan yang sejati. Kesenangan sangatlah singkat, lebih banyak penderitaan. Semua manusia akan jatuh sakit, begitu jatuh sakit, Anda akan sangat menderita, tubuh yang sebelumnya sehat-sehat saja, mendadak jatuh sakit, mendadak sakit parah, entah itu kanker atau AIDS, menderita penyakit yang tidak bisa disembuhkan, banyak penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan dan membawa banyak penderitaan bagi umat manusia. Anda menelaah semua penyebab penderitaan, sampai pada akhirnya tiada duhkha dan tiada sukha, dengan demikian tercapailah nirodha, saat itulah Anda akan merealisasikan Bodhi. Inilah duhkha, samudaya, nirodha dan marga yang dibabarkan oleh Sang Buddha kepada Hinayana dalam pemutaran Dharmacakra yang pertama.

◎ Berikutnya adalah pemutaran Dharmacakra yang kedua, Beliau mengajarkan Pratyekabuddha, Mencerahi semua kebenaran semesta, setelah Mencerahi dvadasanga pratityasamutpada ( Dua belas sebab akibat saling bergantungan ) , maka disebut sebagai Pratyekabuddha, ini juga diajarkan oleh Sakyamuni Buddha.

Beliau juga mengajarkan Prajnayana, Prajnaparamitayana, ini juga merupakan ajaran dari Sakyamuni Buddha, yaitu Sad-paramita. Untuk menjadi seorang Bodhisattva, yang pertama harus memberikan manfaat bagi insan lain, melakukan perenungan empati, kesetaraan, membangkitkan Bodhicitta untuk menuntun semua makhluk, inilah Prajnaparamitayana atau Bodhisattvayana. Untuk menjadi seorang Bodhisattva Anda harus mempraktikkan dana, sila, ksanti (kesabaran), virya (ketekunan), dhyana (meditasi) dan Prajna, Sad-paramita menuntun para insan. Inilah Bodhisattvayana yang dibabarkan oleh Sakyamuni Buddha, Bodhisattvayana mengutamakan pengembangan Bodhicitta, Bodhicitta memandang semua makhluk adalah setara. Mahaguru dan Anda adalah setara, presiden dan saya adalah setara, Anda dan orang di bawah Anda juga setara, semua insan memiliki Buddhata. Selain itu juga harus memberikan manfaat bagi para insan, tidak mementingkan diri sendiri, berupaya demi para insan. Berikutnya, Sakyamuni Buddha juga mengajarkan perenungan empati, apakah itu ? Inilah yang dikatakan oleh Konfusius : “Apa yang tidak ingin orang lain lakukan pada dirimu, jangan lakukan pada orang lain.” Apakah Anda rela difitnah ? Tidak. Maka Anda jangan memfitnah orang lain, apabila Anda bertentangan dengan hal ini berarti itu bukanlah Buddha Dharma. Apakah Anda suka dibunuh ? No ! Mengapa saya suka dibunuh ? Maka Anda jangan membunuh orang. Anda harus melakukan perenungan empati, Anda membayangkan diri sendiri menjadi orang itu, sebelum Anda ingin membunuhnya, coba renungkan bagaimana jika Anda yang dibunuh, dengan demikian Anda tidak boleh membunuh. Saat Anda ingin memaki orang, renungkanlah bagaimana perasaan Anda jika Anda yang dimaki, maka Anda tidak akan memaki orang. Harus memikirkan orang lain, inilah perenungan empati. Metode ini yang paling baik, “Apa yang tidak ingin orang lain lakukan pada dirimu, jangan lakukan pada orang lain.”, apa yang tidak Anda inginkan jangan menimpakannya pada orang lain, jangan menambah penderitaan orang lain.
◎ Inilah Mahaprajnaparamita yang diajarkan oleh Sakyamuni Buddha kepada kita semua, harus setara, memberi manfaat bagi para insan, harus berempati, dengan tiga cara ini kita membangkitkan Bodhicitta.

Seperti minggu lalu, saya telah mengatakan, kita harus tahu balas budi, harus mengenang budi jasa orangtua. Bagaimana Anda bisa tumbuh ? Apakah tanpa orangtua Anda bisa tumbuh ? Tidak bisa. Manusia tidak seperti ikan, bertelur banyak, kemudian menjadi ikan dan mencari penghidupan sendiri-sendiri. Manusia juga tidak seperti kura-kura yang menghasilkan banyak telur, kemudian keluar sendiri dari gundukan pasir menjadi kura-kura kecil yang bisa memanjat sendiri. Manusia berbeda, begitu manusia lahir, coba Anda minta dia hidup sendiri ! Tidak mungkin bisa, pasti perlu dirawat oleh orang lain. Yang melahirkan adalah orangtua, yang memelihara dan mendidik juga adalah orangtua, meskipun yang merawat Anda bukanlah orangtua kandung, namun tetap saja sama dengan orangtua Anda sendiri. Kita harus tahu mengenang dan membalas budi ! Inilah yang diajarkan oleh Sang Buddha. Oleh karena itu Sad-paramita yaitu kita harus mempraktikkan dana, sila, ksanti, virya, dhyana dan Prajna, dengan demikian barulah dapat mencapai keberhasilan menjadi Bodhisattva. Bodhisattva mengutamakan memberi manfaat bagi semua makhluk.

◎ Keagungan Buddha adalah Ia telah memutar Dharmacakra tiga kali, pemutaran terakhir adalah tantrayana, Beliau mengajarkan Anda mencapai Kebuddhaan, mengajarkan Anda terang akan batin dan menyaksikan Buddhata.
Ini semua diajarkan oleh Sakyamuni Buddha, di sinilah letak keagungan Beliau. Ada tiga hal yang utama, yaitu naiskramya-citta ( tekad untuk terbebas dari akar tumimbal lahir ), inilah yang paling penting. Anda jelas-jelas mengetahui dunia saha ini penuh penderitaan, mengejar apapun tidak bermanfaat, semua tidak dapat diperoleh, dalam Sutra Hati dikatakan. “Tiada suatu yang dapat diperoleh, oleh karena itulah Bodhisattva.” Dikarenakan tiada suatu apapun yang dapat Anda peroleh , maka Anda menjadi Bodhisattva. Sakyamuni Buddha telah mengajarkannya, apakah Anda masih tidak memahami bahwa di dunia ini tiada suatu yang dapat diperoleh ? Setelah Anda memahami bahwa tiada suatu yang dapat diperoleh, barulah Anda Tercerahkan, menjadi seorang Bodhisattva yang benar-benar memberi manfaat bagi para insan. Oleh karena itu semua jangan saling bertikai, berbagai persoalan di dunia , semua adalah karena pertikaian dan perebutan. Anda harus mempunyai kesetaraan, tekad memberi manfaat bagi para insan dan empati, pada akhirnya saat Anda memahami bahwa segala sesuatu di dunia ini tiada yang bisa diperoleh, maka Anda akan memahami semesta, Anda mampu melampaui semua menjadi Buddha. Inilah yang diajarkan oleh Sakyamuni Buddha.

◎ Mengapa kita harus mempunyai naiskramya-citta ? Sebab segala sesuatu di dunia tiada yang dapat diperoleh, oleh karena itulah kita harus bertekad untuk terbebas dari akar tumimbal lahir. Saat itu Sang Buddha meninggalkan istana dengan mengendarai kuda dan disertai oleh Channa, Ia memantapkan niat untuk meninggalkan keduniawian, semua yang dilalui-Nya lebih sukar daripada Mahaguru. Ia bertapa di gunung salju selama enam tahun, kemudian di bawah Pohon Bodhi, dan membabarkan Dharma, penuh kesukaran. Ia sering menderita sakit kepala sebelah dan syaraf tulang duduk, sesungguhnya di tulang duduk Beliau ditumbuhi duri tulang, namun Ia mampu duduk bersila penuh dengan baik. Di sinilah letak semangat-Nya, Ia juga punya masalah pencernaan. Air mentah di India tidak bisa diminum, dulu saat kami pergi kesana air mentah tidak dapat diminum, sekarang entah bisa atau tidak. Di jaman Sakyamuni Buddha tidak ada perusahaan air minum, hanya bisa meminum air sungai, Sang Buddha sendiri memiliki masalah pencernaan, Ia mengalami derita sakit penyakit. Tidak hanya demikian, ada juga petaka dari wanita, Cinca memfitnah Sakyamuni Buddha telah menghamilinya, ia menyebarkan rumor ini kemana-mana. Selain itu juga ada Sundari yang menyatakan bahwa dia mempunyai skandal dengan Sakyamuni Buddha dan lima ratus Arahat, dia juga menyebarkan rumor ini kemana-mana. Juga ada enam guru pimpinan enam organisasi yang menyerang Sakyamuni Buddha, semua ini menerpa tanpa henti. Oleh karena itu kehidupan Sang Buddha juga sangat berat. Apabila kelak Anda menjadi Buddha, Anda akan tahu, sangat berat, fitnahan tiada akhir, juga ada derita jasmani, di luaran ada enam organisasi yang menyerang-Nya. Enam organisasi itu adalah organisasi petapa, enam guru itu bukanlah perumah tangga, semua adalah petapa, semua menyerang-Nya.

Seperti Zhenfo Zong, di Malaysia dikepung oleh enam aliran. Sebelumnya ada tujuh aliran, namun pada akhirnya Tsu Chi mengundurkan diri, sehingga menjadi enam aliran utama yang mengepung Zhenfo Zong. Kehidupan Sakyamuni Buddha sangat berat, pada akhirnya, ada salah satu dari delapan pangeran yaitu Devadatta, seorang siswa yang paling lama dekat dengan Sakyamuni Buddha, dia melakukan perlawanan terhadap Sakyamuni Buddha, ia ingin menjadi pimpinan anggota Sangha, kemudian ia menghasut lima ratus bhiksu, lima ratus di sini bukanlah lima ratus, melainkan sangat banyak, mereka meninggalkan Sakyamuni Buddha. Saat Sakyamuni Buddha menginjak usia lanjut, Ia mengalami peristiwa seperti itu, kehidupan Sang Buddha sungguh penuh duhkha. Sebelumnya Ia hendak langsung Parinirvana, bisa saja saat itu Ia tidak perlu membabarkan Dharma ( Mahaguru menghadap rupang Sakyamuni Buddha ) : “Saat itu Anda telah mencapai Kebuddhaan di bawah Pohon Bodhi, Anda sudah hendak meninggalkan dunia saha dan tidak perlu membabarkan Dharma, sebab Dharma sangat sukar dipahami.” Buddha Dharma yang sejati yang paling mendalam dan paling utama adalah ‘Terang akan batin dan menyaksikan Buddhata’ ini sangat sukar dipahami. Setelah mencapai Kebuddhaan, Ia ingin meninggalkan dunia saha, kemudian Dewa Indra dan Dewa Mahabrahma turun untuk memohon Buddha menetap di dunia dan membabarkan Dharma, maka Buddha tetap berada di dunia untuk membabarkan Dharma. Dalam Amitabha Sutra juga dikatakan perihal dunia yang diliputi lima kekeruhan, semua yang dilihat adalah keruh, yang didengar juga keruh, yang dilakukan juga keruh, seperti air keruh. Dunia saha ini sangat keruh, seperti kimchi, harus segera ditinggalkan. Lihatlah, kehidupan Sakyamuni Buddha sangat berat, namun justru menjadikan pencapaian-Nya sangat tinggi dan sangat agung, tanpa Sakyamuni Buddha maka tidak akan ada Agama Buddha. Yang menjadi Pemohon Utama dan mendaftar hari ini, semua memiliki jodoh dengan Sakyamuni Buddha. Bukankah Sutra Raja Agung juga menyatakan : “Berjodoh dengan Negeri Buddha, Buddha Dharma laksana-hetu, Sukha Abadi dan Aku Parisuddhi, berjodoh dengan Buddha Dharma” kelak Anda akan berjodoh dengan Negeri Buddha dan Buddha Dharma. Hari ini karena Anda menjadi Pemohon Utama, berarti Anda berjodoh dengan Negeri Buddha, kelak pasti mencapai Kebuddhaan.
◎ Saya lanjutkan pengulasan Sadhana Dzogchen : “Ratnasana yang paling umum ditekuni adalah ‘Padmasana’, ada padma berkelopak delapan, juga ada padma berkelopak seribu, kunci sadhana ini ada pada titik nadi di bawah manipura-cakra ( cakra pusat ), yaitu pada lokasi yang disebut sebagai ‘dantian’ oleh Taoist. Saya babarkan sebuah rahasia besar, ternyata jalinan usus adalah kelopak padma, ternyata usus manusia awam adalah padmasana Buddha Bodhisattva.” 

Saat Anda hendak menekuni Sadhana Duduk di Padmasana Terlahir di Negeri Buddha, titik nadinya ada di usus, bentuk usus adalah kelopak padma, titik nadinya ada di dantian bawah. Dalam tantrayana ada titik nadi, Cairan Rembulan Bodhicitta ada di dantian atas, dantian tengah adalah anahata-cakra ( cakra hati ), dantian bawah adalah empat jari di bawah manipura-cakra, yaitu lokasi jalinan usus, dalam Taoisme tiga lokasi tersebut disebut sebagai ‘Santian Sangong’, yuangong atas ( ajna-cakra / cakra dahi ), yuangong tengah adalah anahata-cakra dan yuangong bawah adalah manipura-cakra.

Mahaguru telah mengatakan, saya sedang menekuni ‘Chang-sheng Jiu-shi Fa’ yang diajarkan oleh Bhiksu Liao-ming kepada saya. Saat ini saya telah berusia tujuh puluh tahun. Mama disemayamkan di Rainbow Villa, beliau meninggal di usia berapa ? Tujuh puluh satu tahun. Sekarang saya tujuh puluh satu tahun, menurut ilmu genetika, ibu mewariskannya pada putra, sedangkan ayah mewariskannya kepada putri, saling silang. Ibu saya Parinirvana pada usia tujuh puluh satu tahun, seharusnya saya sudah Parinirvana, namun sampai sekarang belum, maka saya harus segera menekuni ‘Chang-sheng Jiu-shi Fa’ yang ditransmisikan oleh Bhiksu Liao-ming, saya sangat serius menekuninya. Saya beritahu Anda semua, sungguh mengherankan, timbul rintangan. Akhir-akhir ini, saat saya serius menekuni sadhana tersebut, saya malah batuk, batuk tidak bisa menekuni sadhana tersebut. Menekuni sadhana ini bisa memperpanjang usia, dapat mentransformasikan yang berusia tujuh puluh tahun menjadi lima puluh tahun, yang berusia lima puluh tahun menjadi tiga puluh tahunan, yang berusia tiga puluh tahun menjadi dua puluh tahunan, yang berusia dua puluh tahun menjadi sepuluh tahun, yang berusia sepuluh tahun menjadi janin, dari janin bertransformasi menjadi Asali, menjadi Suciwan, kembali pada mula. Saat ini saya sedang serius menekuni ‘Chang-sheng Jiu-shi Fa’ yang mengubah usia menjadi semakin kecil. Tapi menekuni sadhana ini tidak boleh batuk. Kemarin saya memohon kepada Sakyamuni Buddha, hari ini sudah lebih baik. Saya pernah berjumpa dengan Sakyamuni Buddha, saya juga pernah berjumpa dengan Bhaisajyaguru Tathagata, Avalokitesvara Bodhisattva, beberapa Buddha Agung dan Bodhisattva Agung, juga banyak Arahat, Arahat Pindola, Dewa Vajra, ratusan adinata santam, hampir semua telah saya jumpai.

◎ Dulu saya memanggil Sakyamuni Buddha : “Tetua Berwajah Kuning.” Sebab wajah-Nya berwarna emas, Ia menganggap saya seperti ‘borther’ saudara sendiri, sungguh ! Pada kehidupan yang lampau, Ia yang paling baik terhadap saya. Beliau mempunyai banyak siswa utama, Ia juga sangat menyukai Mahakasyapa, tentu saja Beliau mentransmisikan Dharma kepada Mahakasyapa, sebab saat itu Sariputra telah berusia lanjut, oleh karena itu saya berpulang mendahului Sakyamuni Buddha, dan tentu saja tidak dapat ditransmisikan kepada saya. Terhadap saya, Ia memperlakukan seperti saudara sendiri, sangat menjaga dan memperhatikan saya. Sariputra dan Mahamaudgalyana adalah siswa utama, demikian pula dengan Mahakasyapa dan Ananda. Mahakasyapa mentaati sila dengan sangat disiplin, oleh karena itu dijuluki sebagai yang terutama dalam hal dhuta, keberhasilan-Nya luar biasa, Ia panjang usia dan awet muda, Ia sedang menunggu kelahiran Maitreya Buddha untuk bersama mencapai Kebuddhaan, Ia masih berada di Gunung Kukkutpada. 

Saya tahu, saat Sakyamuni Buddha hendak Parinirvana, saya telah terlebih dahulu kembali ke kampung halaman, kemudian saya memasuki Parinirvana terlebih dahulu, mendahului Sang Buddha, kami menanti Sakyamuni Buddha di alam yang lebih tinggi. Mahamaudgalyana adalah yang paling utama dalam hal abhijna, memiliki abhijna besar, namun Ia masih mempunyai karmavarana, akhirnya Ia meninggal karena dirajam oleh enam guru non-dharma, meninggal lebih awal dari Sariputra.

Setelah Mahakasyapa memperoleh transmisi sejati dari Sakyamuni Buddha, Ia hidup menyepi untuk menekuni bhavana, kemudian menuntun para insan. Setelah memperoleh Bodhi, Mahakasyapa pergi meninggalkan Sangha, pergi meninggalkan Sakyamuni Buddha untuk menuntun para insan di tempat lain, Ia bergegas kembali saat Sakyamuni Buddha Parinirvana. Saat itu di antara beberapa saudara, Ananda yang paling lemah, Ia lebih suka makan dan paling malas, serba tidak mampu, Ia terus mendekati Sakyamuni Buddha supaya disukai oleh Sakyamuni Buddha. Yang benar-benar tekun dalam Dharma Sang Buddha adalah Mahakasyapa, maka Dharma ditransmisikan kepada Mahakasyapa, akhirnya karena Mahakasyapa memahami Ananda, maka Ia mentransmisikan Dharma kepada Ananda, supaya Ananda dapat mencapai Pencerahan dan merealisasi Buddhata, demikianlah Mahakasyapa mentransmisikan kepada Arya Ananda.

Mengapa saya bisa menuturkan perihal Sakyamuni Buddha ? Sebab jodoh di antara kami sangat mendalam. Di dunia saha dalam kehidupan saat ini saat saya berjumpa dengan Sakyamuni Buddha, Beliau bermanifestasi mengenakan jas dan menunggu saya di Ximending Taipei. Begitu saya melihat seorang pria mengenakan jas, tinggi dan tampan, Ia pasti Sakyamuni Buddha, saya dan Dia memasuki sebuah kafe di Ximending, Ia minum kopi, saya minum kopi tanpa kafein, kemudian Dia mengambil pena dan menulis : ‘Mahaprabhasvara Buddha’. Saya mengatakan : “Jangan ! Apabila saya mengungkapkan gelar Kebuddhaan ini, pasti orang-orang akan memaki saya habis-habisan, coba lihat ‘Maha’, mana boleh ?” Sang Buddha sangat maitrikaruna, sesungguhnya dalam Amitabha Sutra ada nama Mahaprabha Buddha, Ia adalah Amitabha Buddha, Suryacandraprabha Buddha juga adalah Amitabha Buddha, Amitayus juga Amitabha Buddha, Amrtaraja Buddha juga Amitabha Buddha. Ia memberi saya ‘Mahaprabhasvara Buddha’, saya katakan ‘Maha’ tidak baik, begitu diungkapkan, dijamin saya pasti dimaki habis-habisan, maka Ia mengubahnya menjadi ‘Padmaprabhasvara Buddha’.
◎ Begitu saya membaca ‘Padmaprabha’, dulu Ia pernah memberi vyakarana kepada saya, Ia mengatakan : “Kelak Anda akan mencapai Kebuddhaan, Anda adalah Padmaprabha Buddha.” Sakyamuni Buddha sempurna dalam kesetaraan, saat Ia mengadhistana Devadatta, Ia mengatakan : “Kelak saat Anda mencapai Kebuddhaan, gelar Anda adalah Devaraja Tathagata.” Lihatlah, siswa yang memberontak kelak juga dapat menjadi Buddha, Sang Buddha sungguh Maha Sempurna ! Kesetaraan Agung ! Samatajnana ! Inilah Prajna yang dibabarkan oleh Sakyamuni Buddha.

Saya ceritakan sebuah lelucon, ada seorang pemuda yang merasa pekerjaan apapun terlalu sukar. Tiap pekerjaan yang dijalaninya, semua tidak akan lebih dari sepuluh hari. Ayahnya merasa sangat risau, mengkhawatirkan dia, kemana-mana ia meminta temannya untuk mencarikan kesempatan kerja yang sesuai. Akhirnya, pada suatu hari seorang teman datang membawa kabar baik. Ia menemukan sebuah pekerjaan yang sangat ringan bagi pemuda itu, pemuda itu tidak perlu melakukan apapun, asalkan setiap hari duduk di kursi , maka ia telah menyelesaikan pekerjaan untuk satu hari, pekerjaan itu adalah penjaga kuburan. Ayahnya merasa pekerjaan ini sangat sesuai, pasti anaknya yang pemalas itu bisa cocok. Tak disangka, hanya dalam tiga hari pemuda itu sudah keluar dari pekerjaan tersebut. Ayahnya berpikir mungkin saja kenyataan di lapangan berbeda dengan yang diungkapkan oleh temannya, kemudian dia menanyai anaknya apakah benar pekerjaan tersebut terlampau susah. Pemuda itu mengatakan kepada Si Ayah : “Yang dikatakan oleh paman memang benar, saya cukup duduk di kursi. Tapi saya tetap merasa tidak adil ! Karena semua orang di sana bisa berbaring, hanya saya yang duduk, pekerjaan itu terlampau susah !” Orang semacam ini tidak akan bisa mencapai Kebuddhaan.

◎ Mahaguru sendiri sangat tekun, Mahaguru sedang menekuni ‘Chang-sheng Jiu-shi Fa’, hampir dua belas jam terus bersadhana, saya harus berhasil. Sebenarnya saya menekuninya dengan cukup baik, tapi sekarang harus mengulanginya. Saya ceritakan sebuah lelucon lagi, dikarenakan teman saya yang paling kecil baru berusia empat tahun, maka saya harus menekuni ‘Chang-sheng Jiu-shi Fa’, saya akan menunggunya, ini adalah sebuah lelucon. Saya masih punya seorang kekasih, dia masih berusia delapan tahun, namanya Yi-ting, yang empat tahun bernama Ping-er, demi menunggunya, saya harus menekuni ‘Chang-sheng Jiu-shi Fa’. Ada sebuah lelucon lagi, saat kuliah, di kelas kami ada delapan wanita, seluruh kampus menjuluki mereka sebagai tujuh mutiara naga, seorang teman merasa heran : “Bukankah mereka berjumlah delapan orang ?” Orang itu menjelaskan : “Memang delapan orang, tapi mereka adalah tujuh dinosaurus dan seekor babi.” Ini adalah lelucon. Harus tekun ! Kita harus tekun mempraktikkan Buddha Dharma, hanya dengan ketekunan barulah kita dapat mencapai keberhasilan. Mahaguru sendiri sangat tekun dalam pembangkitan kundalini. Sangat tekun dalam sadhana anasrava. Sangat tekun dalam Sadhana Bindu. Tidak percaya ? Tanyalah pada Gurudara, benar tidak ? Apakah Mahaguru telah berhasil ? ( Gurudara : Ya ! ) Sangat lantang. “Tetua Berwajah Kuning, apakah Mahaguru Lu telah mencapai keberhasilan ?” ( Siswa menjawab : Ya ! ) tentu saja iya. Tenang ! Memecahkan rekor Guinness ! Keberhasilan saya seperti karya tulis saya, tidak pernah berhenti. Sadhana saya seperti kegiatan menulis, tidak pernah berhenti. Saya terus menulis dengan sungguh-sungguh, bersadhana dengan sungguh-sungguh, dalam melakukan apapun harus sungguh-sungguh. Jangan seperti tokoh dalam lelucon barusan, sangat malas, orang yang demikian malas tidak akan mencapai keberhasilan. Lihatlah dalam Sad-paramita, ketekunan ( virya ) termasuk di dalamnya, dalam berdana kita juga perlu ketekunan, bukan malah hari ini berdana dan besok tidak mau berdana, jangan demikian, berdana juga harus tekun. Bagaimana dengan mentaati sila ? Juga harus tekun, dalam melatih kesabaran juga perlu ketekunan, dalam berlatih dhyana juga perlu ketekunan, dan yang terakhir, Prajna juga butuh ketekunan, dengan demikian barulah mencapai keberhasilan bhavana.

Setelah hujan turun beberapa saat, ada seorang petani menggembalakan bebek di jalan, seorang pria yang mengendarai mobil Benz berhenti dan bertanya : “Apakah genangan air di depan tidak dalam ?” Petani menjawab : “Tenang saja ! Pasti bisa dilewati !” Akhirnya mobil Benz itu terus melaju, tak disangka semakin terperosok ke dalam, pengendara itu berteriak panik : “Bukankah kamu bilang bisa diseberangi ?” Petani menjawab : “Mana aku tahu ? Barusan bebek-bebek ini bisa menyeberangi dan airnya hanya sampai di pantatnya saja !” Sesungguhnya demikian, saat menekuni bhavana, Anda melihat segala sesuatu di dunia biasa-biasa, tiada sesuatu apapun, namun bhavana Anda terus berlanjut, Anda juga merasa bhavana sangatlah sukar, apabila Anda ingin mencapai keberhasilan, maka Anda harus melampaui berbagai kesukaran tersebut. Naiskramya-citta sangat penting, Bodhicitta sangat penting, Madhyamika ( Jalan Tengah ) sangat penting, inilah tiga hal penting dalam tantrayana. Apabila Anda tidak mempunyai naiskramya-citta, mana mungkin Anda bisa tekun ? Dengan adanya naiskramya-citta barulah Anda dapat terus tekun. Apabila Anda tidak tekun, maka Anda akan menjadi pengendara mobil Benz tadi, sedangkan yang mencapai keberhasilan bhavana semuanya menjadi bebek, air sedalam apapun dapat diseberangi.

Usai ujian, Xiao-ming pulang sambil membawa lembar ujian, di atasnya tertulis nilai sembilan puluh. Setelah mama mengamatinya sejenak, ia bertanya : “Jujur saja ! Apakah angka nol di belakang kamu tambahkan sendiri ?” Xiao-ming tidak menjawab, mama menjadi sangat marah dan mencambuk Xiao-ming. Namun Xiao-ming tetap tidak mau mengaku, akhirnya mama kelelahan dan berkata : “Jadi orang harus jujur !” Xiao-ming menangis dan berkata : “Sungguh tidak ! Yang saya tambahkan adalah angka sembilan.”  Dia bukan menambahkan angka nol, melainkan angka sembilan ! Mari kita memperlihatkan hasil yang baik kepada Sang Buddha, kepada Sasanapati, bhavana perlu menyerahkan hasil untuk diperlihatkan kepada Sang Buddha, setelah Sang Buddha merasa Anda sungguh lulus, maka Anda dapat terlahir di Buddha-ksetra, dapat mencapai Kebuddhaan, dapat mencapai Kebodhisattvaan, Pratyeka-buddha atau Kearahatan. Oleh karena itu bhavana pasti harus menyerahkan hasil. Pencapaian sangatlah penting.
◎ Mahaguru sungguh mempunyai pencapaian. Tidak seperti kata pepatah Taiwan yang berarti pedagang asongan yang menyatakan barang dagangan sendiri baik dalam segala hal, padahal semuanya tidak baik, tidak boleh demikian, harus menyerahkan hasil pencapaian. Apabila Anda berhasil dalam pembangkitan kundalini, anasrava, bindu, avadhuti dan terang, tentu saja terang Anda akan melebur dengan terang Buddha, inilah pencapaian.
Ucapan Mahaguru sangat terus terang, sangat sederhana, hanya mengungkapkan intinya saja, tiga hal utama dalam tantrayana : naiskramya-citta, Bodhicitta dan Pandangan Benar Madhyamika, tiga hal inilah yang paling penting, menyederhanakan Buddha Dharma, Anda harus memahami apa itu kesetaraan, apa itu Kesempurnaan Agung, apa itu perenungan empati. Di sini ada satu lagi lelucon, Seorang Ahli mampu menyederhanakan suatu yang rumit, hanya dalam sepatah kata dapat membeberkan semua kebenaran. Di masa Yan-an, Mao Ze-dong bertanya kepada Hu Yao-bang, apakah yang disebut dengan urusan militer ? Hu Yao-bang menjawabnya dengan banyak teori yang dijelaskan dalam buku. Mao Ze-dong menjawab : “Tidak serumit itu, urusan militer adalah saat bisa menang maka gempurlah, jika tidak bisa menang maka larilah.” Mao Ze-dong bertanya lagi : “Apa itu politik ?” Lagi-lagi Hu Yao-bang menguraikan panjang lebar, Mao Ze-dong tertawa dan berkata : “Tidak serumit itu, politik adalah menurunkan lawan dan kita naik !” Mao Ze-dong bertanya lagi : “Apa itu propaganda ?” Lagi-lagi Hu Yao-bang terus mengutip buku-buku. Dengan pandangan merendahkan, Mao Ze-dong mengatakan : “Tidak serumit itu ! Propaganda adalah supaya semua orang berpendapat bahwa kita baik dan orang lain tidak baik.” Mao Ze-dong bertanya lagi : “Apa itu asmara ?” Lagi-lagi Hu Yao-bang menuturkan kutipan-kutipan teori, Mao Ze-dong tertawa dan berkata : “Tidak serumit itu ! Asmara adalah tidur bersama.”

◎ Saya tidak mengatakan bahwa saya adalah Mao Ze-dong, namun Dharmadesana Mahaguru semakin sederhana semakin baik, tidak perlu rumit. Sakyamuni Buddha adalah Sakyamuni Buddha, tidak perlu rumit. Sariputra adalah Sariputra, tidak perlu rumit. Sakyamuni Buddha masih tetap Sakyamuni Buddha, tidak perlu rumit. Saya adalah Lu Sheng-yan. 

Om Mani Padme Hum.

sumber : http://tbsn.org/indonesia/news.php?cid=29&csid=50&id=29

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net