Rabu, 20 April 2016

Kebersamaan Tradisional

MENGAMALKAN ajaran Hindu dalam wujud upacara agama adalah sesuatu yang wajib menurut ajaran suci Veda. Karena itu ada kumpulan mantra Veda yang disebut Yajurveda sebagai penuntun umum umat Hindu melangsungkan kehidupannya beragama Hindu dalam melangsungkan upacara yadnya. 

Upacara yadnya itu adalah visualisasi dari konsep tattwa dan susila ajaran Hindu tersebut. Kata upacara dalam bahasa Sansekerta artinya ''mendeka''. Upacara itu diwujudkan dengan ''upakara''. Kata upakara dalam bahasa Sansekerta artinya melayani dengan ramah tamah. Dalam upacara agama Hindu ada konsep pendekatan yang dilakukan secara vertikal dan ada pendekatan yang dilakukan secara horisontal. Vertikal adalah pendekatan diri kepada Tuhan dalam bentuk sradha dan bhakti. Vertikal ke bawah dilakukan dengan mengasihi alam lingkungan dengan penuh kasih. Dalam Sarasamuscaya disebutkan: ayua tan maasihi ring sarva prani. 

Sedangkan pendekatan horisontal pendekatan pada sesama manusia dalam wujud saling melayani dan saling memahami berdasarkan Cakra Yadnya. Itulah salah satu inti upacara agama Hindu yang wajib dijadikan dasar acuan berupacara yadnya. Jadi wujud saling melayani, saling memahami dan saling mengasihi inti sari dari kebersamaan tradisional yang wajib dijadikan dasar melangsungkan suatu upacara yadnya. Dalam kebersamaan tradisional itu dilakukan dengan rasa persaudaraan yang murni. Tidak ada kepentingan sempit yang terjadi dalam kebersamaan tradisional tersebut. Demikian juga tidak ada sifat-sifat egois yang ditonjolkan dalam upacara tersebut. 

Dalam kehidupan masyarakat agraris nilai kebersamaan tradisional itu sangat kental sebagai sesuatu yang paling dipertahankan. Mereka datang dalam kegiatan upacara yadnya bukan untuk pamer, baik yang mengundang maupun yang diundang. Yajamana dan athiti yadnya, demikian juga tukang banten dan pandita khusus menyiapkan waktu untuk menyelesaikan upacara yadnya dengan penuh kasih sayang. Tidak ada pandita yang berlari-lari dikejar waktu karena akan muput di tempat lain. Tidak ada yajamana yang tegang karena pandita pemuput upacara sangat terlambat datang. Nilai-nilai kebersamaan tradisional itu dewasa ini makin menipis dalam penyelenggaraan suatu upacara yadnya. Lebih-lebih upacara yadnya dewasa ini diselenggarakan makin 'kolosal' bagaikan festival yang mahal. Dalam ritual kolosal yang mahal itu rasa kebersamaan tradisional sudah semakin menipis. Hubungan yajamana dengan keluarganya, athiti yadnya, sang widia dan pandita sudah seperti hubungan dalam transaksi bisnis dan formalitas semata. Karena kolosalnya suatu upacara sampai yajamana tidak begitu mengenal para tamu atau athiti upacara yadnya. Sambungan tali kasih yang diharapkan akan semakin kuat ternyata hanya bernilai formalistis belaka. 

Agar upacara yadnya di samping memberikan makna niskala berupa nilai magis religius, yang wajib juga tetap harus dijaga adalah makna aekalanya yakni mempererat rasa kebersamaan tradisional itu. Seperti sistem mengundang keluarga yang memiliki tatacara tersendiri di setiap daerah. Misalnya suatu upacara Manusia Yadnya dalam tingkatan tertentu cukup mengundang lingkaran keluarga tertentu. Misalnya sepupu. Semua keluarga yang ada di lingkaran sepupu itu didatangkan secara adil tanpa pilih kasih. Sedangkan kalau upacaranya dalam tingkatan lebih besar atau utama lingkaran keluarga yang diundang menjadi lebih luas. 

Di samping itu ada juga kerabat-kerabat lainnya yang diundang yang sudah tersistem sejak zaman dulu disertai dengan variasi-variasi sesuai dengan perkembangannya zaman. Upacaranya tidak demikian kolosal namun dapat memberikan rasa kebersamaan tradisional yang dalam dan murni. 

Dari upacara yadnya yang demikian itu umat akan dapat memenuhi kebutuhan sosiologisnya tanpa beban yang memberatkan, baik dari segi dana maupun waktu dan tenaga. Dengan demikian beban psikologis akibat hiruk pikuknya kehidupan dunia industri dapat dikendorkan dalam kegiatan upacara yadnya yang mengutamakan kebersamaan tradisional yang murni. Di samping itu kebersamaan tradisional yang murni itu akan mendukung tujuan niskala dari upacara yadnya untuk memberikan vibrasi magis religius, membangun kekuatan spiritualitas. 

Membangun kekuatan spiritualitas inilah sesungguhnya tujuan tertinggi dari suatu upacara yadnya. Karena dengan kekuatan spiritualitas ini moral dapat diluhurkan, daya tahan mental akan lebih tangguh. 

sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net