Kamis, 21 April 2016

Kegiatan Beragama, Media Memberi Contoh

ZAMAN Kali ini umumnya masyarakat akan menutup telinga pada nasihat-nasihat yang muluk-muluk. Tetapi akan membuka mata lebar-lebar pada perilaku yang patut dicontoh. Untuk memajukan suatu kehidupan bersama memberikan contoh yang baik, akan lebih berhasil. Pada zaman Kali ini memang sangat sulit mendapatkan sesuatu yang baik untuk dicontoh. Dalam hidup ini banyak sekali kita melihat kegiatan hidup. Dari kegiatan hidup berpolitik, berpemerintahan, berbisnis, kehidupan hukum, bermasyarakat secara umum, berkesenian dan juga kehidupan beragama dan kehidupan lainnya. 

Kalau berbagai kegiatan hidup tersebut berjalan sesuai normanya tentunya kehidupan bersama ini menjadi sangat membahagiakan. Tetapi dalam berbagai kegiatan hidup tersebut masih banyak yang berjalan semakin jauh dari normanya. Misalnya berpolitik adalah suatu proses hegemoni untuk mencapai dominasi dalam rangka mengabdi pada kepentingan masyarakat banyak. Itulah prinsip berpolitik sebenarnya. Tetapi faktanya masih banyak kita jumpai, bahwa berpolitik untuk mencari kekuasaan untuk kepentingan sesaat yang sangat sempit. 

Demikian juga birokrasi pemerintahan yang prinsipnya sebagai media pelayanan kepada warga negara, nyatanya masih banyak birokrasi menyusahkan masyarakat miskin dan menyenangkan mereka yang memberi duit ekstra. Berbisnis masih banyak kita jumpai saling menipu maupun mencari untung dengan cara yang tidak sehat, bahkan melanggar hukum dan nilai-nilai agama. Sedihnya kita, kehidupan beragama pun yang semestinya paling depan hadir untuk memberi contoh yang patut dicontoh orang banyak, nyatanya banyak sekali kegiatan beragama tidak dihadirkan untuk memberi contoh yang baik. Misalnya menyangkut ketertiban lalu lintas. 

Kegiatan beragama semestinya dihadirkan di depan publik secara simpatik. Tidak menutup jalan raya semena-mena dengan alasan upacara agama. Kalau menggunakan jalan seperti Melasti, Ngaben dan kegiatan keagamaan lainnya semestinya tampil dengan tertib, rapi dan simpatik dipandang umum. Sesungguhnya untuk tampil simpatik seperti itu tidaklah sulit. Umat Hindu seperti di Bali misalnya, asal untuk kebaikan sesungguhnya tidak susah mengaturnya. Yang pentng dimanajemen dengan cara transparan. Apa lagi di desa pakraman yang memiliki banyak perangkat dan kepatuhan umat yang tinggi. Memberikan contoh lewat kegiatan beragam tahap demi tahap sesungguhnya tidak terlalu sulit mewujudkannya. Sepanjang hal itu dilakukan dengan cara-cara manajemen modern. Artinya ada konsep, ada perencanaan yang teranalisis dengan baik dan rasional. 

Kegiatan beragama sebagai media untuk memberikan contoh yang baik tampaknya lebih berhasil dilakukan oleh umat Hindu di luar Bali terutama oleh umat Hindu asal Bali. Seperti disiplin menaati waktu, mentaati janji, contoh hidup bersih, bekerja berdasarkan perencanaan, tertib antrean. Sesungguhnya banyak kegiatan beragama yang semestinya dapat ditampilkan simpatik dan normatif. Karena dilakukan hanya berdasarkan tradisi yang sudah-sudah, kehidupan beragama pun masih jauh dari harapan menampilkan sesuatu yang patut dicontoh. Keadaan sudah berubah, cara beragama pun harus sudah diubah. Zaman dulu lalu lintas yang menggunakan jalan tidak seperti sekarang. Penduduk masih sedikit sehingga manajemen beragama dapat dilakukan dengan cara sederhana saja. Sembahyang bersama tidak perlu diatur, karena umat sudah mampu mengatur diri secara sendiri-sendiri. Mobilitas penduduk yang umumnya masih hidup dengan budaya agraris tidak sedinamis sekarang. Berbagai tertib hidup bersama semestintya dapat dicontohkan lewat kehidupan beragama. 

Janganlah malah sebaliknya. Kegiatan beragama dijadikan media untuk tidak taat hukum. Seperti menutup jalan dengan alasan ada upacara agama tanpa melalui prosedur sewajarnya. Upacara yadnya semestinya media untuk berkorban secara ikhlas pada orang lain justru dijadikan media untuk mengorbankan orang lain. Seperti membikin lalu lintas macet, membuat kebisingan, membuat lingkungan kotor dan menjadikan kegiatan beragama itu untuk menonjolkan arogansi kelompok. Kegiatan beragama seperti itu akan gagal menjadi media menanamkan kesucian spiritual sesuai dengan isi kitab suci. 

Untuk ke depan hakikatnya disadari bahwa mempertahankan tradisi beragama itu hendaknya dilakukan dengan cara berpikir modern. Artinya tradisi hendaknya dianalisis secara rasional dan mendalam. Dari analisis tersebut kita akan dapatkan suatu kesimpulan tentang cara paling tepat untuk mempertahankan tradisi beragama sesuai dengan kondisi zaman kini dan masa yang akan datang. Kalau tradisi itu dipertahankan dengan cara tradisi tradisi juga akan basi dan kehilangan visinya sesuai dengan kitab suci. 

Isi kitab suci adalah Sanatana Dharma. Tetapi penerapannya hendaknya selalu Nutana Dharma. Artinya terus diremajakan sesuai dengan kebutuhan zaman. Salah satu yang harus dipertajam adalah fungsi kegiatan beragama harus selalu dijadikan media untuk memberikan contoh positif dalam hidup ini. 

sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net