Dalam upacara
Pengabenan ada sarana Upacara Pengabenan yang disebut Naga Banda. Cuma sarana
yang disebut Naga Banda ini tidak digunakan oleh umat Hindu secara umum. Hanya
orang-orang tertentu saja yang mengunakan sarana Pengabenan yang disebut Naga
Banda itu. Sarana Pengabenan yang disebut Naga Banda tersebut berupa sarana yang berwujud Naga dibuat oleh seorang Sangging
yang berwewenang dalam pembuatan sarana pengabenan seperti membuat Wadah, Bade,
Pepaga,Bukur dll. Perwujudan Naga Bande
itu umumnya dibuat sangat indah sehingga sangat menambah semaraknya suatu
upacara Pengabenan. Kesemarakan itu adalah wujud keikhlasan dan doa atas
kehendak Tuhan untuk memanggil umat ciptaanya kembali padaNYA. Untuk memahami
makna penggunaan Naga Banda dalam Upacara Pengabenan maka dapat kita simak dari
segi arti kata Naga Banda itu sendiri. Kata Naga Banda itu berasal dari kata
Naga dan Banda. Dalam bahasa Sansekerta
kata Naga disamping berarti ular ,juga berarti bumi atau dunia ini sendiri.Sedangkan kata Banda berarti
ikatan. Tujuan penggunaan sarana Naga Banda ini adalah sebagai simbolis untuk
melepaskan Atman dari ikatan bumi atau dunia ini. Mengapa ada orang yang dianggap berhak menggunakan naga Banda ada
yang tidak berhak menggunakan Naga Banda. Sarana ini menggambarkan keterikatan
Atman yang sangat kuat pada keberadaan dunia ini. Sedangkan keadaan umat ada
yang sangat kuat terikat pada dunia ini ada yang kurang terikat pada dunia ini.
Karena itu hanya Raja dan Pandita Budha yang dapat menggunakan sarana Naga Banda.Hal ini dinyatakan dalam
Lontar Tattwa Bhatara Astapaka.Dalam Lontar tersebut dinyatakan
bahwa hanya penguasalah yang berhak menggunakan sarana Naga Banda ini.
Dalam Lontar Tatwa Bhatara Astapaka tersebut dnyatakan : ......yeki
ngaran Naga Banda pinaka panuntun sang wibuh muliheng
hari bhuwana. Artinya inilah yang bernama Naga Banda sebagai penuntun
sang Raja kembali pada alamnya Sang Hari ( Sang Hyang Widhi). Disamping itu
dalam Lontar tersebut juga dinyatakan bahwa yang berhak juga menggunakan sarana
Naga Banda adalah keturunan Dang Hyang Astapaka atau Mpu Katarangan.
Katerangan adalah
leluhur dari Pandita Budha di Bali. Mengapa hanya penguasa atau Sang Wibuh yang
berhak memakai Naga Banda.Hal ini kemungkinan disebabkan karena yang paling
terikat pada dunia ini adalah penguasa atau Raja. Demikian juga Pandita
Budha.Dalam Lontar Ekapratama juga dinyatakan bahwa Pandita Bhuda memiliki
kewajiban “amretistha pawana” yaitu
menyucikan alam atmosfir tempat manusia dan makluk hidup lainya mengembangkan
kehidupanya. Jadinya kewajiban Pandita Budha ini sangat berat untuk
menyiapkan alam Atmosfir ini agar
menjadi sarana kehidupan yang baik.Kalau
alam atmosfir ini berhasil disiapkan menjadi sarana kehidupan yang baik,maka
alam atmosfir ini akan dapat menjadi tangga yang baik menuju alam
rokhani.Jadinya Pandita Budha dalam konsep Hindu seperti yang disebutkan dalam
Lontar Eka Pratama itu memiliki Swadharma yang sangat berat mengelola alam ini
agar benar-benar tidak disalah gunakan oleh umat manusia untuk mengumbar hawa
nafsu. Gunanya alam Sekala ini diciptakan adalah sebagai wadah hidup untuk
menyiapakan kehidupan dialam Niskala yang lebih langgeng. Karena itu Padnita
Budha dan juga Sang Raja memiliki kewajiban yang sangat berat mengelola dunia
Sekala ini.Setiap hari Raja atau Sang Wibuh harus selalu mengawasi keadaan
dunia dan segala isinya ini. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling
utama harus dibina menjadi unsur yang paling sentral dalam mengelola kehidupan
di dunia material ini.Dunia material ini adalah sarana untuk mencapai kehidupan
di dunia rokhani.Kalau dunia material ini salah cara mengelola justru dunia
material ini akan menjadi unsur yang membawa
makhluk hidup ini menuju Neraka. Kegiatan beragama bukan untuk melupakan dunia
ini.Tapi kegitan beragama justru untuk mengelola dunia ini sebaik-baiknya untuk
mendapakan kehidupan yang aman dan damai di dunia material ini.
Kalau di dunia material ini manusia dapat mewujudkan kehidupannya mencapai
Dharma,Artha dan Kama. Maka keadaan hidup yang telah mencapai Dharma.Artha dan
Kama itulah sebagai wahana untuk menuju tujuan hidup yang terakhir yang disebut
Moksha. Karena kewajiban Raja dan Pandita Budha mengurusi dunia ini maka sangat
mungkin beliau itu terikat berat pada dunia ini.Oleh karena itu saat beliau
meninggal terus diaben dapat menggunakan sarana Naga Banda. Jadinya Naga Banda
itu bukanlah sarana kemewahan untuk dibangga-banggakan.Namun ia adalah sarana
rokhani sebagai simbol upaya dan doa untuk membebaskan Atman dari ikatan dunia
material ini.
Dari : I Ketut Widyananda
Hal : Naskah Untuk Rubrik Kembang Rampe di Nusa
Tenggara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar