Selasa, 31 Maret 2015

Korelasi "Banten" dengan "Jnana"

Menurut apa yang pernah saya baca dan pengalaman/praktek sebagai Sulinggih, rupanya ada korelasi antara banten (upakara) dengan jnana (kemampuan spiritual) yaitu :

1. Banten adalah niyasa (symbol, atau media)

2. Makin tinggi jnana seseorang, makin sedikit ia menggunakan symbol-symbol atau media dalam rangka bhakti kepada-Nya. Bahkan bisa tidak menggunakan lagi.

Sebaliknya karena jnana-nya rendah, lalu banyak menggunakan banten.

Para Maha Rsi di Bali, antara lain : Rsi Markandeya dan Danghyang Nirartha dikenal sebagai tokoh yang jnana beliau sangat tinggi, sehingga kemana-mana beliau hanya membawa sebuah sangku (tempat tirta). Tatkala memberkati penduduk, beliau cukup memuja Hyang Widhi dan melimpahkan kekuatan Mantra pada air suci (tirta di sangku) kemudian tirta itu dipercikkan/diminumkan kepada penduduk.

Walaupun demikian, kedua tokoh itu masih menganjurkan kepada penduduk Bali untuk membuat banten, karena sadar bahwa kemampuan jnana penduduk tidak sama dengan kemampuan jnana beliau-beliau. Kata Bali artinya banten. Karena memakai symbol/niyasa seperti itu dalam pemujaan, maka kita dinamakan orang Bali, dan pulau kita ini bernama Pulau Bali, bahkan agama kita sempat bernama Hindu-Bali.

Disuatu saat bila penduduk Bali tingkat jnana-nya sudah tinggi, mungkin banten bisa ditinggalkan. Di beberapa keluarga yang saya kenal, dimana jnana mereka sudah lumayan mereka cukup menggunakan canang sari, dupa dan air saja, memenuhi syarat seperti di Bhagawadgita IX.26 : Pattram puspam phalam toyam, yo me bhaktya prayaschati, tad aham bhaktyupahrtam, asnami prayatatmanah.

Di Nepal dan India saya melihat praktek persis seperti di Bhagawadgita itu, hanya memakai telekosan daun jati, berisi bunga gemitir, sebatang dupa, air, biji-bijian (beras/gandum) dan serbuk cendana. Tetapi pemuja disana bisa merapalkan Mantra dengan fasih.

Kesimpulan :

1. Bila kita ingin meninggalkan atau mengurangi volume banten, kita perlu meningkatkan jnana.

2. Mereka yang masih doyan banten perlu dibina agar jnana mereka makin meningkat.

3. Sosialisasi butir 2 diatas harap hati-hati, agar tidak menimbulkan prasangka yang tidak-tidak terhadap diri kita.

4. Lama-kelamaan, seiring dengan berkembangnya tingkat pendidikan/inteligensi penduduk, pasti umat Hindu Nusantara/Bali akan menuju pada upaya meningkatkan jnana. Gejala seperti ini sekarang sudah nampak dengan jelas, berkembang dikalangan kaum muda.

5. Jadi, harap sabar, dan sadarlah bahwa masih banyak sekali diperlukan kaum cendekiawan Hindu yang mampu mentransfer secara bijaksana jnana mereka kepada umat sedharma. Di zaman lampau penduduk menggantungkan harapannya untuk mendapat bimbingan spiritual dari para Sulinggih. Sekarang ini malah banyak Sulinggih yang masih berkutat pada tradisi mule-keto sedangkan umatnya sudah berpikiran moderat. Untung ada kelompok cendekiawan Hindu yang berprakarsa memperhatikan kebangkitan Hindu.

Om Santih, santih, santih

Bhagawan Dwija
Source :   Babadbali
sumber : http://okanila.brinkster.net/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net