Kamis, 25 Juni 2015

Buku : Dialog Ajeg Bali


IDR 48000.00

SIZEPRICE (IDR)
14,5 x 20,5 cm48000.00
Quantity 
PRODUCT DETAILS
Penulis : Dr. I Made Titib
tebal : 240 hal
Deskripsi :
Masyarakat Bali masih teringat pada suatu peristiwa yang menggemparkan dunia yaitu “BOM BALI” yang terjadi pada tanggal 12 Oktober 2002 di kawasan Legian-Kuta Kabupaten Badung. Ratusan orang meninggal dunia, ribuan orang menderita luka-luka,karena lokasi kejadian itu menjadi pusatnya hiburan bagi wisatawan Asing setelah mereka menikmati keindahan “Pulau Dewata” yang sudah terkenal di seluruh dunia.
Suatu hal yang aneh dan menakjubkan ialah bahwa di tengah puing-puing bangunan yang berserakan itu ada sebuah bangunan suci (pelinggih) yang masih tegak berdiri, terhindar dari pecahan bom dan amukan api. Bagi seorang sejarawan, suci timbul pertanyaan, apa makna dibalik kejadian itu.
Apabila bangunan suci itu kita terjemahkan sebagai suatu simbol kesucian tempat bersemayamnya Tuhan Yang Maha Kuasa sesuai dengan persepsi orang Bali yang beragama Hindu, maka asumsi yang muncul akan menyimpulkan bahwa siapapun yang masih ingat kepada Tuhan, mereka akan selamat.
Dengan demikian, peristiwa ” Bom Bali” mengingatkan kepada orang Bali agar selalu ingat kepada Tuhan, Ida Sanghyang Widhi Wasa, dengan demikian, mereka selalu menjaga etika-moral sesuai dengan ajaran Agama Hindu, dan selalu introspeksi diri, sehingga kesucian Pulau Bali tetap terjaga.
Beberapa hari setelah peristiwa itu, masyarakat Bali yang berdiam di sekitar lokasi kejadian itu mulai berdatangan ketempat kejadian itu dengan membawa sesajen (persembahan kepada Tuhan), kemudian disusul oleh masyarakat lainnya dan ada juga yang membawa karangan bunga sebagai tanda ikut berbelasungkawa, baik dari dalam negeri maupun dari manca negara. beberapa bulan kemudian, setelah di sekitar lokasi kejadian itu dapat dibersihkan, atas prakarsa para pemuka masyarakat dan pemerintah, diadakanlah suatu upacara “mecaru” untuk membersihkan alam semesta ini sehingga masyarakat Bali dapat tenang, selamat dan sejahtera, untuk menjalankan tugasnya sehari-hari dengan baik.
Apa yang dapat kita simak dari kejadia “Bom Bali” itu adalah bahwa masyarakat Bali sejak ditetapkannya Pulau Bali sebagai salah salah satu pusat pariwisa dunia pada sekitar tahun 1970-an, sejak itu sampai sekarang masyarakat Bali sudah banyak mengalami perubahan.
“Bom Bali” merupakan suatu isyarat, suatu tanda peringatan, agar masyarakat Bali selalu waspada menjaga keharmonian Bali, identitas Bali agar tetap “AJEG” artinya tidak sirna ditelan perubahan. Dari sinilah mulai muncul wacana untuk meng-ajeg-kan Bali. “Ngiring sareng-sareng ngerajegan jagat baline” artinya mari bersama-sama “menjaga identitas” atau “jati diri” Pulau Bali.
Dalam buku ini, beberapa kalangan intelektual Hindu memberikan pandangan,persepsi tentang Ajeg Bali, terutama mereka kaitkan dengan  agama dan kebudayaan. Buku ini akan sangat menarik untuk dikaji dan dicermati karena pemikiran mereka cukup kritis, sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing.
Sebagai masyarakat yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern, dikhotomi ini masih relevan untuk melihat nilai-nilai, norma-norma yang mana masih perlu dipertahankan dan nilai-nilai atau norma-norma mana yang patut kita tinggalkan karena tidak sesuai lagi dengan jiwa jaman.
“Ajeg Bali” masih perlu kita pikirkan lebih lanjut dalam usaha melestarikan budaya, agama, dan adat istiadat masyarakat Bali dalam menghadapi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta era globalisasi, agar masyarakat Bali tidak hanyut oleh arus modernisasi yang sedang melanda dunia ini.
*[Harga belum termasuk ongkos kirim. Ongkos kirim minimal dihitung berdasarkan berat barang 1 kg, kami sarankan Anda memesan beberapa barang untuk menekan ongkos kirim]

sumber : http://www.iloveblue.net/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net