MUNCULNYA tanda tapak dara di berbagai tempat pemujaan umat Hindu diBali, patut menjadi perhatian kita semua terutama umat Hindu di Bali, dengansikap tenang, waspada dan introspeksi diri. Yang sangat penting perlu kitaperhatikan adalah menggunakan pijakan yang tepat dalam menanggapi siptanjagat atau tanda-tanda zaman tersebut. Simbol tapak dara dengan menggunakankapur sirih itu adalah salah satu bentuk simbol budaya Hindu di Bali.
Dari segi bentuk simbol, tapak dara tersebut tampaknya sangat lokal. Namun, dibalik simbol dalam bentuk lokal tersebut terdapat makna yang bernilaiuniversal.
Simbol tapak dara sudah ada dari zaman lampau, digunakan dalam kehidupanberagama Hindu dalam wujud budaya Bali. Simbol tersebut ada digunakansecara rutin dan ada juga secara insidental.
Pada setiap Sasih Kaenem umumnya terjadi wabah yang disebut gering, sasabdan merana. Gering adalah wabah yang menimpa manusia. Sasab adalah wabahpenyakit yang menimpa ternak, sedangkan merana adalah wabah yang menimpatumbuh-tumbuhan. Sebelum wabah itu muncul umat Hindu Bali umumnyamengenakan simbol tapak dara di depan pintu masuk rumah masing-masing. Disamping simbol tapak dara disertai juga daun pandan berduri yang disebutpandan wong disertai dengan benang tri dhatu yaitu benang merah, hitam danputih dililitkan menjadi satu.
Simbol tapak dara itu juga digunakan dalam pengobatan tradisional. Tandatapak dara dari kapur sirih sering digoreskan oleh balian pada bagian tubuh yangdirasakan sakit dalam pengobatan sebagai salah satu sarana pengobatantradisional.
Simbol-simbol tradisional sesungguhnya mengandung makna universal. Disebuttapak dara karena bentuknya menyerupai bekas kaki burung dara atau burungmerpati. Hal ini melambangkan simbol Swastika dalam bentuk khas budayaHindu di Bali. Dalam ajaran Hindu alam beserta isinya ini berproses dalam tigatahap yaitu Srsti, Swastika dan Pralaya. Proses alam disebut Srsti, artinyakeadaan alam baru dalam proses tercipta. Kemudian dalam proses Swastikaartinya proses alam dalam keadaan stabil serba seimbang. Kalau sudah waktunyaalam pun akan mengalami proses Pralaya yaitu proses yang alami menjadikembali pralina menuju sumbernya yaitu kepada Sang Pencipta.
Jadi tapak dara itu adalah lambang keseimbangan. Ini artinya, munculnya tandatapak dara di Bali ini sepertinya untuk mengingatkan kita warga Bali agar selalubersikap dan berbuat seimbang. Dalam ajaran Hindu ada konsep Tri Para Arthayaitu Asih, Punia dan Bhakti. Wujud beragama yang seimbang adalah Asih yaitumengasihi alam beserta dengan isinya. Punia artinya melakukan pengabdianpada sesama umat manusia sesuai dengan swadharma masing-masing. Bhaktiadalah wujud beragama tertinggi yang berbakti kepada Tuhan. Tiga caraberagama itulah yang wajib dilakukan secara seimbang. Dengan demikiansimbol tapak dara itu berarti secara vertikal, ke atas sebagai lambang untukberbakti kepada Tuhan, ke bawah wujud kasih sayang pada semua makhlukhidup. Sedangkan silang yang horizontal berarti wujud pengabdian yang bersifattimbal balik kepada sesama.
Munculnya tapak dara di Bali seperti mengingatkan warga Bali agar menegakkankembali makna simbol tersebut dalam hidup ini. Penggunaan simbol tapak daradengan pandan wong dan benang tri dhatu semakin pudar di Bali.Penggunaannya secara simbolis boleh saja sedikit pudar, tetapi yang tidak bolehpudar adalah memaknai nilai-nilai tersebut dalam perilaku sehari-hari.
Penggunaan kapur juga dalam tradisi Hindu di Bali memiliki nilai universal.Kalau umat Hindu melaspas rumah misalnya tiang penyangga rangka atap rumahyang disebut tugeh diolesi kapur sirih, arang dan darah ayam merah. Ini lambangpengurip-urip. Jadi olesan kapur sirih itu juga bermakna untuk memotivasi umatlebih mendinamiskan kehidupan menuju yang lebih baik dan benar. Penggunaanpandan wong dalam mitologi Hindu di Bali sebagai lambang senjata untukmengalahkan sifat-sifat keraksasaan. Pandan itu lambang senjata dan wong ituartinya manusia. Jadi yang paling baik digunakan untuk mengalahkan sifat-sifatnegatif dalam masyarakat adalah nilai-nilai kemanusiaan, bukan nilai kekerasanbagaikan raksasa.
Simbol benang tri dhatu gabungan benang merah, hitam dan putih yangmenyertai pandan wong juga memiliki arti yang universal. Benang tri dhatu itulambang proses hidup seimbang menciptakan, memelihara dan meniadakansesuatu yang patut diciptakan, dipelihara dan dihilangkan. Tampaknyapengertian yang sudah demikian mentradisi itulah yang dijadikan pegangan olehwarga Bali dalam menanggapi munculnya tanda tapak dara di berbagai pelinggihtempat pemujaan di Bali.
Kejadian tersebut sebaiknya dihadapi sebagai suatu kenyataan yang sedangterjadi dan tidak mungkin ditolak. Terimalah hal itu sebagai suatu gejalazaman.
sumber : http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/2/22/o1.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar