Minggu, 07 Juni 2015

Agama Seyogianya Memberi Kesejukan Hidup

SWAMI Siwananda menyatakan bahwa agama Hindu menyiapkan hidangan spiritual pada setiap orang sesuai dengan pertumbuhan hidupnya. Karenanya, tidak ada pertentangan dalam perbedaan Hindu yang indah itu. Pernyataan ini disampaikan dalam bukunya "All About Hinduisme". Buku tersebut sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Mas Winara dengan judul "Intisari Agama Hindu".
-------------

Pandangan Swami Siwananda itu sangat sesuai dengan ketentuan konstitusi Indonesia yang menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk menganut agama dan beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Soal kepercayaan dalam kehidupan beragama menyangkut persoalan hati nurani setiap orang yang amat dalam. Yang paling utama adalah bagaimana kehidupan beragama itu memberikan nilai kesejukan yang dapat meningkatkan kualitas hidup pada penganut agama bersangkutan.

Pernyataan Swami Siwananda itu baik sekali dijadikan bahan renungan dalam menyikapi berbagai dinamika kehidupan beragama dewasa ini. Meriah dan semaraknya kegiatan beragama dewasa ini tidak serta merta membuat masyarakat menjadi makin religius. Masih banyak kita jumpai berbagai sikap arogan bahkan melakukan tindakan kekerasan yang anarkhis dengan mengatas namakan agama.

Hal ini tentunya sangat bertentangan dengan intisari agama sabda Tuhan itu yang bertujuan untuk membangun sikap hidup yang sejuk dan damai. Keyakinan beragama tanpa nalar yang baik memang dapat menimbulkan "mabuk rohani". Apa yang dirasakan baik dalam melakukan suatu sistem beragama oleh seseorang belum tentu cocok bagi penganut yang lain. Karena, untuk menempuh jalan spiritual itu, agama menyiapkan banyak jalan.
Dalam ajaran Hindu, ada disebutkan bahwa agama itu ada yang dilakukan dalam kesendirian (ekanta). Ada cara beragama dalam kebersamaan (samikirtanam) atau memuja Tuhan dalam kebersamaan. Beragama dalam kesendirian artinya jangan sampai mengganggu beragama dalam kebersamaan. Demikian juga dalam beragama dalam kebersamaan harus juga menyediakan ruang-ruang tertentu beragama dalam kesendirian. Beragama dalam kebersamaan jangan sampai terlalu jauh mengintervensi cara beragama secara individu.
Hakikat manusia adalah sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Beragama dalam kebersamaan itupun banyak jenis kebersamaannya. Ada dalam kesatuan keluarga, ada dalam kesatuan teritorial permukiman, dan ada dalam kesamaan profesi. Kebersamaan itu memiliki banyak sistem juga. Apalagi menyangkut kepercayaan, agama banyak sekali jenisnya.

Karena itu, tepat sekali pernyataan Swami Siwananda, agama Hindu itu menyiapkan hidangan spiritual pada setiap orang. Yang penting bagaimana hidangan spiritual itu dapat memberikan nilai tambah pada kehidupan setiap orang. Nilai tambah itu dalam artian spiritualitas. Para pemuka agama hendaknya menyiapkan sistem religi yang lebih aplikatif agar umat penganut lebih mudah dapat menyerap nilai-nilai agama sabda Tuhan itu.
Swami Siwananda juga menyatakan bahwa Weda Sruti adalah Prabhu Samhita, artinya kumpulan sabda Tuhan yang penuh wibawa sehingga umat penganut tidak begitu mudah menyerapnya. Hal itu menyebabkan para Resi menyusun pustaka Sastra Weda seperti Itihasa dan Purana yang suhrita samhita -- artinya kumpulan karya yang lebih ramah sehingga lebih mudah memahaminya.

Demikian juga dalam kurun waktu tertentu bahkan setiap generasi ada berbagai pustaka tercipta sebagai penjabaran dari ajaran suci sabda Tuhan. Namun, setiap hasil ciptaan sebagai kreasi baru, tetap wajib mengaju pada kitab suci sabda Tuhan. Tujuan kreasi itu adalah agar sabda suci Tuhan itu dapat lebih mudah diserap oleh umat pada zamannya. Yang paling utama penyerapan sabda suci Tuhan itu dapat membangun kesejukan hati dalam menyelenggarakan hidup di bumi ini. Kesejukan hati itu dapat digunakan untuk membangun diri hidup bahagia secara individu maupun hidup harmonis dalam kehidupan bersama dalam berbagai sistem sosial.

Kebersamaan itu akan langgeng sebagai wadah membangun hidup sejahtera dan bahagia lahir batin jika dalam kebersamaan itu ada kesetaraan, persaudaraan dan kemerdekaan untuk mengembangkan fungsi dan profesi masing-masing. Tidak ada suatu kesejukan jika dalam kebersamaan itu tidak ada kesetaraan. Kalau ada suatu kelompok penekan dan ada kelompok yang ditekan, kebersamaan yang demikian itu pasti akan membawa kegersangan.

Dalam kebersamaan itu memang ada struktur sosial, tetapi struktur itu adalah dalam artian adanya perbedaan fungsi dan profesi untuk mensukseskan tujuan dalam kebersamaan itu. Perbedaan fungsi dan profesi itu tetap dalam kondisi sinergi dalam kesetaraan. Karena, fungsi dan profesi yang satu akan melengkapi fungsi dan profesi yang lainnya. Justru perbedaan itulah yang wajib ditata agar menjadi perbedaan yang saling lengkap melengkapi. Tujuan Tuhan menciptakan perbedaan itu agar manusia dapat saling melengkapi. Jangan perbedaan itu dijadikan media untuk bertentangan.

Pun dalam kebersamaan itu harus diciptakan iklim sosial yang mendorong berbagai fungsi dan profesi termotivasi untuk meningkatkan eksistensi fungsi dan profesinya masing-masing. Setiap fungsi dan profesi akan makin termotivasi untuk bereksistensi jika ada kemerdekaan dalam kebersamaan itu. Kalau setiap fungsi dan profesi itu benar-benar tegak sesuai dengan normanya dalam suatu kebersamaan, maka berbagai kebutuhan material dan nonmaterial seperti jasa masyarakat akan terpenuhi dengan sebaik-baiknya.
Pada kenyataannya dewasa ini masih ada perilaku kekerasan dengan alasan agama. Hal ini dapat merusak citra kegiatan beragama. Karena itu, setiap kegiatan beragama wajib dicermati dengan seksama agar benar-benar sesuai dengan maknanya seperti apa yang disabdakan oleh Tuhan dalam kitab suci yaitu memberi kesejukan.

sumber : http://www.balipost.co.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net