Selasa, 30 Juni 2015

Tara Berkata: Orang yang Mengkhianati Guru Tidak Dapat Diselamatkan, Selebihnya Dibebaskan Semua

Ceramah Sadhana Dzogchen ke-125 oleh Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu pada Upacara Agung Homa 21 Tara, Sabtu, 7 Februari 2015 di Taiwan Lei Tsang Temple

Pertama-tama kita lebih dulu sembah puja pada Guru Silsilah, sembah puja pada Bhiksu Liaoming, sembah puja pada Guru Sakya Dezhung, sembah puja pada Gyalwa Karmapa ke-16, sembah puja pada Guru Thubten Dhargye, kita sembah puja pada adinata homa Tara Penyelamatan Suci Tara Hijau dan 21 Tara, sembah puja pada Triratna Mandala.
Gurudhara, Thubten Ksiti Rinpoche, Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat se-Dharma, dan umat se-Dharma di internet, tamu agung yang hadir hari ini antara lain: mantan wakil presiden Ibu Lu Xiu-lian, terima kasih atas kehadirannya. Pernyataan yang tadi disampaikan wakil presiden, semua orang sudah dengar, dari sudut pandang politik, Beliau tergolong kreatif. Biasanya menyatakan negara, dua negara, namun, Beliau tidak menyatakan satu negara, dua negara, melainkan netral, seperti Swiss, Eropa, sebuah konsep yang sangat kreatif, kedengarannya terkesan sangat dalam. Zhenfo Zong atau Lei Zang Si kita adalah sebuah organisasi agama, bahkan umatnya tersebar di seluruh dunia, ada sebagian orang mendengar pernyataan dari Mantan Wapres Lu, ada kesan dalam hati, ini adalah sebuah konsep yang kreatif, konsep baru, sebuah kreativitas. Bagi yang suka dengan pidato Wapres Lu boleh mencarinya, aliran kita tergolong demokrasi, partai apapun ada, penganut konsep apapun ada, kita tidak boleh menghalangi konsep orang lain. Wapres Lu memiliki konsep demikian, jika kalian suka konsepnya, sering-sering hubungi Wapres Lu, jika ada tokoh partai lain mengungkapkan konsep lain, jika ada yang suka, Anda pun ikut dengannya, saya pribadi berasumsi demikian. Namun, bagi saya pribadi, saya kira Wapres Lu tergolong kreatif, mesti mencari pengakuan dari berbagai negara di dunia, Persatuan Bangsa-bangsa, ini adalah sebuah konsep kreatif Beliau, tergantung bagaimana pandangan pemimpin tertinggi di setiap negara. Oleh karena itu, Wapres Lu akan pergi ke berbagai negara di dunia, berpidato pada pemimpin setiap negara di dunia, mengakui semacam negara ideal yang kreatif dari Beliau sendiri. Saya pribadi merasa Beliau idealis dan kreatif. Dulu, saat saya sekolah menengah, saya membaca artikelnya, di suplemen Zhongshi, China Times, saat itu pemimpin redaksi adalah Gao Xin-jiang, kolom khusus Wapres Lu adalah Ucapan Ta Huangzi. Ta Huangzi adalah Wapres Lu, teori Beliau juga kreatif.

“Pemerintahan yang Berhati Nurani” yang Beliau kemukakan, yang satu ini semua orang tahu, setiap orang harus menjalankan pemerintahan dengan hati nurani, namun jarang sekali orang dapat melakukannya. Idealismenya, kreativitasnya, patut diacungkan jempol. Walaupun kita sendiri tidak ada jabatan di pemerintahan, sejujurnya, kita sendiri juga tidak ada jabatan di agama, pokoknya, kita mau mencapai kebuddhaan, mau mencapai kesucian, setiap pelatihan diri berbeda-beda. Sama halnya, setiap konsep politik, juga boleh disampaikan di tempat kita ini. Seperti Wapres Lu menyampaikan konsepnya, Anda diperbantukan, Anda pun sering-sering hubungi Wapres Lu. Kalau begitu, yang lain, yang benar-benar kreatif, Anda diperbantukan, Anda juga boleh menghubunginya. Zhenfo Zong kita adalah balai demokrasi. Terima kasih atas kehadiran Wapres Lu!

Tamu agung masih ada Sekretaris Jenderal Coordinating Committee for North American Affairs, Executive Yuan Dubes Daniel T.C. Liao, saat Mantan Wapres Lu datang ke Seattle, Dubes Liao pernah menyambut Wapres Lu. Secretary-General of the Taiwan Provincial Government Bpk. Zheng Pei-fu dan istri Ibu Han Wu-zhen, Direktur Kantor pemerintah AS Hawaii yang bertempat di ROC Bpk. Lei Jun, anggota parlemen Kota Tainan Cai Wang-quan, tim Profesor Doktor Zhenfo Zong – profesor yang direkrut khusus Prof. Wang Jin-xian, Prof. Wang Yao-zhun, Prof. Wang Li, Prof. Mai Yun-huang, Prof. Cai Guo-yu, DR. Gu Hao-xiang, DR. Hong Xin-yi, DR. Ye Shu-wen, Prof. Lin Xiu-ju, DR. You Jiang-cheng, dr. Lin Jun-an, akuntan TBF Sdri. Teresa and her husband, ketua umum Lotus Light Charity Society Acarya Changren, ketua penGurus Lotus Light Charity Society kawasan Taiwan Bpk. Li Chun-yang, seniman ukiran pasir Guru Wang Song-guan, GM PT. Peternakan Gaoda Bpk. Chen Dong-jie, manajer Bpk. Chen Hong-zhang, GM Ching Yi Biotech Co. Ltd Ibu Zhang Yu-zhen, ketua komisaris Perabot Chi-pin Sdri. Huang Shu-yi, Ketua Asosiasi Promosi Keamanan Bahan Makanan Taichung Bpk. Cai Kun-nan dan istri Ibu Zhang Shu-hui, ketua humas asosiasi orang tua siswa sekolah menegah atas Kota Taipei Ibu Que Hui-ling, wakil ketua asosiasi orang tua siswa sekolah menengah atas Kota Taipei Bpk. Lu Guo-bao, my university classmates Bpk. Zhu Jin-shui dan istri Ibu Chen Ze-xia, perwakilan anggota legislatif Bpk. Cai Qi-chang – Ibu Chen Hui-mei, perwakilan anggota parlemen Kota Kaohsiung – Xu Hui-yu, pengusaha terkemuka Hong Kong Datuk Bpk. Lei Feng-yi dan istri Ibu Nadine Zeng Mei-ting, perwakilan Pacific island of Guam Resort Ibu Zheng Yi, produser Sembilan Tingkat Dzogchen, Diktat Hevajra, dan Ulasan Risalah Agung Tahapan Jalan Tantrayana - Acarya Lianyue, produser acara Gei Ni Dian Shang Xin Deng di CTI Sdri. Xu Ya-qi, my sister Ibu Sheng-mei Lu. Saya adalah Orang Taiwan, sehingga bicara Bahasa Taiwan, selamat siang semua! Apa kabar semua! (Bahasa Taiwan) Selamat siang semua! Apa kabar semua! (Mandarin) Apa kabar! Apa kabar semua! (Bahasa Kanton) Selamat siang and selamat petang! (Bahasa Indonesia: selamat siang) (Bahasa Jepang: apa kabar) Good afternoon! (Bahasa Inggris: selamat siang semua) Hola Amigo! (Bahasa Spanyol: apa kabar) Merci! (Bahasa Perancis: terima kasih) Bonjour! (Bahasa Perancis: apa kabar) Kam-sam-ni-da! (Bahasa Korea: terima kasih)

Hari ini banyak orang berpakaian hijau, karena hari ini adalah Homa Tara Penyelamatan Suci Tara Hijau dan 21 Tara. Yang satu ini adalah Yidam dari Gyalwa Karmapa ke-16. Saya pernah bertemu Gyalwa Karmapa ke-16 di Karma Triyana Dharmachakra, Upstate New York, ketika saya bertemu dengan Karmapa, saya bertanya padanya satu pertanyaan, “Karmapa, bagaimana Anda bersadhana?” Dengan sangat singkat, Beliau menjawab saya, Beliau pagi hari menekuni Sadhana Tara, malam menekuni Dharmapala Mahakala. Sehingga, saya tahu Yidam Karmapa adalah Tara Hijau. Bagi Tara, sebenarnya banyak Guru sesepuh dan mahasiddha menekuni Tara. Seperti Padmasambhava, Beliau menekuni Simhamukha Dakini, menjadikan Simhamukha Dakini sebagai Yidam, juga Dharmapala. Sehingga Yidam merangkap Dharmapala dan Guru; Yidam Bodhisattva Nagarjuna adalah Tara, selain itu, Guru sesepuh Kargyupa Tilopa, Naropa, Yidam mereka adalah Tara; ada lagi Yang Mulia Atisa, Yidam Beliau adalah Tara. Tara Penyelamatan Suci Tara Hijau muncul sangat awal, kita menyebut-Nya Bodhisattva Tara, sedangkan Bodhisattva Avalokitesvara muncul lebih awal lagi, karena Bodhisattva Avalokitesvara berwelas asih pada insan sehingga meneteskan air mata, satu air mata menjelma menjadi Tara Hijau (air mata kanan), satu air mata lagi menjelma menjadi Tara Putih (air mata kiri). Di atas dunia ini sama sekali tidak ada perbedaan pria dan wanita, walaupun Tara menjelma menjadi wujud wanita, melambangkan Tara yang welas asih, ini adalah asal muasal dari Tara.
Bodhisattva Tara memiliki tiga cita-cita, cita-cita pertama adalah menyeberangkan insan dalam wujud wanita. Sehingga, di dalam ajaran Tantra, hampir semua Dakini menyeberangkan para insan dalam wujud wanita; cita-cita kedua, Ia berikrar berwelas asih tanpa gentar. Apa yang dimaksud tanpa gentar? Welas asih apa yang paling besar, berkorban sepenuhnya, inilah welas asih tanpa gentar, welas asih terhadap semua insan secara setara. Hanya ada satu jenis manusia tidak dapat menerima penyelamatan dari Tara. Siapa? Tara menjawab, “Orang yang mengkhianati Guru, tidak dapat diselamatkan, selain orang semacam ini, semua dibebaskan.”

Hari ini yang Mahaguru tampilkan di sini, saya tentu menjunjung Guru sendiri di atas kepala, Guru mana pun, Guru-Guru utama saya adalah Bhiksu Liaoming, Guru Sakya Dezhung, Gyalwa Karmapa ke-16, Guru Thubten Dhargye, dan Guru-Guru lain yang pernah saya bersujud. Sepanjang hidup saya, menaati dengan keras satu sila, “Tidak akan menfitnah Guru sendiri”. Jangan kira setiap Guru sangat baik terhadap saya, saya baru tidak menfitnah. Bukan! Juga ada yang pernah memukul saya, juga ada yang pernah memarahi saya. Saya selalu melakukan segala sesuatu menuruti hati saya, seperti kata Wapres Lu “hati nurani”, asalkan ada Guru yang pernah mengajari Anda sebuah nama Buddha, itulah Guru Anda; mengajari Anda sebuah mantra, itulah Guru Anda; mentransmisikan sebuah sadhana, itulah Guru Anda; pernah mengucapkan petuah pada Anda, itulah Guru Anda; pernah mengajari Anda satu tulisan, itulah Guru Anda. Petuah pertama dari Padmasambhava: “Menghormati Guru”, kita belajar Buddhadharma, hanya ada satu, tidak ada yang lain. Jika Anda tidak menghormati Guru, tidak ada gunanya belajar Dharma. Karena Anda telah meremehkan Dharma ini, Anda meremehkan Guru, juga meremehkan Dharma tersebut, bagaimana bisa berhasil? Ini mutlak. Guru pernah mengajari saya, berbudi pada saya, itu dua kata “Menghormati Guru”, tidak ada yang lain. “Menghormati Guru” selanjutnya adalah “Menghargai Dharma”, menghormati Dharma, karena Anda menghormati Guru, Anda akan menghormati Dharma yang Guru wariskan. Selanjutnya adalah “Tekun Bersadhana”, Anda sangat rajin, satu rumus, yaitu kata “rajin”, dengan demikian Anda bisa berhasil. Satu rumus! Sehingga seperti Tara, karena Ia dengan hati maha-maitri-karuna, walaupun maha-maitri-karuna, semua insan diselamatkan, satu-satunya yang tidak dapat diselamatkan adalah orang yang mengkhianati Guru, mohon para insan maafkan untuk yang satu ini. Bodhisattva Tara sendiri pernah mengatakan seperti ini. Bodhisattva Tara memang welas asih, Beliau adalah penjelmaan dari ari mata Bodhisattva Avalokitesvara; cita-cita ketiga, semua Tara yang dijelmakan oleh Tara Penyelamatan Suci adalah membantu Bodhisattva Avalokitesvara. Tara Penyelamatan Suci Bodhisattva Tara memiliki 3 alam suci, satu adalah alam suci Sukhavatiloka Amitabha; satu adalah Gunung Putuo Luojia, atau alam suci Bodhisattva Avalokitesvara; ketiga adalah alam suci-Nya sendiri, yaitu Alam Suci Keagungan Daun Giok, ini adalah alam suci Tara Penyelamatan Suci Bodhisattva Tara. Banyak guru sesepuh menekuni Tara Hijau, seperti Yang Mulia Atisa, dari Hindustan Ia pergi ke Jambi, Indonesia, Ia mengunjungi Guru Serlingpa, dari tempat Guru Serlingpa memperoleh semua Dharma membangkitkan Bodhicitta, memperoleh semua Sadhana Tara, kemudian kembali ke India kemudia Tibet, menyebarluaskan Sadhana Tara ke seluruh Tibet. Yang Mulia Atisa menjadikan Tara sebagai Yidam dalam sadhana; ada lagi Gyalwa Karmapa ke-16 juga sama, menjadikan Tara sebagai Yidam-Nya, malamnya menekuni Dharmapala Mahakala.

Hari ini kita mengulas sejenak Dzogchen Tantra. “Padmasambhava menjelaskan bahwa Dharmadhatu Ekasatya, semula bersih dan apa adanya, sama sekali tidak ada Mara, juga tidak ada insan, ini adalah Dunia Avabhasagarbha yang bersih dan sunya, juga tidak ada lurus maupun sesat, tingkatan alam demikian adalah Dunia Hati Tanpa Persepsi. Namun, karena adanya pergolakan pikiran, sehingga ada karma, ada karma, maka ada kebaikan dan kejahatan, dan perbedaan Yin dan Yang, hidup dan mati juga berubah tanpa henti, beragam bentuk pun terwujud tanpa henti. Sehingga, sunya adalah sumber. Abhava adalah terpencil dan samar-samar. Mencapai kebuddhaan dan kesucian adalah berbalik dari khayalan dan kembali ke hakikat sejati, mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan, sunya dan abhava tanpa rintangan. Di Stupa Makam Emas, saya telah menguasai bahwa mencapai Bodhi terbagi menjadi 3 tingkatan, mencapai kebuddhaan selama masih hidup adalah tingkatan tertinggi, tingkatan kedua adalah mencapai kebuddhaan setelah meninggal dunia, tingkatan ketiga adalah mencapai kebuddhaan setelah menjadi bardo. Sedangkan, Sadhana Dzogchen adalah tingkatan tertinggi “mencapai kebuddhaan selama masih hidup”, merupakan Mahasadhana tertinggi.”

Lebih dulu mengumumkan dua berita, berita pertama, Gurudhara Acarya Lianxiang minggu depan dari Seattle akan tiba di Taiwan, ini adalah harapan dari Anda semua – Gurudhara lekas balik! Berita kedua, Acarya Lianhuo, Acarya Lianshi, dan Acarya Lianzhu merekomendasi Bhiksu Lama Lianwei dari Persatuan Penganut Buddha Rey Tsang Shih Kota Kinabalu sebagai Vajracarya, cari waktu untuk mengabhiseka Anda Vajracarya. Tadi sempat dikatakan “Dharmadhatu Ekasatya”, sangat dalam dan misterius, di dalamnya adalah Dzogchen, dua adinata utama upacara musim semi yang kita adakan, Buddha Atarma dan Mahottara Heruka, poros utama adalah Dharmadhatu Ekasatya. Selain itu, masih ada berita ketiga, saat Trans Asia Airways mengalami kecelakaan, Acarya Lianmiao dari Chung Kuan Temple memimpin banyak umat dan Lotus Light Charity Society, melakukan pembacaan doa di tempat kejadian, juga melakukan upacara penyeberangan Zhenfo Zong kita berdasarkan prosedur. Hanya saja, tidak ditayangkan di televisi, stasiun televisi tidak merekam mereka, ketinggalan. Sehingga, di sini saya tambahkan sebentar. Pahala tak terhingga. Hari ini kita mengadakan Upacara 21 Tara, Tara Penyelamatan Suci Tara Hijau, juga sama-sama melakukan pemberkatan dan penyeberangan.

Mari cerita sebuah lelucon, GM keluar negeri melakukan survei, tiba-tiba telpon ke perusahaan untuk menitipkan pesan pekerjaan, kebetulan sekali Xiaoming yang mengangkat telepon sedang mengerjakan urusan pribadi, Xiaoming menjawab, “Maaf! Saya sedang bicara dengan teman wanita saya, nanti telepon lagi.” GM bertanya, “Tahukah Anda, siapa saya? Saya adalah GM!” Xiaoming menjawab, “Kalau begitu, tahukah Anda siapa saya?” GM, “Tidak tahu.” Xiaoming, “Syukurlah.”

Apa itu “Dharmadhatu Ekasatya”? Justru di dalam lelucon, siapapun tidak tahu. Saya pernah mengatakan, jika seseorang mendarat di bulan, apa itu kebajikan? Apa itu kejahatan? Acarya dapat menjawab? Di atas bulan, tidak ada orang, apa itu kebajikan? Apa itu kejahatan? Acarya Huijun berkata, “Baik dan jahat itu ditentukan oleh manusia.” 
Ditentukan oleh manusia, tidak ada manusia maka tidak ada baik dan jahat. Ketika siapapun tidak mengenal siapa, apa itu lurus? Apa itu sesat? Ada orang makan semangkuk bakmi sapi, ia berkata pada pemilik warung, “Pak, mengapa tidak ditemukan daging sapi?” Pemilik menjawab, “Anda makan kue matahari, di dalamnya ada matahari? Anda makan kue istri, di dalamnya ada istri?” Maka, di dalam bakmi sapi Anda tidak ada daging sapi. Ketahuilah, “Dharmadhatu Ekasatya” mirip kondisi semacam ini, apa itu “Dharmadhatu Ekasatya”? Mari kita semua berpikir sejenak. “Bersih dan apa adanya”. Apakah bulan ada Mara? Jika bulan ada Mara, maka Mara itu sedari awal telah mati kelaparan, entah apa yang bisa dimakan.

Ada sebuah lelucon, “Pendapatan sebulan 150 ribu, boleh mempertimbangkan wisata ke Eropa; pendapatan sebulan 50 hingga 100 ribu, silahkan memilih wisata ke Asia Tenggara; pendapatan sebulan lebih rendah dari 50 ribu, silahkan memilih wisata ke domestik; pendapatan sebulan lebih rendah dari 20 ribu, silahkan memilih tamasya; lebih rendah dari 10 ribu, silahkan memilih minyak kacang; lebih rendah dari 5 ribu, silahkan pilih minyak daur ulang; tidak ada pendapatan, silahkan memilih mimpi berjalan.” Ini adalah pilihan wisata berdasarkan nilai uang.

Saya beritahu Anda semua, Dharmadhatu Ekasatya, apapun ada, juga apapun tidak ada. Mari kita semua berpikir sejenak, “Yang bersih dan apa adanya, sama sekali tidak ada Mara, juga tidak ada insan.” Mengapa tidak ada insan? Bukankah kita semua adalah insan? “Dharmadhatu Ekasatya”, siapapun tidak mengenal siapa, siapapun tidak melihat siapa, “Dharmadhatu Ekasatya”, siapapun adalah siapa. “Ini adalah Dunia Avabhasagarbha yang bersih dan sunya, juga tidak ada lurus maupun sesat, tingkatan alam demikian adalah Dunia Hati Tanpa Persepsi.” “Dunia Hati Tanpa Persepsi” – dunia yang hati tidak ada persepsi, ini adalah “Dharmadhatu Ekasatya”.

Apa yang dikatakan oleh Padmasambhava? Yaitu Dzogchen Tantra, yaitu memasuki samadhi yang sesungguhnya, akan ada fenomena demikian. Bagaimanakah benar-benar memasuki samadhi? Anda tidak tahu diri sendiri berada dalam samadhi. Misalnya, saat saya bersadhan,a sampai akhirnya saya akan memasuki ruangan saya, saya tidak tahu apa itu ruang, waktu juga tidak tahu, saya duduk di sana, namun tidak tahu saya duduk di mana, juga tidak tahu sekarang jam berapa. Kemudian, Acarya Huijun berdiri di pintu kamar saya, berteriak, “Mahaguru, sisa 5 menit lagi.” Suara masuk ke dalam telinga saya, saya pun keluar dari samadhi. Namun, berapa lama waktu memasuki samadhi? Saya sebenarnya bermeditasi berapa lama? Kadang-kadang hanya 5 menit, kadang-kadang 10 menit, kadang-kadang 20 menit, kadang-kadang 30 menit. Di dalam samadhi, saya tidak tahu diri sendiri sedang samadhi, juga tidak tahu di mana diri saya, buka mata baru tahu, ternyata di Arama Nanshan. Ini baru disebut samadhi. Oleh karena itu, samadhi adalah memasuki “Dharmadhatu Ekasatya”, ketika Anda samadhi memasuki kesempurnaan agung, hanya beberapa menit saja, semangat pun pulih semua. Asalkan kita mengosongkan diri sendiri, saat semua khayalan dan kerisauan kita disingkirkan, ketika jiwa dan raga dikosongkan semua, tubuh pun tidak ada perasaan, Dunia Hati Tanpa Persepsi, dikosongkan sepenuhnya, energi seluruh alam semesta turun di atas diri kita, semangat kita sangat penuh; ketika kita keluar dari samadhi, kita akan merasa dilahirkan kembali, semangat dan kegigihan sangat penuh. Asalkan beberapa menit yang singkat saja, kita pun bisa memulihkan dunia yang apa adanya. Oleh karena itu, samadhi sangat penting. Dharmadhatu Ekasatya yang diutarakan oleh Padmasambhava adalah demikian. “Dunia semacam ini adalah Dunia Hati Tanpa Persepsi”, kalimat ini sangat penting, sama sekali tidak ada hati, maka disebut “Dunia Hati Tanpa Persepsi”.

Jack adalah keluarga militer, suatu hari teman bertamu ke rumahnya, menemukan ruang tamu rumahnya tertulis “Kantin”, ruang tamu tertulis “Ruang Rapat”, kamar putra tertulis “Asrama Tentara Pria”, kamar putri tertulis “Asrama Tentara Wanita”. Teman berpikir, kamar mereka suami istri pasti tertulis “Markas Besar”, tak disangka, di atas pintu tertulis “Pusat Pelatihan Tentara Baru”. Ini adalah dunia manusia, dunia manusia ada konsep demikian, melatih diri terutama menyingkirkan khayalan demikian. Kita harus mencapai “Dharmadhatu Ekasatya”, di dalam otak kita mesti bersih, jangan memikirkan sampah tersebut. Jika kita mau bahagia, gampang sekali. Kita mau bahagia sehari atau sedih sehari? Jika kita mau bahagia sehari, maka bayangkanlah hal-hal yang membahagiakan, kita pun akan bahagia; jika kita mau sedih sehari, maka berusaha galau, merisaukan segala hal, setiap hari sangat sedih, setiap hal sangat risau. Kita menetap di satu negara, negara ada kerisauan negara; kita menetap di dalam satu keluarga, keluarga ada kerisauan keluarga; kita berangkat ke kantor, ada kerisauan kantor; bekerja ada kerisauan pekerjaan; mempunyai putra-putri ada kerisauan putra-putri, mempunyai orang tua ada kerisauan orang tua; mempunyai kakak adik ada kerisauan kakak adik; mempunyai asmara ada kerisauan asmara; dan kerisauan uang; kerisauan materi, banyak kerisauan. Anda setiap hari berpikir di sana, kita pun hidup dengan penuh kerisauan, memikirkan kerisauan ini maka hidup sedih. Oleh karena itu, sadhaka, harus belajar “hati tanpa persepsi”, yaitu semua kerisauan Anda dibuang semua, sampah jiwa dan raga kita dibuang semua, inilah “mengamati”, “Metode Mengamati Hati” paling tinggi, perhatikan hati sendiri, kemudian perhatikan hati hingga berubah menjadi tidak merasakan apa-apa, disebut “Dharmadhatu Ekasatya”. Hati kita setidaknya ada kebahagiaan, welas asih, pengetahuan dan kemampuan intuitif dari diri kita sendiri, yaitu “Hati Nurani” yang dikatakan oleh Wapres Lu, jika kita mempunyai hati nurani, hati pun selamat.

Master Sheng Yen mengucapkan satu pepatah, “Hati tenang maka selamat.” Anda memiliki hati nurani, hati pun tenang, hai Anda tenang, Anda pun selamat. Orang yang memiliki hati nurani tidak mungkin melanggar Pancasila: membunuh, mencuri, berzinah, berdusta, mabuk-mabukan, Anda tidak mungkin melanggar, melanggar Pancasila; orang yang memiliki hati nurani, tidak mungkin berbuat jahat, tidak akan melakukan perbuatan melanggar hukum, negara ini pun akan merasa sangat bahagia, tidak terjadi peristiwa tragis. Sehingga pada dasarnya, bagi kita manusia, hati nurani adalah syarat pertama, juga pemikiran dari Konghucu sendiri. Dasar kehidupan kita, benar-benar adalah hati nurani. Sekarang bertanya pada Anda semua, “Apakah hati Anda bisa tenang?” Jika hati Anda dapat tenang, Andapun tenang, maka selamat. Inilah inti yang disampaikan oleh Master Sheng Yen dari pernyataan “Hati tenang maka selamat”. Kita harus melakukan segala hal berdasarkan hati nurani, kita pun bisa memperoleh keselamatan, kita juga tidak takut orang ketuk pintu tengah malam, kita juga tidak perlu takut hantu.

Karena jika kita adalah seorang yang terang, bersih, dan memiliki hati nurani, tubuh kita akan bercahaya, hantu pun akan takut, bukan kita takut hantu, tetapi hantu takut kita, ini adalah titik berat. Karena di dalam hati Anda ada kegelapan, Anda baru akan takut hantu, hati Anda teran,g mana mungkin takut hantu? Sampai tingkatan alam yang paling tinggi adalah “Dunia Hati Tanpa Persepsi”.

Seorang pasien yang mengalami gangguan pencernaan mengeluh pada dokter, “Akhir-akhir ini saya sangat tidak normal, saya buang air besar apapun yang saya makan, makan labu buang labu, maka semangka buang semangka, bagaimana baru bisa kembali normal?” Dokter diam sejenak, berkata pada pasien, “Kalau begitu, Anda makan kotoran saja.” Ada Buddhadharma di dalamnya, kita memetik buah dari karma yang kita perbuat, ini adalah sebab akibat. Maka, jangan melakukan perbuatan melanggar hukum, jangan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hati nurani, karena itu menciptakan karma. Anda telah menciptakan karma, maka ada pembalasan karma. Ada orang berkata, “Anda berbuat jahat siang hari.” Mengapa berbuat jahat pada siang hari? Karena ada satu kalimat mengatakan, “Pagi atau malam (cepat atau lambat) pasti ada pembalasan karma”, bukan maksudnya pagi atau malam baru akan ada pembalasan karma, melainkan apapun yang Anda lakukan akan ada pembalasan karma. Ini hanya sebuah lelucon. “Dunia Hati Tanpa Persepsi” tentu saja paling baik, kesempurnaan agung, ketika kita melatih diri benar-benar mencapai Dharmadhatu Ekasatya, benar-benar “Dunia Hati Tanpa Persepsi”, tiada penyertaan hati! Tidak ada hati. Namun, asalkan sadar, melakukan apapun, saya melakukan segala sesuatu berdasarkan hati nurani saya, saya pun akan selamat. Seperti Mahaguru, walaupun saya adalah perintis Zhenfo Zong, di seluruh dunia ada Leizang Si, namun, setiap Leizang Si, saya tidak peduli, di hati saya, saya tidak ada Leizang Si, walaupun Taiwan Lei Tsang Temple memasang nama saya sebagai formalitas, namun, yang mengurus Lei Tsang Temple adalah Acarya Lianzhe, Beliau adalah ketua umum, Beliau tahu semua urusan personalia, administrasi, keuangan. Saya tidak tahu sama sekali. Jadi, jika Anda mengatakan pada saya siapa yang menjadi akuntan, siapa yang menjadi bagian pelayanan, siapa yang menjadi bagian konsumsi, saya tidak tahu sama sekali. (Bahasa Jepang: saya tidak tahu), (Bahasa Jepang: tidak tahu sama sekali), Taiwan Lei Tsang Temple walaupun memasang nama saya sebagai formalitas. Saya berharap suatu hari, boleh hapus nama saya, karena Taiwan Lei Tsang Temple ada masalah sama halnya saya ada masalah. Namun, sesungguhnya, saya tidak tahu apa-apa, saya menetap di “Dunia Hati Tanpa Persepsi”. Itu sebabnya, sesungguhnya, terhadap Taiwan Lei Tsang Temple, saya benar-benar tidak tahu apa-apa, organisasi apa yang kalian miliki, atau apapun itu, saya tidak pernah bertanya, hanya saja, saat kalian meminta saya untuk berfoto, saya akan berdiri di sana, selebihnya, saya sama sekali tidak peduli; keuangan, administrasi, personalia, sesungguhnya saya benar-benar (Bahasa Jepang: tidak tahu sama sekali), benar-benar totally don’t know (Bahasa Inggris: tidak tahu sama sekali), saya adalah Taois yang tiada penyertaan hati dan tiada masalah. Orang lain bertanya pada saya Leizang Si, saya tentu saja tahu ketua adalah Acarya Lianzhe, dan Lianzai, Lian’ou adalah ketua umum True Buddha School Vajrayana Association of R.O.C., saya tahu ketiga kepala utama ini sudah cukup. Selebihnya, kepala kecil, saya tidak tahu. Inilah “Dunia Hati Tanpa Persepsi”, karena di dalam hati saya tidak ada kerisauan; krena saya tidak menampung kerisauan apapun!
Saya kembali ke Taiwan juga tidak tahu makan apa, juga telah makan banyak minyak daur ulang, karena makan di luar, sehingga makan banyak minyak daur ulang. Mari cerita sebuah lelucon, seorang pak tua membelikan rumah untuk putranya, ia datang ke tempat mengurus pendaftaran prosedur cicilan, pegawai bank berkata, “Bapak, Anda adalah Ji Fu atau Yue Fu?” (Cicilan per musim atau cicilan per bulan) Begitu pak tua mendengarnya, ia naik pitam, berkata, “Saya XXX, saya bukan Ji Fu (ayah tiri, homonim dengan cicilan per musim), juga bukan Yue Fu (ayah mertua, homonim dengan cicilan per bulan), saya adalah Fu Qin (ayah, homonim dengan bayar lunas)!” Sehingga, pegawai bank menconteng di formulir pengajuan, “Bayar lunas”. Lelucon bahasa seperti ini sangat banyak. Ini adalah salah paham, semacam salah paham. Antara sesama manusia ada banyak salah paham.
Oleh karena itu, Sheng-yen Lu yang dilihat dari luar, dengan Sheng-yen Lu yang dilihat dari samping, dengan Sheng-yen Lu di dalam hati saya adalah 3 Sheng-yen Lu yang berbeda. Saya adalah Sheng-yen Lu yang menetap di Dharmadhatu Ekasatya. “Dunia Hati Tanpa Persepsi, namun karena ada pergolakan pikiran, sehingga ada karma, ada karma, maka ada kebaikan dan kejahatan, dan perbedaan Yin dan Yang, hidup dan mati juga berubah tanpa henti, beragam bentuk pun terwujud tanpa henti.” Oleh karena itu, kembali ke “Dharmadhatu Ekasatya” adalah mencapai kebuddhaan, keterangan Padmasambhava sangat jelas.

Lantas, apa itu pencerahan? Pencerahan adalah berada dalam Dharmadhatu Ekasatya, semua jelaskan, bukan pencerahan biasa, pencerahan ini adalah tingkatan alam yang sangat tinggi, tidak seperti pencerahan yang dikatakan orang pada umumnya. “Sehingga, sunya adalah sumber. Abhava adalah terpencil dan samar-samar.” Yang muncul adalah terpencil dan samar-samar, sunya barulah sumber sejati. Oleh karen itu, itulah alasannya kita harus melatih sunya. “Mencapai kebuddhaan dan kesucian adalah berbalik dari khayalan dan kembali ke hakikat sejati, mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan, sunya dan abhava tanpa rintangan.”Jika kita berada dalam sunya atau abhava, semua tidak ada halangan, karena Anda telah sunya, mencapai Dharmadhatu Ekasatya, Anda abhava itulah “hati nurani”, sunya adalah “Ekasatya”. Anda melakukan segala sesuatu berdasarkan hati nurani, kemudian kembali ke sunya “Dharmadhatu Ekasatya”.

“Di Stupa Makam Emas, saya telah menguasai bahwa mencapai Bodhi terbagi menjadi 3 tingkatan”, tentu saja, setelah berhasil memang demikian, ketika kita memahami hati dan menyaksikan Buddhata, “mencapai kebuddhaan selama masih hidup adalah tingkatan tertinggi”, ini adalah keberhasilan tingkat tertinggi, walaupun kita memiliki tubuh manusia, namun, kita telah berhasil, ini adalah tingkatan pertama; “tingkatan kedua adalah mencapai kebuddhaan setelah meninggal dunia”, kita telah meninggal dunia, kembali ke Dharmadhatu Ekasatya, ini adalah tingkatan kedua; “tingkatan ketiga adalah mencapai kebuddhaan setelah menjadi bardo”, kita berubah menjadi roh, kemudian dari roh berubah, kembali ke Dharmadhatu Ekasatya, ini adalah keberhasilan tingkatan ketiga. “Sedangkan, Sadhana Dzogchen adalah tingkatan tertinggi “mencapai kebuddhaan selama masih hidup”, merupakan Mahasadhana tertinggi.” Di dalam sadhana ini, boleh dikatakan seperti ini, ini barulah benar-benar sadar. Benar-benar sadar, kita telah memncapai “Dunia Hati Tanpa Persepsi”, kita telah kembali ke Dunia Ekasatya, bukan kehidupan lampau saya apa, ini adalah sadar, ini adalah kesadaran kecil, bukan kesadaran agung. Yang sejati, pencerahan yang paling besar adalah pencerahan kesempurnaan agung. Pencerahan biasa yang kecil adalah Anda tahu kehidupan lampau Anda, atau 100 kehidupan lampau Anda, 500 kehidupan lampau Anda, mengetahui 500 kehidupan yang lampau dan 500 kehidupan yang akan datang, ini hanya bisa dikatakan mencapai semacam tingkat dewa. Dewa dibagi menjadi Mahadewa, Dewa Langit, Dewa Bumi, Dewa Manusia, dan Dewa Hantu, setiap tingkatannya berbeda-beda. Dapat mengetahui 500 kehidupan lampau dan 500 kehidupan yang akan datang, 50 kehidupan yang lampau, 50 kehidupan yang akan datang, mengetahui satu kehidupan lampau, satu kehidupan yang akan datang, hanya pencerahan kecil, bukan pencerahan sejati. Benar-benar sadar adalah “Dharmadhatu Ekasatya”, Dharma yang mahatinggi, adalah Kesempurnaan Agung (Dzogchen). Om Mani Padme Hum.

sumber : http://tbsn.org/indonesia/news.php?cid=29&csid=50&id=7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net