Senin, 20 Juli 2015

Dharmasana Akasagarbha Bodhisattva dan Amoghasiddhi Tathagata Adalah Garuda

Ceramah Sadhana Dzogchen ke 140 oleh Dharmaraja Lian-sheng Sheng-yen Lu pada Upacara Agung Api Homa Bodhisattva Sarvanivaranaviskambhin, Minggu 17 Mei 2015 di Rainbow Temple, Seattle.

Sembah puja pada Para Guru Leluhur, sembah puja pada Bhiksu Liaoming, sembah puja pada Guru Sakya Dezhung, sembah puja pada Gyalwa Karmapa ke-16, sembah puja pada Guru Thubten Dhargye, sembah puja pada Triratna mandala, sembah puja pada yidam api homa hari ini : Namo Sarvanivaranaviskambhin Bodhisattva.

Gurudara, Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat Sedharma, dan umat Sedharma yang menyaksikan melalui internet, tamu agung yang hadir hari ini antara lain : Istri dari Sekretaris Jenderal Coordinating Committee for North American Affairs, Executive Yuan Dubes Daniel T.C. Liao : Sdri. Judy, Akuntan True Buddha Foundation : Sdri. Teresa dan suami. Penasihat Hukum Zhenfo Zong : Pengacara Zhou Hui-fang. Ketua umum Lotus Light Charity Society Acarya Changren, Produser Sembilan Tingkat Dzogchen, Diktat Hevajra, dan Ulasan Risalah Agung Tahapan Jalan Tantrayana - Acarya Lianyue, dr. Zhuang Jun-yao dan dr. Lin Shu-hua. Wakil Pimpinan Far East Times Los Angeles Amerika, sekaligus Kepala Cabang Majalah Taiwan Ziyou Qiaosheng di Taiwan :  Sdr. Wen-guang, Istri dari Bpk. Xue Sheng-hua Pimpinan Overseas Credit Guarantee Fund : Sdri. Xue Wang-shu-mei. Pimpinan Lotus Light Charity Society Hong Kong : Sdri. Li Cai-fen. Selamat sore semuanya ! Apa kabar semuanya ! ( Bahasa Taiwan ) Selamat sore semuanya ! Apa kabar semuanya ! ( Bahasa Mandarin ) Apa kabar ! Apa kabar semuanya ! ( Bahasa Kanton )

Hari ini adalah api homa Bodhisattva Sarvanivaranaviskambhin, gelar Vajra-Nya adalah : ‘Nirangana Vajra’ ( Vajra Tanpa Kerisauan ), Vajra yang meninggalkan semua kerisauan. Dalam Tantra Tibet adinata ini cenderung langka, lebih banyak dijumpai di Tantra Timur atau Tantra Jepang. Di Tantra Tibet sepertinya sangat jarang yang menekuni Sadhana Bodhisattva Sarvanivaranaviskambhin. Kita Zhenfo Zong mempunyai Tantra Timur, Tantra Tibet, Tantra Tiongkok dan Tantra Tiantai, yaitu tantra dari sekte Tiantai. Tantra Tiongkok adalah tantra dari Tiongkok, Tantra Tibet adalah tantra dari Tibet, Tantra Timur adalah tantra dari Jepang, sedangkan Zhenfo Zong adalah tantra dari Taiwan.

◎ Ikrar dari Bodhisattva Sarvanivaranaviskambhin adalah menyingkirkan karma buruk yang menutupi Anda, Ia menyingkirkan semua rintangan yang menutupi Anda, inilah kekuatan yang dimiliki oleh adinata ini. Asalkan karmavarana dan semua rintangan tersingkirkan, maka berkah dan kebahagiaan pasti tiba. Ada berbagai warna dari adinata ini, ada Sarvanivaranaviskambhin yang berwarna putih , bermakna menyingkirkan semua karmavarana. 
Sarvanivaranaviskambhin yang berwarna kuning menambah Prajna dan segala macam manfaat. Sarvanivaranaviskambhin yang berwarna biru menyingkirkan berbagai rintangan seperti guna-guna, penyakit yang disebabkan oleh gangguan makhluk halus dan lain sebagainya. Perwujudannya ada tiga.

Mahaguru mengenakan topi Sangha berwarna kuning dan rompi naga berwarna kuning, makna utamanya adalah meningkatkan segala manfaat dan memenuhi sambhara ( sumber daya bagi kehidupan dunia dan non duniawi ). Mantranya adalah : “Om. Ne-sa-la-ya. Suoha” Mudranya seperti ini ( Mahaguru memperagakan ), kelingking dan jari manis ditekuk dan saling bersentuhan di dalam telapak, ibu jari menekan jari manis, jari tengah dan jari telunjuk berdiri dan saling bersentuhan, inilah Mudra Bodhisattva Sarvanivaranaviskambhin. Wujud Bodhisattva Sarvanivaranaviskambhin mirip dengan Asta-maha-bodhisattva, tangan kiri membawa Dharmaketu ( Panji Dharma ) yang di atasnya terdapat padma dan di atas padma terdapat cakra-surya, sedangkan tangan yang satunya ditumpangkan di atas lutut membentuk Mudra Varada ( Memberi anugerah ), ada juga yang membentuk Mudra Abhaya ( Tak gentar ), semua boleh. Ikrar Bodhisattva Sarvanivaranaviskambhin sangat agung, sebab Ia adalah satu dari Asta-maha-bodhisattva ! Asta-maha-bodhisattva adalah Avalokitesvara, Manjusri, Samantabhadra, Ksitigarbha, Maitreya, Akasagarbha, Vajrapani dan Sarvanivaranaviskambhin, delapan Bodhisattva ini menekuni bhavana bersama-sama dan semuanya mencapai keberhasilan. Namun di antara mereka, yang paling jarang dikenal adalah Bodhisattva Sarvanivaranaviskambhin, oleh karena itulah Acarya Lian-yin memilihnya. Kemarin malam saya telah mengatakan, justru karena jarang dikenal, maka apabila Anda memohon kepada-Nya, Ia akan hadir, hari ini kekuatan yang menyertai kehadiran-Nya sangat besar.

Bodhisattva Sarvanivaranaviskambhin mempunyai wujud, yang dibawa adalah Dharmaketu yang di atasnya terdapat padma dan di atas padma terdapat cakra-surya, inilah intinya. Ada mantra, mudra dan wujudnya, maka menjadi Sadhana Penjapaan Bodhisattva Sarvanivaranaviskambhin.

◎ Bodhisattva Sarvanivaranaviskambhin juga sangat ternama dalam Vajradhatu dan Garbhadhatu Mandala, dalam tiga belas sala Garbhadhatu terdapat Sarvanivaranaviskambhinsala, Ia dikelilingi oleh Delapan Maha-bodhisattva, namun Delapan Maha-bodhisattva ini adalah Bodhisattva yang berbeda, yang ini adalah : Bodhisattva Yang Menyingkirkan Tabir Keraguan, Bodhisattva Yang Memberikan Keberanian, Bodhisattva Yang Menyingkirkan Semua Alam Rendah, Bodhisattva Penolong Kebijkasanaan Pikiran, Bodhisattva Pikiran Karuna, Bodhisattva Yang Membangkitkan Maitri, Bodhisattva Yang Menyingkirkan Kegelisahan dan Bodhisattva Prajna Tak Terperikan.

Ia berada di sala kedelapan dalam tiga belas sala Garbhadhatu, ada Delapan Maha-bodhisattva yang mengelilingi-Nya. Ikrar-Nya adalah menyingkirkan semua karmavarana dan semua rintangan yang menutupi. Selain itu juga menyingkirkan semua klesa ( kerisauan batin ), oleh karena itu Ia disebut sebagai Vajra Yang Menyingkirkan Klesa. Semoga hari ini, setelah memperoleh Abhiseka Bodhisattva Sarvanivaranaviskambhin, setelah semua berjalan di bawah Panji Abhiseka, semua klesa, rintangan dan karmavarana Anda dapat tersingkirkan.

Acarya Lian-yin, siapakah adinata Minggu depan ? ( Jawab : Sakyamuni Buddha, memperingati Hari Jadi Sang Buddha ) Oh ! Sakyamuni Buddha, memperingati Hari Jadi Sang Buddha, semua dapat mengingatnya, sebab di dunia ini Dialah Sasanapati yang mendirikan Agama Buddha, Ia yang teragung, Ia adalah Sasanapati kita semua, tentu saja ingat, tidak akan keliru menyebutnya sebagai Akasagarbha. Tiap kali saya hendak menyebut nama Sarvanivaranaviskambhin selalu keliru menyebutnya sebagai Akasagarbha, sungguh mengherankan. Namun dalam Tantra Timur Akasagarbha sangat agung, demikian juga dengan Sarvanivaranaviskambhin. Sebab Kobo Daishi mencapai keberhasilan melalui penekunan Sadhana Akasagarbha Bodhisattva. Kobo Daishi menekuni Sadhana Akasagarbha di dalam gua, saya mengingatnya sangat jelas, saat Ia sedang bersadhana, sinar bintang masuk ke dalam mulutnya, setelah Ia menelan sinar bintang, batin-Nya terbuka sepenuhnya, sehingga Ia dapat memahami masa lampau, saat ini dan yang akan datang, Ia memahami semua di dunia dan segala sesuatu di semesta, inilah kekuatan dari Kobo Daishi. Mahaguru sendiri memiliki silsilah dari Jepang, oleh karena itu dalam benak saya terdapat Akasagarbha Bodhisattva, sehingga tiap kali menyebut Sarvanivaranaviskambhin selalu menyebutnya sebagai Akasagarbha. Tidak dapat menyalahkan Lian-yin, mungkin ini ada hubungannya dengan kehidupan lampau. Sebab dalam ingatan kehidupan lampau semuanya adalah Akasagarbha Bodhisattva. 

Minggu depan adinatanya adalah Sakyamuni Buddha, semua mengenal-Nya, Ia adalah Sasanapati yang mencapai Kebuddhaan di dunia saha, apabila Anda memperoleh Abhiseka Sakyamuni Buddha, berarti Anda juga memperoleh Abhiseka dari semua Buddha, Dharma dan Sangha. Tadi saat memohon kepada Bodhisattva Sarvanivaranaviskambhin , memohon pemanunggalan, Ia hadir, bahkan hadir bersama-sama dengan Asta-maha-bodhisattva, sehingga api homa hari ini sangat sukses. Semoga setelah Anda menerima abhiseka, semua guna-guna dapat tersingkirkan, semua ilmu hitam tersingkirkan, semua karma penyakit dalam tubuh juga tersingkirkan, klesa juga tersingkirkan dan semua rintangan tersingkirkan. Semoga setelah menerima abhiseka ini, semua memperoleh kebahagiaan sempurna, segala urusannya lancar dan sangat manggala.
Kita kembali mengulas perihal manifestasi sinar pelangi dan Sadhana Ratnasana dalam buku Mahaparipurna Tantrayana, “Sadhana Garudasana : Dalam tantrayana terdapat Sadhana Svarnapaksiraja yang disebut juga sebagai Garuda, merupakan nama dari satu jenis burung dalam Agama Hindu. Burung ini bersemayam di atas pohon raksasa di bawah Surga Caturmaharajika, naga adalah makanannya. Akasagarbha Bodhisattva dan Amoghasiddhi Tathagata menggunakan Sadhana Garudasana sebagai Ratnasana. Titik nadi sadhana ini ada pada lengan.” Postur duduk Garudasana sangat sederhana, orang yang belajar kungfu pasti tahu ‘Jurus Garuda Mengembangkan Sayap’ ( Mahaguru memperagakan ), postur tangannya seperti ini, kemudian berdiri di atas satu kaki dan kaki yang satu diangkat, inilah Postur Garudasana. Mahaguru tekun melakukan pujana : “Burung Garuda, para makhluk halus di alam bebas, raksasa dan Hariti, semua terpuaskan oleh amrta.” Dalam kalimat ini ada empat nama, yang pertama adalah Garuda, yang kedua adalah para makhluk halus, yang ketiga adalah raksasa, yang keempat adalah Hariti. “Om. Mudili. Suoha. Om. Mudili. Suoha. Om. Mudili. Suoha.” Semua terpuaskan oleh amrta, menggunakan amrta sebagai pujana makanan, biasanya mulai dilakukan di tengah hari hingga malam. Di jaman Sakyamuni Buddha, Garuda memangsa bangsa naga, hingga akhirnya naga hampir punah, naga pergi memohon kepada Sakyamuni Buddha, Sang Buddha mempertemukan Garuda dan bangsa naga, membantu mereka untuk ‘compromise’ melakukan negoisasi, apa yang dinegoisasikan ? Sang Buddha memberitahu Garuda : “Mulai saat ini jangan lagi memangsa naga, saya akan mengajarkan kepada para siswa supaya dalam pujana mereka mengundang namamu dalam urutan pertama.” Oleh karena itulah para siswa Buddha menjalankan instruksi dari Sang Buddha, inilah sebabnya mengapa para siswa Buddha menghaturkan pujana pada Garuda, supaya Garuda dan bangsa naga dapat harmonis, hidup rukun dan tidak saling mencelakai.

◎ Garuda juga adalah sebuah Dharmasana, Garuda mempunyai mantra : “Om. Bie-zha. Ga-lu-da. Zha-lie. Zha-lie. Hom Pei.” “Om. Bie-zha. Wei-shi-nu-ya. Suoha. Om. Bie-zha. Ga-lu-da. Zha-lie. Zha-lie. Hom Pei.” Dalam Agama Hindu, vahana dari Dewa Subhakrtsna atau Vishnu adalah Garuda. Dharmasana dari Akasagarbha Bodhisattva dan Amoghasiddhi Tathagata juga adalah Garuda. Titik nadinya berada di sendi lengan, oleh karena itulah ada postur Garudasana.
Saya ceritakan sebuah lelucon, ada seorang pria dan wanita yang saling berkenalan, yang wanita bertanya : “Apa pekerjaan Anda ?”, si pria menjawab : “Keluarga saya menjalankan usaha perdagangan mata uang asing bawah tanah.” Si wanita berpikir : “Pasti sangat kaya sehingga bisa meminjamkan uang dengan bunga tinggi.” Akhirnya mereka sepakat untuk berpacaran. Setelah berpacaran beberapa waktu, Si Wanita meminta supaya Si Pria membawanya berkunjung ke rumah. Setibanya di rumah Si Pria, ternyata keluarga itu membuka toko kertas sembahyang, menjual mata uang asing bawah tanah yaitu uang sembahyang. Di Zhenfo Zong juga banyak yang menjual kertas sembahyang, True Buddha Temple Maryland juga menjual mata uang asing bawah tanah, juga banyak orang yang memproduksi dan menjual kertas sembahyang, di Zhenfo Zong ada banyak siswa yang memproduksi kertas sembahyang, memproduksi dan menjual berbagai macam kertas sembahyang, ada kertas sembahyang yang dibuat pertama kali, ada juga kertas sembahyang yang dibuat belakangan. Menyebutnya sebagai perdagangan mata uang asing bawah tanah juga tepat, sebab itu adalah uang yang dipergunakan di alam arwah.

Saya sering menyebut Sarvanivaranaviskambhin menjadi Akasagarbha Bodhisattva, mengapa demikian ? Tentu diri sendiri yang paling jelas, sebab dalam benak saya dipenuhi oleh Akasagarbha Bodhisattva, oleh karena itu saat hendak melakukan api homa Sarvanivaranaviskambhin selalu tertukar dalam menyebutnya, ini berhubungan dengan kehidupan lampau, sebenarnya bukan masalah Lian-yin, ini adalah masalah saya sendiri. Kita semua suka melemparkan masalah diri sendiri kepada orang lain, jelas-jelas adalah masalah saya sendiri, saya sengaja melemparnya pada Lian-yin, mengatakan ini adalah salahnya, sesungguhnya ini adalah kesalahan saya, mengapa dalam benak saya bisa demikian ? Ini sungguh berhubungan dengan kehidupan yang lampau. Dalam ingatan saya semua dipenuhi oleh Akasagarbha, sebab di kehidupan lampau saya menekuni Sadhana Akasagarbha, oleh karena itu tiap menyebut Sarvanivaranaviskambhin selalu tertukar dengan Akasagarbha Bodhisattva.
Saya ceritakan sebuah lelucon, Avalokitesvara Bodhisattva khawatir Tong Sam Cong berjumpa dengan siluman, maka Ia memberikan GPS kepadanya, supaya dapat mengetahui terlebih dahulu di mana posisi siluman berada, dengan mengetahuinya maka ia cukup mengubah arah. GPS memberi peringatan : “800 meter di depan ada Gua Nyonya Siluman Tengkorak Putih, silahkan mengubah arah.” , “1500 meter di depan adalah Gunung Punuk Singa, silahkan mengubah arah.” , “2000 meter di depan adalah Negeri Wanita, silahkan mengubah arah.” Tong Sam Cong telah berhasil menghindari Gua Siluman Tengkorak Putih, ia juga berhasil menghindari Gunung Punuk Singa, tapi tiba di Negeri Wanita, Avalokitesvara Bodhisattva memintanya untuk mengubah arah, ia malah memadamkan GPS dan mengatakan : “Amitabha ! Saat kesukaran menghadang tidak boleh selalu menghindar, saya harus menghadapi dengan berani !” Dalam lelucon ini dikisahkan perihal sifat manusia, Buddhata berbeda dengan sifat manusia. Mengapa ? Sebab manusia awam dan Suciwan berbeda, Suciwan murni sepenuhnya, sedangkan manusia awam dipenuhi klesa, sebab dia sendirilah yang ingin mencari masalah. Siluman yang lain telah dihindarinya, tapi dia justru ingin menghadapi Negeri Wanita, dia sungguh berani, sesungguhnya kita harus berani menghadapi persoalan apapun, kemudian berusaha untuk mengatasinya, jangan  menghindar, seperti hari ini saya harus memimpin upacara api homa, tidak boleh menghindar, saya harus melaksanakan Sarvanivaranaviskambhin, saya tidak boleh melakukan api homa Akasagarbha. Jelas-jelas mengetahui bahwa yang ditekuni adalah Akasagarbha, namun hari ini harus melakukan Sarvanivaranaviskambhin, tetap harus menghadapinya, oleh karena itu persoalan apapun harus dihadapi.
◎ Ceritakan sebuah lelucon, di saat Hari Raya Ceng Beng, banyak orang yang pergi membersihkan kuburan, mereka menghela napas : “Uang sembahyang jaman sekarang dibuat mirip dengan uang asli, saat membakarnya ada sedikit rasa tidak rela.” , “Jaman sekarang yang palsu dan yang asli sangat sukar dibedakan ! Sekarang uang sembahyang yang dicetak mirip dengan uang kertas asli.” Setelah mereka tertawa pahit, istrinya menelepon : “Bukankah sekarang kamu sedang membersihkan makam ? Mengapa uang kertas sembahyang di atas meja tidak dibawa ? Dan uang 60,000 dolar yang baru saja saya tarik hari ini ada di mana ?” Mendengarnya, mereka menangis keras di atas makam, ternyata yang telah mereka bakar adalah uang kertas asli sebanyak 60,000 dolar, orang yang lewat memuji : “Sungguh berbakti ! Jaman sekarang sungguh jarang ditemui orang yang menangis seperti itu saat membersihkan makam.” 
Sungguh, pada api homa hari ini saya tidak tahu harus menangis atau tertawa, sebab ini adalah salah saya ! Namun masih tetap bermakna, menyingkirkan klesa, menyingkirkan semua rintangan, menyingkirkan semua karma buruk, makna yang terkandung sangatlah nyata. Si Istri membeli seekor anjing, dia sering mengambil uang RMB ( mata uang Tiongkok ) untuk dicium oleh anjing itu, Si Suami merasa heran dan bertanya : “Istriku, kamu sedang apa ? Apa kamu ingin anjing itu memungut uang di jalanan ?” Si Istri tersenyum misterius : “Nanti kamu pasti tahu.” Tidak sampai beberapa hari kemudian, semua tabungan rahasia Si Suami telah raib, tapi ia tidak dapat mengungkapkannya, yang ada hanyalah air mata. Lelucon lagi, suami Nyonya Li suka nonton Drama Kerajaan, ia selalu iri tiap kali melihat Kaisar memiliki tiga ribu selir cantik dan sebelum tidur dapat membalik kartu untuk memilih hendak tidur di mana. Pada suatu hari, demi memuaskan khayalan Si Suami, Nyonya Li mengatakan : “Suamiku ! Hari ini kamu boleh membalik kartu memilih selir.” Si Suami menjawab : “Sungguh boleh ?” Nyonya Li mengatakan : “Tentu saja ! Saya akan menggunakan 52 lembar kartu poker, pada tiap lembarnya saya tulis nama.” Si Suami menjawab : “Sungguh menarik ! Sekarang saya akan mulai membalik kartu !” Nyonya Li mengatakan : “Baik ! Terserah kamu pilih yang mana, mau membalik beberapa lembar juga boleh.” , “Ah ! Kamu sungguh curang, tiap lembarnya kamu tulis ‘LI’ ?” Nyonya Li mengatakan : “Tidak puas ? Lebih baik membalik kartu yang lain, dijamin namanya berbeda !” , “Sungguh menarik ! Baik !” , “Ah !” Lagi-lagi ia berteriak kecewa, “Toilet, kakus, bak mandi, dapur, ruang tamu, lantai, gudang, ruang perkakas, garasi, rumput . . .” Terserah mau membalik yang mana, mau tidur di manapun boleh saja.
Di sini ada sebuah kisah perenungan mengenai ibu, Hari Ibu telah lewat, tapi tentu saja cerita ini boleh dibacakan supaya Anda semua dapat merenungkannya. Di sore hari musim panas yang sunyi, mendadak seekor burung pipit turun hinggap di semak-semak, ibu bertanya : “Apa itu ?” Putranya menoleh  ke arah semak-semak lalu menjawab : “Seekor burung pipit.” Setelah menjawab ia langsung melanjutkan membaca koran. Ibunya menganggukkan kepala, kemudian seperti sedang berpikir, lalu bertanya : “Apa itu ?” Putranya terpaksa menoleh lagi dan mengerutkan alis seraya berkata : “Bukankah tadi saya sudah beritahu, itu seekor burung pipit.” Setelah mengatakannya ia kembali membaca koran. Burung pipit itu terbang dan hinggap di atas rumput tak jauh dari situ, tatapan ibu terus mengikuti burung pipit tersebut, ia bertanya lagi : “Apa itu ?” Putranya sudah tak tahan lagi, ia menutup koran dan mengatakan : “Seekor burung pipit ! Mama, itu seekor burung pipit !” Ibunya tidak melihat si putra, ia terus menatap burung pipt dan bertanya lagi : “Apa itu ?” Kali ini si putra naik pitam, ia mengayunkan tangannya dan dengan marah berteriak : “Kamu ini maunya apa ? Saya sudah menjawab berulangkali ! Itu adalah seekor burung pipit ! Apa kamu tidak mengerti ?” Ibunya diam dan berdiri, si putra bertanya : “Mau ke mana ?” Ibunya memberi isyarat supaya dia tidak mengikutinya, kemudian berjalan perlahan masuk ke dalam rumah. Burung pipit itu telah terbang, dengan kesal si putra membuang koran, kemudian menghela napas. Beberapa saat kemudian, ibunya kembali, di tangannya ada sebuah buku kecil. Dia duduk, kemudian membuka halaman sekian dan menyerahkan buku itu kepada si putra, ia menunjukkan pada satu kalimat dan mengatakan : “Baca ini.” Si putra membacanya : “Hari ini aku dan putraku yang baru berusia tiga tahun duduk di taman, seekor burung pipit hinggap di depan kami, putraku menanyakan 21 kali pertanyaan yang sama : ‘Apa itu ?’ saya menjawabnya sebanyak 21 kali, ‘Itu adalah seekor burung pipit’, tiap kali dia bertanya sekali, maka aku memeluknya sekali, sedikitpun tidak merasa kesal, justru merasakan kepolosan dan kelucuannya.” Sudut mata ibu perlahan mengguratkan garis tawa, seakan-akan sedang melihat peristiwa tersebut. Usai membacanya, si putra merasa sangat menyesal, ia menahan air mata sambil merangkul ibunya, kemudian mencium pipi ibunya, ternyata ibunya tidak mengalami pikun, hanya saja melihat burung pipit membuatnya teringat masa-masa kedekatannya dengan putranya, sehingga ia sengaja menanyakan pertanyaan yang sama. Dan putra yang lucu di dalam buku harian itu, sekarang telah beranjak dewasa, tidak lagi menanyakan kepada ibunya : “Apa itu ?” malah terus membaca koran tanpa memedulikan ibu di sampingnya, tidak lagi memerhatikannya. Kehangatan itu telah menjadi kenangan, dia hanya ditanyai empat kali oleh ibunya, tapi dia langsung naik pitam.

Ini adalah sebuah cerita yang membuat orang merenung, apabila cinta dapat diukur panjangnya, selisih berapakan cinta putra putri pada orangtuanya dibandingkan dengan cinta orangtua terhadap putra putrinya ? Antara 21 kali dengan 4 kali, bukan pada angka, melainkan pada cinta yang sukar diungkapkan ; Itulah hutang yang bahkan tidak akan sanggup dibayar oleh putra dan putri seumur hidupnya, di dalamnya ada terlampau banyak kepedulian, dari kecil hingga dewasa, dari lahir hingga mati, orangtua setia menyertai tiap langkah kita, selamanya tidak akan berubah. Cinta tulus dari orangtua senantiasa tercurah bagi putra dan putri, menyerahkan segala-galanya, tanpa keluh kesah, justru dikarenakan tidak mengharapkan balasan, maka sangatlah sukar untuk membalasnya. Meskipun Hari Ibu telah lewat, namun terhadap ayah dan ibu, kita harus selalu mencurahkan kasih sayang.
◎ Meskipun kita telah menjadi seorang ayah, menjadi seorang ibu, ada juga yang menjadi seorang nenek atau kakek, namun kita tetap mengasihi dan memperhatikan putra-putri dan orangtua kita. Saya sangat mengasihi semua makhluk, tiap kali usai bersadhana, saya pasti mengucapkan : “Biarlah semua arwah terlahir di Buddha-ksetra parisuddhi, biarlah semua siswa Zhenfo dalam Dharmabala yang saya kerahkan ini, dalam Dharmabala Buddha Bodhisattva, memperoleh kontak batin ; Semoga semua memperoleh kesehatan, kegembiraan, kebahagiaan, memperoleh keberhasilan bhavana dan memperoleh terang.”

◎ Saya memohon kepada Buddha Bodhisattva, semoga setiap hari mengadhistana dan memberkahi Anda semua, supaya tiap orang tidak hanya memperoleh kebahagiaan kecil, namun juga memperoleh kebahagiaan besar, serta berbagai kebahagiaan yang tak terhingga bagi setiap orang.

‘Quexing’ adalah istilah dari televisi yang berarti kebahagiaan, ada kebahagiaan kecil dan ada kebahagiaan besar, memberikan kebahagiaan yang tak terhingga kepada semua makhluk. Inilah doa yang saya panjatkan setiap hari dalam pelimpahan jasa di hadapan altar mandala, saya selalu berdoa bagi semua makhluk ; Biarlah semua orang yang menekuni bhavana tidak akan luntur sradhanya ; Biarlah semua orang memperoleh kontak batin dalam bhavana, biar semua memperoleh yukta ; Biarlah semua orang mencapai keberhasilan bhavana. Saya tidak membeda-bedakan semua. Demikianlah doa saya setiap kali, demikianlah pelimpahan jasa saya setiap kali. Bodhisattva Sarvanivaranaviskambhin dan Akasagarbha Bodhisattva tiada berbeda, saya sangat menghormati Akasagarbha Bodhisattva , demikian pula terhadap Bodhisattva Sarvanivaranaviskambhin, saya menghormati semua Bodhisattva, di antara kita tiada perbedaan. 

Om Mani Padme Hum.

sumber : http://tbsn.org/indonesia/news.php?cid=29&csid=50&id=27

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net