Minggu, 23 Agustus 2015

Acitta Adalah Non-dualisme dan Tanpa Rintangan

Ceramah Sadhana Dzogchen ke 155 oleh Dharmaraja Lian-sheng Sheng-yen Lu pada Puja Bakti Bersama Sadhana Yidam Amitabha Buddha, Sabtu 18 Juli 2015 di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple

Sembah puja pada Para Guru Silsilah, sembah puja pada Bhiksu Liaoming, sembah puja pada Guru Sakya Dezhung, sembah puja pada Gyalwa Karmapa ke-16, sembah puja pada Guru Thubten Dhargye, sembah puja pada Triratna mandala, sembah puja pada yidam puja bakti bersama hari ini : Amitabha Tathagata dari Sukhavatiloka di Barat, Cahaya Tak Terhingga, Amitayus, sembah puja pada Mahamaitri Mahakaruna Avalokitesvara Bodhisattva, sembah puja pada Mahaprajna Mahastamaprapta Bodhisattva.

Gurudara, Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat Sedharma, dan umat Sedharma yang menyaksikan melalui internet, selamat malam semuanya. Tamu agung yang hadir hari ini antara lain : Sdri. Judy, Istri dari Dubes Daniel T.C. Liao Sekretaris Jenderal Coordinating Committee for North American Affairs.  Akuntan True Buddha Foundation : Sdri. Teresa. Produser acara Gei Ni Dian Shang Xin Deng di CTI Taiwan : Sdri. Xu Ya-qi. dr. Zhuang Jun-yao, dr. Zhou-heng. Para saudari Sedharma Tim Tari Pujana Yang-guang Taiwan. Pengusaha Kehormatan Hong Kong : Dato Lei Feng-yi dan keluarga. Pengacara Lu Wen-xiang dari Soochow University Taiwan. Selamat malam semua ! Apa kabar semua ! ( Bahasa Mandarin ) Apa kabar ! Apa kabar semua ! ( Bahasa Kanton ) Wu-gai ! Wu-gai-shai ! ( Bahasa Kanton : Terima kasih semuanya ) Hari ini juga dihadiri oleh banyak umat Sedharma dari Indonesia, Selamat malam ! ( Mahaguru mengucapkan dalam Bahasa Indonesia )

◎ Hari ini kita melaksanakan puja bakti bersama Sadhana Yidam Amitabha Buddha, Acarya Norlha adalah Guru dari Guru saya, Bhiksu Liao-ming, dahulu pernah ada yang bertanya kepada Acarya Norlha : “Sadhana apakah yang paling agung dalam tantrayana ?” Acarya Norlha menjawab : “Mahasadhana Amitabha Buddha.” Beliau menunjuk pada Sadhana Amitabha Buddha.

Sesungguhnya menurut sutrayana, Amitabha Buddha adalah Guru Sesepuh sekte Sukhavati, sekte Sukhavati khusus mengajarkan pencapaian vidya melalui pelafalan Nama Buddha, yaitu pelafalan yang biasa kita lafalkan seperti empat aksara Nama Buddha dan enam aksara Nama Buddha, enam aksara adalah : “Namo Amituofo. Namo Amituofo. Namo Amituofo. Namo Amituofo. Namo Amituofo. Namo Amituofo. Namo Amituofo. Namo Amituofo. . .” inilah pelafalan enam aksara Nama Buddha. Dahulu saya pernah berada di Buddhist Lotus Association yang dipimpin oleh Guru Li Bing-nan dari sekte Sukhavati, yang dilafalkan adalah empat aksara Nama Buddha : “Amituofo. Amituofo. Amituofo. Amituofo. Amituofo. Amituofo. Amituofo. Amituofo. …” yang paling utama di sekte Sukhavati adalah pencapaian vidya melalui pelafalan Nama Buddha. Sebenarnya dalam dunia agama Buddha Taiwan, meskipun ditulis Vihara Dhyana, namun kadang di Vihara Dhyana tidak selalu ada dhyana, di Vihara Dhyana juga dilakukan pelafalan Nama Buddha, sebenarnya sekte Dhyana dan sekte Sukhavati merupakan dua sekte yang berbeda, namun mungkin saja di Taiwan keduanya berpadu. Kebanyakan Vihara Dhyana juga melakukan pelafalan Nama Buddha.

Tempat tinggal saya dahulu bertetangga dengan Y.M. Bhiksu Yin-shun, beliau adalah Guru Sarana saya. Sesungguhnya beliau bukan sekte Sukhavati, beliau adalah sekte Tri-sastra, tiga sastra dari Nagarjuna Bodhisattva, yaitu : Sataka-sastra, Dvadasamukha-sastra dan Madhyamaka-sastra, sesungguhnya sekte Tri-sastra adalah sekte Sunya, mereka tidak mengejar sesuatu, hanya mengulas sunya. Saya bersarana kepada Y.M. Bhiksu Yin-shun dari Vihara Hua-yu, saat itu di Taipei beliau mempunyai Upasthana-sala Hui-ri, di Jiayi ada Arama Miao-yun dan di Taichung ada sebuah Vihara Hua-yu, Vihara Hua-yu ini bertetangga dengan rumah saya, berada di jalan yang sama. Meskipun Y.M. Bhiksu Yin-shun merupakan sekte Tri-sastra, namun saya melihat di pagi hari begitu para bhiksuni di Vihara Hua-yu bangun, mereka langsung melakukan pelantunan pagi, mereka melafal Nama Buddha dan melafal sutra-sutra lainnya. Adinata utama dalam sekte Sukhavati adalah Amitabha Buddha, namun di berbagai tempat, saat umat Buddha berjumpa, selalu mengatakan : Amituofo !” Di film-film mereka mengatakan : “O’mituofo !” Mereka melafalkannya menjadi “O.”, sebenarnya adalah “A”, aksara “A” lebih dekat dengan sansekerta, oleh karena itu seharusnya dilafalkan “Amituofo.”, bukannya “O’mituofo !” , yang ini hanya karena sebuah film. Di Tiongkok Daratan masih sangat banyak bhiksu/ni yang melafal “O’mituofo.”, begitu berjumpa langsung : “O’mituofo !”. Daozhang dari Tao melafal : “Wuliangshoufo.”, mereka membawa vyajana ( kebutan ), mengenakan mahkota Pendeta Tao, jubah delapan diagram, sebenarnya Wuliangshoufo adalah Amitabha Buddha, Buddha Cahaya Tak Terhingga juga adalah Amitabha Buddha, Wuliangguang dan Amitayus juga Amitabha Buddha.

◎ Mengapa Acarya Norlha mengatakan sadhana teragung adalah Mahasadhana Amitabha ? Demikian menurut saya, sebab Mahasadhana Amitabha sesuai dengan para insan, tidak membedakan apakah Anda memiliki Prajna yang tinggi, berkapasitas tinggi, berkapasitas sedang atau berkapasitas rendah, semuanya diterima, tidak membeda-bedakan. Tidak peduli apakah Anda tergolong berkapasitas atas atau yang paling berkebijaksanaan agung, berkapasitas sedang atau yang berkebijaksanaan sedang, berkapasitas rendah atau yang cenderung tidak bijaksana, semua sama, asalkan Anda melafal Nama Buddha, melafal Mantra Hati Amitabha Buddha, semuanya dapat terlahir di Buddha-ksetra, sampai di sana, dengan alamiah Bunga Prajna akan mekar, di seantero Buddha-ksetra terdapat Gunung Ratna dan Pohon Bodhi, bunga-bunga Padma dalam Taman Bodhi senantiasa mekar, demikianlah Amitabha Buddha.

Bunga Prajna mekar alamiah, Pohon Bodhi berada di mana-mana, semuanya membangkitkan Bodhicitta, telah tiba di Sukhavatiloka yang paling termasyhur, Amitabha Buddha yang paling termasyhur, insan berkapasitas tinggi, sedang maupun rendah, semuanya dituntun, tidak membeda-bedakan, demikianlah loka dari Amitabha Buddha. Oleh karena itu saat orang menanyakan : “Sadhana tantra apakah yang paling agung ?” Acarya Norlha menjawab : “Mahasadhana Amitabha.” Ini saya dengar dari Guru saya, oleh karena itu Sadhana Amitabha Buddha merupakan sadhana yang sangat agung.

Saat divyacaksu ( Mata Devata ) saya terbuka, saya pernah berjumpa dengan Yaochijinmu, berjumpa dengan Amitabha Buddha, berjumpa dengan Ksitigarbha Bodhisattva, Amitabha Buddha juga merupakan Buddha Tathagata yang pertama kali saya jumpai. Ada suatu kali di mana saya melihat Amitabha Buddha yang paling jelas, yaitu saat berada dalam pesawat penerbangan dari Beijing menuju ke Taiyuan, saya melihat padmasana dan sepuluh jari kaki Amitabha Buddha, hanya melihat padmasana dan jari kaki-Nya saja sudah sangat luar biasa, kemudian melihat ke atas barulah nampak tubuh keemasan-Nya. Melihat jari kaki-Nya sudah membuat kita sangat kagum, jari kaki-Nya tidak sama dengan jari kaki pada umumnya, sangat sempurna, sangat mewah, sangat indah, warna-warni padma sangat luar biasa, benar-benar penuh kilau keemasan, memancarkan hawa manggala ke seribu penjuru, sangat agung, sangat istimewa. Setelah menyaksikannya, sangat sukar untuk dilupakan, sama dengan Bhaisajyaguruvaiduryaprabharaja Buddha di Timur, sama dengan fenomena pengelihatan saya akan Bhaisajyaguru Buddha, selamanya tidak akan terlupakan. Dalam penerbangan dari Beijing menuju Taiyuan saya melihat Amitabha Buddha, seumur hidup saya tidak dapat melupakannya, terus terpatri dalam benak. Saat saya berjumpa dengan Avalokitesvara Bodhisattva , Oh ! Ya Tuhan ! Ternyata Avalokitesvara Bodhisattva demikian rupawan ! Sungguh cantik ! Saat menoleh dan tersenyum, sungguh memesona, Ia melangkah di depan, saya melihat-Nya, mendadak Ia menoleh ke arah saya. Amituofo ! Oleh karena itulah saya segera meminta kepada Acarya Chang-ren dari Shi-fang Tongxiuhui Hong Kong untuk segera membuat satu rupang Yaochijinmu yang sangat muda. Beberapa hari yang lalu, saat saya memberikan adhistana jamahan kepala, yang hadir adalah Yaochijinmu dalam rupa muda, saya langsung berpikir mungkin pemahatan Yaochijinmu muda yang dipesan oleh Acarya Chang-ren sudah hampir rampung, sehingga dari tempat yang sangat jauh, Tiongkok Daratan, Ia terbang menuju ke Seattle Amerika, bahkan hadir di hadapan mata, kemudian memberikan adhistana jamahan kepala kepada semua. Menurut saya, Yaochijinmu di Seattle ini sangat agung, cantik dan berwibawa, memiliki ketiga kualitas ini, tergolong rupang Yaochijinmu yang sedap dipandang. Sedangkan Yaochijinmu di Taiwan Lei Tsang Temple bagaikan ibu saya, maka saya meminta kepada Acarya Chang-ren : “Saya mohon, segera buat rupang Yaochijinmu yang muda, yang nampak ramah, cantik dan murah hati, yang muda dan bersemangat.” Dengan demikian, hati saya akan sangat tenteram. Avalokitesvara Bodhisattva yang saya lihat sungguh sangat agung, sangat cantik dan murah hati, demikian juga dengan Mahastamaprapta Bodhisattva, Ia memegang padma yang belum mekar, sedangkan Avalokitesvara Bodhisattva selalu membawa vas suci dan ranting willow, memercikkan amrta kepada para insan, memurnikan para insan. Amitabha Buddha adalah Buddha penjemput, khusus menjemput para insan, sehingga Ia membentuk mudra abhaya ( tak gentar / melindungi ) dan mudra varadha ( anugerah ) yang juga bermakna menjemput para insan. Hari ini mengulas Amitabha Buddha secara singkat, sebab dalam dunia agama Buddha, tiada yang tidak mengetahui dan tiada yang tidak mengenal-Nya.

◎ Saya sering mengatakan : “Di setiap keluarga memuja Amitabha Buddha dan Avalokitesvara Bodhisattva.” , yang satu adalah Mahabodhisattva dan yang satu adalah Tathagata Agung, semua orang mengenalnya. Sadhana Amitabha merangkul semua insan, tidak perlu menekuni apapun lagi, cukup melafal Nama Buddha, menjapa Mantra Hati-Nya, bahkan apabila Anda menekuni tantrayana, maka Anda memvisualisasikan-Nya, merenungkan-Nya, hingga akhirnya ketiganya manunggal, pada saatnya nanti di akhir hidup Anda, apabila Anda mampu berkonsentrasi, dalam batin bermeditasi kepada Amitabha Buddha, maka Ia pasti akan hadir, pasti hadir untuk menuntun Anda, menjemput Anda menaiki padmasana, terlahir di Buddha-ksetra. Sampai di sana, sadhana apapun yang Anda inginkan dapat diperoleh, apabila Anda ingin mencapai Kebuddhaan, sampai di sana, Anda dapat mencapai Kebuddhaan, sebab di sana merupakan Ksetra-parisuddhi yang tak mundur lagi, makna dari tak mundur lagi adalah Anda tidak akan terjerumus lagi ke tiga alam rendah, tentu saja merupakan tempat yang paling baik, menekuni bhavana di sana pasti dapat mencapai keberhasilan.

Kita kembali mengulas Maha-ati Tantrayana, saya bacakan lagi satu paragraf : “Saat saya memperoleh Trekcho.” Trekcho adalah penghentian seketika, segera diputuskan, “Saat itu juga melebur dalam Loka Cahaya Tak Terhingga.” Di manakah Loka Cahaya Tak Terhingga ? Ya Tuhan ! Sungguh kebetulan ! Loka Cahaya Tak Terhingga adalah Sukhavatiloka dari Amitabha Buddha, Cahaya Tak Terhingga dan Usia Tak Terhingga, “Di dalam yang tak terperikan, terbagi menjadi 12 cahaya terang.” 12 cahaya terang ini merupakan nama-nama dari Amitabha Buddha, “12 cahaya ini antara lain : Cahaya Tak Terhingga, Cahaya Tak Bertepi, Cahaya Tanpa Rintangan, Cahaya Tiada Tara, Raja Cahaya Yang Menyala-nyala, Cahaya Kesucian, Cahaya Sukacita, Cahaya Prajna, Cahaya Tak Terputus, Cahaya Tak Terperikan, Cahaya Tak Terkatakan, Cahaya Yang Melampaui Matahari dan Rembulan.” Semua adalah nama-nama Amitabha Buddha, hari ini kita menekuni Sadhana Yidam Amitabha Buddha, dan paragraf dalam buku yang harus saya baca merupakan 12 Nama Agung Amitabha Buddha dari Sukhavatiloka di Barat, lihatlah, kebetulan atau tidak ? Inilah yukta. Saya mengulas buku Maha-ati Tantrayana, mengulas sampai paragraf ini, ternyata adalah 12 Nama Agung Amitabha Buddha, 12 Cahaya, terlebih hari ini juga menekuni Sadhana Yidam Amitabha Buddha, inilah yukta, sungguh tak terkatakan, semuanya adalah kebetulan. Bagaimana menurut Anda ? Sungguh kebetulan ? Benar-benar kebetulan ! Bagaimana menjelaskannya !

Bicara masalah kebetulan, dahulu saat saya mengulas Mantra Sembilan Aksara, “Lin, Bing, Dou, Zhe, Jie, Chen, Lie, Zai, Qian.” Ternyata di angkasa muncul awan berbentuk Mudra Empat Vertikal Lima Horizontal. Saat saya membabarkan “Lin, Bing, Dou, Zhe, Jie, Chen, Lie, Zai, Qian.” Ia langsung memunculkan Mudra Empat Vertikal dan Lima Horizontal, di angkasa menggelar awan Mudra Empat Vertikal dan Lima Horizontal, apakah kebetulan ? Ini juga kebetulan ! 

Di Taiwan, saat saya mengulas Sutra Altar Patriark ke-6, di angkasa muncul enam jejak kaki yang berwarna hitam, ini juga kebetulan ! Bagaimana bisa demikian kebetulan ? Memang demikian kebetulan ! Kebetulan bagaimanapun adalah kebetulan ! Bukan kebetulan juga merupakan kebetulan ! Kebetulan adalah kebetulan ! Demikianlah, banyak hal yang sangat menakjubkan.

Seperti di suatu hari, saya pernah mengatakan : “Mengapa angkasa demikian gelap ?” saya memegang kuas untuk membuat beberapa goresan, saat itu angkasa dipenuhi awan mendung, saya mengambil kuas dan mengatakan : “Saya juga ingin melukis.” Alam semesta adalah pelukis besar, saya melakukan beberapa goresan, Ah ? Semua orang melihatnya, begitu saya membuat beberapa goresan, mendadak muncul sinar merah di angkasa, bahkan saya sendiri pun terkejut. Mengapa akhir-akhir ini tidak melukisnya lagi ? “Mahaguru, mohon dilukis lagi, perlihatkan kepada saya !” Saya tidak mau melukisnya lagi, sebab begitu dilukis pasti akan luput, Ia tidak akan mau muncul lagi ! Maksud saya adalah, saat Anda melukisnya dalam kondisi Acitta ( Tiada Batin ), maka Ia akan muncul, namun apabila Anda melukisnya dengan suatu maksud, maka Ia tidak akan muncul, seperti kata pepatah, bermaksud menanam Pohon Willow malah tidak tumbuh, ada juga pepatah, bermaksud menanam bunga malah tidak tumbuh, menancapkan dahan willow tanpa tujuan, akhirnya malah tumbuh lebat, demikianlah, memiliki maksud malah tidak akan terlaksana, saat saya melakukannya dalam kondisi Acitta dan Asamskrta ( Tiada hetu-pratyaya ), maka timbul sangat banyak kontak batin. Melakukannya dengan maksud, justru tidak akan terjadi, ini sangat penting. Di sini saya mengulas Acitta, Acitta sangatlah penting.

◎ Dalam pengulasan Sadhana Dzogchen hari ini, telah dibabarkan kedua belas cahaya, di antaranya terdapat : “Cahaya Tak Terhingga, Cahaya Tak Bertepi dan Cahaya Tanpa Rintangan.”

Saya telah mengulas Filosofi Apratihata ( Tanpa Rintangan ), telah mengulas Cahaya Tiada Tara, apa itu Cahaya Tiada Tara ? Non-dualisme, sesungguhnya di dunia ini tiada dualisme. Namun yang patut disayangkan adalah, di dunia ini semua serba dualisme, percayakah Anda ? Segala sesuatu di dunia ini saling berlawanan, ada pria maka ada wanita, ada langit maka ada bumi, ada hitam maka ada putih, ada benar maka ada salah, segala sesuatu serba dualisme. Di sini dibahas Cahaya Tiada Tara, dahulu saya telah banyak mengulas Cahaya Tiada Tara, Pencerahan adalah Cahaya Tiada Tara, non-dualisme, asalkan masih terdapat dualisme, maka bukanlah Pencerahan, apakah Pencerahan ini ? Anda renungkan sendiri, non-dualisme adalah Cahaya Tiada Tara, adalah Cahaya Pencerahan, semua sama saja, all are the same, semuanya sama, all die, semuanya pasti mati, tiada kelahiran dan kematian. Begitu Cahaya Tiada Tara muncul, berarti tiada kelahiran dan kematian. Segala sesuatu dicengkeram kelahiran dan kematian, materi apakah yang tidak lahir dan mati ? Sekokoh apapun sebuah bangunan, seiring berjalannya waktu ia juga akan lapuk, pada suatu hari nanti ia akan roboh, tidak akan ada lagi bangunan tersebut, sebuah bangunan juga bisa mati ! Apakah logam tidak lapuk ? Coba lihat mobil, semua terbuat dari logam, lama kelamaan juga akan mati ! Bagaimana dengan tanah ? Mungkinkah tanah tidak akan mati ? Siapa bilang tanah tidak dapat mati ? Pada akhirnya dimatikan oleh pestisida, hingga akhirnya tidak dapat dipergunakan ! Semua tanah juga mati !  Semuanya bukan organik, saat ini semuanya telah menjadi non-organik, begitu dibom atom, harus melalui berapa tahun barulah tanah tersebut dapat dipergunakan kembali ?!  Tanah tersebut telah mati, segala sesuatu akan mati, segala yang tercipta akan mati, hanya ada satu yang tidak mati, yaitu Cahaya Tiada Tara.

Ceritakan sebuah lelucon, sepasang suami istri muda bertengkar, si suami pergi dan hanya meninggalkan secarik kertas : “Dunia demikian luas, saya ingin pergi melihatnya.” Si suami pergi meninggalkan keluarga, sama seperti Sakyamuni Buddha, Ia juga pergi meninggalkan keluarga. Si istri mengirimkan pesan singkat kepadanya : “Pria sungguh banyak, saya ingin mencobanya.” Tidak lebih dari satu jam, si suami langsung kembali. Antara pria dan wanita adalah dualisme, apabila dipaksakan mengikatnya dengan tali, maka surat nikah adalah tali tersebut, yang mengikat dua orang menjadi satu. Saya pernah mengatakan, seperti makan tebu, saat baru saja makan tebu : “Wah ! Sangat manis !” Setelah dikunyah beberapa saat, mulut Anda penuh ampas tebu, bagaimana ini ? Mau memuntahkannya juga tidak bisa, tidak dimuntahkan juga tidak bisa, tersangkut di tenggorokan, sungguh sangat sengsara. Namun sekarang semua memahami, apalagi para Bodhisattva senior, mereka terus menganggukkan kepala, Bodhisattva senior, apakah di masa muda kalian saling mencintai ? Ya. Bagaimana dengan sekarang ? Tidak. Lihatlah, para Bodhisattva senior mengakuinya, apalagi kita Bodhisattva junior ini ? Nenek xx mengiyakan, sekarang sudah tiada rasa, sekarang sudah bagaikan ampas tebu, pada mulanya terasa manis, seperti permen karet ! Saat Anda makan permen karet, apakah Anda hendak menelannya ? No, pada akhirnya pasti dibuang, saat ini harus menjaga lingkungan, tidak boleh membuang sembarangan, Anda harus membuangnya di tempat yang tepat. Namun ini semua merupakan dualisme, di dalamnya ada yang tanpa rintangan dan non-dualisme.

◎ Non-dualisme barulah abadi, Apratihata adalah abadi. Apratihata adalah tingkatan Pencerahan. Non-dualisme merupakan Kebenaran Absolut.

Besok adalah api homa Dewi Manohara Vasudhara, terserah kalian apakah ingin menjadi Pemohon Utama atau tidak, bagi yang tidak suka uang tidak usah menjadi Pemohon Utama. Apabila kalian merasa : “Saya sama sekali tidak suka uang.”, maka Anda tidak perlu menjadi Pemohon Utama, yang terbaik adalah semua menjadi Pemohon Utama. Ceritakan sebuah lelucon, “Tertawa itu baik ! Melihatmu membuat hatiku berdegup, menyentuhmu membuatku mendambakanmu, kehilanganmu membuatku tidak bisa tidur, mendapatkanmu meskipun lelah juga tidak apa, tanpamu hidup terasa hambar, setelah melihat jangan tertawa terbahak-bahak, sesungguhnya saya sedang membicarakan uang ! Anda tentu juga sangat menginginkannya, semoga Anda semua gembira setiap hari, ingin memperoleh uang, maka dapat memperolehnya !” Ingat besok harus menjadi Pemohon Utama, meskipun kita mengatakan uang adalah “Benda ini !”. Pada suatu ketika, Sakyamuni Buddha membawa para siswa berjalan-jalan, mereka menemukan sebuah pot berisi emas di antara semak-semak, begitu melihatnya, Sakyamuni Buddha mengatakan : “Ini adalah benda yang berbahaya, ini adalah ular berbisa, jangan menyentuhnya !” Banyak siswa yang terus melihatnya, mereka menginginkannya ! Namun Sang Buddha mengatakan itu adalah ular berbisa, maka semua membiarkannya dan terus berjalan mengikuti Sang Buddha. Kemudian, ada seorang nelayan yang berjalan melewati semak tersebut, ia mendayung di perahu, ia melihat pot emas tersebut dan memungutnya. Sekembalinya, ia merasa sangat beruntung, ia pun membeli perkebunan, budak, lahan dan ternak, ia menjadi kaya raya,  ia menjadi seorang tuan tanah. Suatu hari, dikarenakan emasnya sudah hampir habis, ia mengambil emasnya, ia melihat terdapat sebuah cap pada emas tersebut, tapi dia buta huruf, pada cap tersebut tertulis bahwa emas itu merupakan harta sebuah wilayah, ternyata emas itu merupakan emas curian yang disembunyikan dalam semak-semak tersebut dan akhirnya dipungut oleh Sang Nelayan, orang-orang pun mengetahuinya, seketika ia dituduh sebagai perampok besar, kemudian ditangkap dan dipenggal, semua perkebunan dan apa itu tuan tanah, semua budak, semua lahan, semuanya tiada. Inilah ‘duit’. Pada hakikatnya uang tergolong bersifat netral, tergantung bagaimana manusia mempergunakannya, apabila digunakan untuk hal yang bajik, maka jadilah kebajikan, apabila digunakan untuk kejahatan, maka jadinya buruk, meskipun bersifat netral, penggunaan yang baik adalah satu sisi, sedangkan penggunaan yang buruk adalah sisi yang lain. Oleh karena itu antara baik dan buruk adalah dua sisi, uang juga tidak absolut, inilah Pandangan Non-dualisme.

Ada seseorang yang telah memelihara ikan selama setengah tahun lamanya, ikannya menjadi sangat indah dan gemuk, namun sungguh malang, akhirnya ikan tersebut mati. Pemiliknya telah memiliki ikatan batin dengan ikan tersebut, ia menjadi sangat sedih, ia merasa harus menyelenggarakan upacara pemakaman yang besar bagi ikan tersebut. Apabila dikuburkan di tanah, ia khawatir kucing akan menggali dan memakannya, akhirnya dia mendapatkan ide : “Aha ! Lebih baik dikremasi !” Maka, ia mempersiapkan batu bara dan kayu bakar, namun siapa tahu, ternyata saat kremasi, dibakar, mengeluarkan bau sedap, sudahlah ! Lebih baik dilakukan pemakaman makan, akhirnya dia memakannya sendiri, ini disebut pemakaman makan. Apa makna dalam lelucon ini ? Manusia sukar menghindari godaan nafsu keinginan, Anda harus membebaskan diri dari godaan.

Lihatlah angkasa, langit biru tanpa awan, semenjak saya mengatakan “Langit biru tanpa awan, samudra yang tenang, cakra-candra muncul dari permukaan laut, di tengah cakra-candra terdapat bijaksara, bijaksara berputar, muncul yidam. ”, ini disebut Tiga Tahap Visualisasi, semenjak saya mengatakannya, semua visualisasi berubah, tidak lagi muncul hal ini, visualisasi menjadi berbeda. Hari ini visualisasi yang dibacakan benar tapi juga salah, dualisme. Mengapa dikatakan demikian ? Sebab tidak didahului dengan kemunculan bijaksara, kemudian diikuti dengan kemunculan yidam, harus terlebih dahulu memvisualisasikan di angkasa, di puncak Sumeru, atau di angkasa, terdapat bijaksara “Xie”, inilah Tiga Tahap Visualisasi.

◎ Demikianlah sadhana tantra, harus didahului kemunculan bijaksara barulah muncul yidam, atau dalam hati sadhaka terdapat bijaksara “Xie”, kemudian bijaksara “Xie” memancarkan sinar hingga ke angkasa, di angkasa muncul yidam Amitabha Buddha, diperlukan visualisasi demikian, tidak boleh seenaknya sendiri. Tanpa bijaksara “Xie”, yidam langsung muncul, ini tidak boleh. Sadhana tantrayana ditekuni berdasarkan Tiga Tahapan Visualisasi.

Membicarakan aksara “Xie”, orang asing paling suka aksara ini, sebenarnya di Amerika kitalah orang asing, orang bule suka aksara “Xie” ini. Saya ceritakan sebuah lelucon, ada seorang pendeta yang bermain golf, begitu dia memukul bolanya, Wah ! Sangat jauh dari lubang, maka dia mengatakan : “Shit ! Melenceng !”, di samping ada seorang biarawati, ia mengatakan : “Pak pendeta ! Tidak boleh bicara kotor !” Pendeta itu tidak mengindahkannya, kemudian ia memukul bola yang kedua, syuuuuuuut ! Wah ! Masuk ke dalam air, meleset lagi, pendeta itu mengatakan lagi : “Shit ! Melenceng !”, biarawati di sampingnya mengatakan : “Pak pendeta ! Tidak boleh bicara kotor ! Anda bisa disambar petir !” Begitu ia mengatakannya, petir benar-benar menyambar, sungguh kontak batin ! Begitu petir menyambar, justru mengenai sang biarawati, si pendeta terkejut dan berpikir : “Ah ? Kenapa tidak mengenai saya ?” Tiba-tiba di angkasa terdengar tuhan mengatakan : “Shit ! Meleset !” Di dunia ini tidak ada yang absolut, ada kalanya sungguh bisa meleset. Namun Kebenaran adalah Cahaya Tiada Tara, tiada lurus dan sesat, tiada yang menyimpang , juga tiada yang asli dan tiada yang palsu.

◎ Oleh karena itu saya sering bertanya kepada Anda semua : “Apakah di bulan ada Buddha Dharma ?” Semua mengatakan : “Di bulan tidak ada manusia, mana mungkin ada Buddha Dharma ? Untuk apa menekuni Buddha Dharma ? Tidak ada !” Saya bertanya lagi : “Di bulan, apa itu vegetarian ? Apa itu non-vegetarian ?”, Anda mengatakan bahwa agama Buddha mengajarkan kita vegetarian, maka Anda vegetarian setiap hari. Menurut Anda, di bulan, apa itu non-vegetarian ? Apa itu vegetarian ? Lebih lanjut lagi, di bulan, apa itu baik ? Apa itu buruk ? Jika tiada manusia, apakah masih ada baik dan buruk ? Tiada. Ketahuilah, demikianlah Kebenaran , demikianlah Cahaya Tiada Tara, adalah absolut. Tidak akan ada hal seperti petir yang tidak tepat mengena dan meleset. Tiada ucapan benar dan tiada ucapan kotor.

Tentu saja bukan ucapan kotor yang dikatakan di Taiwan, di Taiwan ada sebuah tempat yang disebut Zhang-hua ( homofon dengan : ‘Ucapan kotor’ ), di manakah tempat tinggal Acarya Lian-ji ? Di Zhang-hua, juga di Gunung gua ( homofon dengan bagua : gosip ), juga kubangan babi, di samping tempat tinggalnya adalah peternakan babi, di samping Guasan Leizang Temple adalah peternakan babi, juga merupakan Gubuk Induk Bebek, Guasan Leizang Temple dari Acarya Lian-ji berada di Zhanghua, Bagua, Zhuge, Yamuliao, kita sering bergurau demikian. Yang disebut dengan Cahaya Tiada Tara adalah non-dualisme, yaitu absolut, perumpamaan bulan adalah sebuah dunia absolut. Apabila Anda mampu menembusi perenungan tersebut, berarti telah dekat dengan Pencerahan. Menurut Anda, di bulan ada rintangan apa ? Tidak ada, apa itu rintangan ? Apa itu kebajikan ? Apa itu kejahatan ? Apa itu pria ? Apa itu wanita ? Apa itu non-vegetarian ? Apa itu vegetarian ? Semua tiada.

Sepertinya lelucon yang ini tidak begitu lucu, saat makan siang, rekan kerja wanita dengan penuh perhatian mengatakan : “Anda harus menjaga kesehatan.” Saya mengatakan : “Mengapa mendadak mengatakan hal tersebut ?” Dia menjawab : “Sebab Anda terlampau sedikit minum air.” Saya bertanya : “Bagaimana Anda mengetahui saya minum terlampau sedikit ?” Dia menjawab : “Sebab di siang hari Anda tidak pergi ke toilet.” Dengan heran saya bertanya : “Bagaimana Anda bisa tahu ?” Dia mengatakan dengan datar : “Sebab dari pagi sampai sekarang, melihat risleting Anda tidak dikancingkan.” Ini adalah dualisme, membuka dan menutup risleting.

Dahulu saya pernah menceritakan sebuah lelucon, ada seorang bapak yang pulang dari kerja, wajah sebelah kanannya merah, ada cap tangan berwarna merah, di sisi kiri juga ada cap tangan, istrinya bertanya : “Apa yang terjadi ? Siapa yang menampar pipi kanan dan kiri-mu ?” Dia mengatakan, sebab saat dia naik kendaraan umum, kendaraan tersebut sangat penuh dengan penumpang, di depan ada seorang nona, risletingnya kurang menutup, dua telur hampir keluar, karena kebetulan dia ada di depannya, hidungnya hampir menyentuh, maka dia berniat baik untuk menarik risletingnya ke atas. Nona itu langsung menamparnya, “Anggap saja sial ! Dia tidak suka saya membantunya menaikkan risleting, maka saya turunkan kembali.” Dia menurunkan kembali risletingnya Plak ! Satu tamparan lagi, Ya Tuhan ! Ditarik ke atas juga tidak boleh, di tarik ke bawah juga salah ! Saya beritahu Anda, kemurnian adalah mata tidak melihat, sama sekali jangan menariknya, maka Anda tidak mendapat masalah. Anda berniat baik menariknya ke atas, dia merasa tidak senang, membantunya menarik ke bawah, dia tambah tidak senang, sehingga ditampar dua kali. Banyak hal yang demikian, Anda harus tanpa rintangan, yaitu : “I don’t care.”, jangan mencampurinya, tiada suatu apapun. Anda merealisasi Acitta, tiada batin, Anda melihat dua benda itu, tiada suatu apapun ! Sebab Anda telah Acitta ! Acitta adalah non-dualisme, Acitta adalah tanpa rintangan. Apabila Anda : “I don’t care”, Anda tidak memedulikan apapun, inilah yang diajarkan oleh Sang Buddha, mengajarkan Anda untuk merealisasi Acitta. Dalam sutra ada tertulis, tidak peduli bagaimanapun pujana Anda, semua tidak sebanding dengan pujana kepada seorang sadhaka yang merealisasi Acitta.

◎ Tidak peduli sebesar apapun pahala pujana Anda, semua tidak sebanding dengan pujana kepada satu sadhaka yang telah merealisasi Acitta. Acitta merupakan sebuah kunci yang paling utama dalam ajaran Buddha, saat Anda berada dalam kondisi Acitta, maka timbul Cahaya Tanpa Rintangan dan Cahaya Tiada Tara, timbul Cahaya Tak Bertepi, timbul Raja Cahaya Menyala-nyala, kedua belas cahaya tersebut muncul, pokok utamanya berada pada Acitta. Anda juga tidak perlu memedulikan tubuh, batiniah juga tidak perlu dipedulikan, Prajna juga tidak usah dipedulikan, dhyana juga tidak usah dipedulikan, sebab semua telah berada dalam Acitta, dhyana, Prajna, sila, dana, ksanti ( kesabaran ), virya ( ketekunan ), semua ada dalam Acitta, apabila Anda mampu menghadapi segala hal di dunia dengan kondisi Acitta, maka Anda adalah Buddha, sangat agung, merupakan orang yang telah manunggal dengan Bodhi. Oleh karena itu Sang Buddha mengatakan : “Apa yang paling agung ? Manunggal dengan Bodhi adalah yang teragung.” Asalkan manunggal dengan Bodhi, maka ialah yang paling agung.

Apakah yang dapat manunggal dengan Bodhi ? Acitta dapat manunggal dengan Bodhi, Anda tidak pernah mengetahuinya, saat Anda bermeditasi mencapai Acitta, maka semua daya dalam semesta, terang, Prajna, semuanya memasuki diri Anda. Demikian pula dalam Tao, Tao mengatakan : “Tiada Fa adalah Fa.” Tiada Dharma apapun, namun tidak peduli setinggi apapun Dharmabala, tetap saja ada batasnya. Di luar satu manusia masih ada manusia lain yang lebih baik, di atas langit masih ada langit, sebuah gunung juga masih ada gunung yang lebih tinggi, di antara yang kuat masih ada yang terkuat, saat Anda bermanifestasi menjadi Acitta, semua cahaya terang di semesta, kedua belas cahaya, semuanya muncul pada diri Anda. Dalam Tao disebut sebagai : Qi Asali, tergolong sebagai prana asali, dalam Buddhisme, dalam tantrayana disebut Prana Prajna, disebut juga Cahaya Tak Bertepi, Cahaya Tiada Tara, Cahaya Tanpa Rintangan, semua berada pada diri Anda. Saat itu Anda memancarkan cahaya terang, apabila Anda mampu menghentikan arus pikiran, segalanya sunya, maka Anda adalah sadhaka Acitta, ini disebut trekcho, inilah penghentian seketika. 

Om Mani Padme Hum.

sumber : 
http://tbsn.org/indonesia/news.php?cid=29&csid=50&id=42

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net