Rabu, 05 Agustus 2015

Berjuang Memenangkan Kehidupan

Lahir ke dunia ini sebagai manusia menurut ajaran Hindu sebagai kesempatan untuk memperbaiki kualitas perbuatan. Weda disabdakan oleh Tuhan untuk menuntun umat manusia memperbaiki kehidupannya. 

DALAM kitab Yadnya Walkya Dharmasastra dinyatakan bahwa setiap kelahiran ke dunia ini manusia memiliki empat swadharma. Ada yang berdasarkan tahapan hidupnya disebut Asrama Dharma. Ada berdasarkan Guna (bakat) dan karma-nya disebut Varna Dharma. Ada yang berdasarkan keakhliannya disebut Guna Dharma dan ada yang berdasarkan kewajibannya sebagai manusia secara umum. Swadharma itu disebut Sadaran Dharma. 

Barang siapa yang mampu melaksanakan empat swadharma itu dengan benar dialah yang akan memenangkan kehidupan ini. Perjuangan untuk memenangkan kehidupan ini bukanlah perkara yang mudah. Memenangkan kehidupan ini tidak dapat dilakukan sebatas wacana dengan tema yang muluk-muluk. Kitab suci Weda dan kitab-kitab sastranya menyediakan banyak jalan untuk dapat hidup di jalan Dharma tersebut. Cuma orang sering keliru menjalankan petunjuk kitab suci tersebut. 

Jalan yang ditunjukan sering dilakukan dengan tindakan niskala saja atau sekala saja. Ada orang menganggap dengan rajin sembahyang itu sudah menempuh jalan hidup yang benar. Sembahyang itu ibarat mengisi mobil dengan bahan bakar agar mobil dapat dijalankan sesuai dengan tujuan. Setelah diisi bahan bakar mobil itu harus dijalankan sesuai dengan tujuan. Demikian juga dalam melakukan ajaran agama seperti sembahyang, meditasi atau melakukan upacara adalah sebagai proses awal memperjuangkan kemenangan hidup. Kalau hal itu tidak dilanjutkan dengan langkah yang lebih nyata maka kegiatan itu tidak hanya dapat didayagunakan untuk memenangkan hidup. Ibarat mobil setelah ia berisi bahan bakar itu diparkir di garasi. Mobil tersebut tidak akan dapat mengantarkan pemiliknya sampai pada tujuannya. Semua kegiatan agama yang memberikan kekuatan hidup itu harus didayagunakan untuk memenangkan perjalanan hidup ini menunaikan swadharma-nya sebagai konsekuensi dari kelahiran sebagai manusia. 

Seorang Brahmacari harus mampu mendayagunakan kekuatan yang didapatkan dari kegiatan beragama itu untuk mensukseskan swadharma-nya. Seorang Brahmacari dianggap berhasil memenangkan kehidupannya apabila ia berhasil menjadikan belajar itu sebagai suatu tradisi. Bukan belajar sekadar untuk meminta nilai formal. Demikian juga seorang Grhastha dalam memenangkan kehidupannya hendaknya dapat menuntaskan swadharma-nya sebagai seorang Grhastha. 

Dalam Agastia Parwa dinyatakan: Grhastha ngarania Sang yata sakti kayika Dharma. Artinya: Grhastha namanya adalah orang yang dengan kekuatan sendiri melakukan Dharma. Jadi, Grhastha itu intinya adalah kemandirian karena telah berhasil membangun ''yata sakti'' artinya berusaha untuk menjadi sakti. Kata ''yata'' dalam bahasa Sanskerta artinya usaha untuk sesuatu tujuan. Sedangkan pengertian Sakti dalam Wrehaspati Tattwa Sloka 14 dinyatakan sbb: Sakti ngarania sang sarwa jnyana lawan sang sarwa karta. Artinya: Sakti namanya adalah orang yang menguasai banyak ilmu pengetahuan dan orang yang banyak berbuat. Sayang dalam pengertian umum kata Sakti berkonotasi negatif. Jadinya seorang Grhastha adalah orang yang sudah sangat mandiri. Kemandiriannya itu karena memiliki banyak ilmu dan banyak pengalaman dalam menerapkan ilmu tersebut. Jadinya, kata Sakti itu sesungguhnya memiliki pengertian yang sangat positif menurut konsep sastra agama. 

Memenangkan hidup di samping dengan melakukan Asrama Dharma juga dilakukan berdasarkan Varna Dharma. Swadharma Brahmana, Ksatria, Wesya dan Sudra sudah ditentukan dalam kitab suci berdasarkan guna dan karma bukan berdasarkan wangsa atau keturunan. Kitab suci Weda juga sudah menentukan ciri-ciri dan swadharma dari setiap Varna Dharma. Misalnya Brahmana Varna, swadharma-nya Weda Dyayana dan Weda Raksana. Artinya Brahmana Varna itu swadharma-nya mendalami Weda dan menjaga kesucian Weda. Dalam Manawa Dharmasastra I.89 dinyatakan bahwa para Ksatria diperintahkan oleh Tuhan menciptakan Raksanam Daanam Prajanam. Artinya, menciptakan rasa aman dan sejahtera dalam masyarakat. 

Wesya dinyatakan untuk mengembangkan kemakmuran melalui Krsi, Goraksya dan Vanijyam. Artinya bertani, beternak dan berdagang. Sedangkan Sudra untuk melayani. Mengapa Sudra itu hanya swadharma-nya melayani, karena seorang Sudra disebutkan memang tidak memiliki kecerdasan. Sudra hanya memiliki tenaga fisik. 

Kalau Catur Varna itu dapat melakukan swadharma-nya dengan benar maka dialah yang disebut telah memenangkan hidupnya meskipun ia tidak kaya dan tidak terkenal. Karena Bhagawad Gita III.35 menyatakan bahwa melakukan swadharma sendiri sungguh sangat utama, melakukan swadharma orang lain sangat berbahaya. 

sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net