Jumat, 04 September 2015

Menajemen dan SDM Berkualitas

Aatmaanam rathinam viddhi, sariiram rathamtu.
Buddhim tu saaradem viddhi, manah pragram eva ca.
Indriani hayaa aahur visayaams tesu gocaraan
Aatmanendriya mano yuktam, bhoktety aahur mamiisinah.
(Katha Upanishad. I.3-4) 

Maksudnya: 

Ketahuilah Atman itu adalah tuannya kereta. Badan adalah kereta itu sendiri. Ketahuilah Budhi (kebijaksanaan) itu adalah kusir dan pikiran adalah tali kekangnya. Indria disebut bagaikan kuda. Sasaran indria adalah jalan. Atman dihubungkan dengan badan, indriya dan pikiran. Ialah yang menikmati. Demikian orang bijak menerangkannya. 


DALAM mantra Katha Upanishad ini adalah suatu pariabel yang mengandalkan diri manusia yang utuh bagaikan kereta yang lengkap. Dalam membangun diri, tidak ada satu unsur pun yang boleh diabaikan. Kereta itu akan dapat berjalan menuju tujuan yang dikehendaki oleh sang Penumpang, jika semua unsur kereta itu ada dalam keadaan normal dan dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya. 

Badan kereta diumpamakan bagaikan badan wadag. Kuda itu bagaikan indria. Tali kekang kuda bagaikan pikiran. Kusir kereta bagaikan kesadaran budhi. Idealnya badan kereta dalam keadaan tidak ada yang rusak atau keropos. Demikian juga kuda dalam keadaan sehat dan dapat dikendalikan. Tali kekang juga dalam keadaan kuat mengendalikan kuda. Kusirnya juga harus sehat lahir batin. 

Kereta yang berkeadaan seperti itulah yang akan dapat membawa pemilik kereta sampai pada tujuan. Demikian juga diri manusia harus di manajemen dengan sebaik-baiknya. Dengan memanajemen diri secara seimbang, terpadu dan kontinu itu sebagai syarat awal membangun diri yang sehat dan tenang. 

Dengan badan yang sehat dan jiwa yang tenang modal awal menemukan minat dan bakat. Dengan ketemunya minat dan bakat dikembangkan dengan manajemen diri yang kontinu mewujudkan keterampilan bahkan profesionalisme yang andal. Menggunakan ajaran Hindu sebagai konsep manajemeni diri dengan tepat kita bangun manusia berkualitas. Jadi, syarat utama membangun SDM menurut ajaran Hindu adalah membangun SDM yang sehat secara jasmani, tenang secara rohani dan memiliki profesionalisme yang andal. 

Untuk itu, menyiapkan SDM tidak seperti menyiapkan sebuah mesin untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Manusia itu harus dididik dan dilatih dengan memotivasinya sebagai manusia ciptaan Tuhan yang memiliki jiwa. Dalam Bhagawad Gita III.42 tersirat konsep membangun SDM yang berkualitas dengan manajemen diri yang bertahap. 

Dalam Bhagawad Gita tersebut dinyatakan sempurnakanlah indriamu. Tetapi lebih sempurna dari indria adalah pikiran. Lebih sempurna dari pikiran adalah kesadaran budhi. Yang paling sempurna dan suci adalah Atman sebagai sumber hidup dalam diri. 

Dalam Sloka Bhagawad Gita tersebut tergambar konsep manajemen diri yang terstruktur seperti halnya Katha Upanishad dalam kutipan di atas. Indria hendaknya dimanajemen agar sehat dapat berfungsi dengan baik dan patuh pada manah (pikiran) yang positif. Demikian juga pikiran harus selalu dilatih berproses logis untuk dapat menerima pencerahan kesadaran budhi. 

Kalau manajemeni diri tersebut berhasil, hal itu yang dapat menjadi media mengekspresikan kesucian Atman. Kalau kesucian Atman dapat diekspresikan sampai tampil dalam wujud perilaku nyata maka perilaku itu akan selalu berada pada jalur dharma. Manajemen diri yang mampu mengekspresikan kesucian Atman dalam perilaku itulah sebagai SDM yang berkualitas. Diri yang termanajemen dengan konsep sastra suci Hindu itu adalah diri yang mampu mewujudkan hidup yang sehat, tenang dan profesional untuk mengabdi pada sesama ciptaan Tuhan. 

Mewujudkan konsep Hindu dalam manajemen diri itu sangat memerlukan ketetapan hati dan disiplin diri yang tinggi. Tanpa disiplin dan ketetapan hati, mustahil konsep itu akan dapat direalisasikan. Ibarat menanam pohon di musim kemarau. Harus tiap hari disiram dengan air yang cukup. 

Berketetapan hati maksudnya dalam suatu proses perjuangan apa saja pasti banyak godaan atau hambatan yang akan dijumpai. Setiap godaan dan hambatan hendaknya dijadikan bumbu penyedap dalam perjuangan. Orang yang mudah putus asa atau mudah terkebur tidak akan berhasil dalam mewujudkan perjuangan. 

Apalagi dalam memanajemen diri sungguh banyak liku-liku yang harus ditempuh dengan penuh perhitungan dan keyakinan. Dengan akal sehat dan keyakinan, Tuhan pasti memenangkan yang benar. Tanpa keyakinan yang kuat, maka manajemen diri itu akan mudah terseret arus sosial yang tidak terarah. Karena itu, manajemen diri (jana kerti) dan manajemen sosial (jagat kerti) harus seimbang. 

* I Ketut Gobyah 
sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net