Kamis, 14 Januari 2016

Pura Besakih Hulunya Bali

Siwa Tatwa ngarania, sukha tanpa balik duhkha
Sada Siwa Tattwa ngarania tanpa wit tanpa tuntung
ikang sukha. Parama Siwa Tattwa ngarania niskala tan
wenang winastwan ikang sukha, salah linaksanan.
(Kutipan Wrehaspati Tattwa.50).

Maksudnya: Siwa Tattwa namanya kebahagiaan yang tidak kembali pada kesedihan. Sada Siwa Tattwa namanya kebahagiaan yang tidak berpangkal dan tidak berujung. Parama Siwa Tattwa namanya kebahagiaan yang bersifat niskala. Tidak dapat dibayangkan dalam wujud nyata dan tidak benar bila diberi ciri-ciri. 


PURA Besakih adalah pura kahyangan jagat yang memiliki kedudukan paling utama di Pulau Bali. Dalam Lontar Padma Bhuwana, Pura Besakih dinyatakan sebagai huluning Bali Rajya. Artinya, Pura Besakih sebagai hulunya daerah Bali atau jiwanya Pulau Bali. Hal ini sesuai dengan letak Pura Besakih di sebelah timur laut Pulau Bali. Timur laut adalah arah gunung dan arah munculnya sinar matahari sebagai simbol kehidupan. Gunung simbol sumber mata air dan timur adalah arah terbitnya matahari. Tanpa air dan sinar matahari, tak ada tumbuh-tumbuhan dan makhluk lainnya yang bisa bertahan hidup. Sedangkan tumbuh-tumbuhan adalah sumber makanan bagi hewan dan manusia. Ini berarti, arah Pura Besakih adalah sumber kesuburan dan kemakmuran daerah Bali.

Di Pura Besakih sendiri terdapat berbagai simbol yang melukiskan tentang kehidupan sesuai dengan apa yang diajarkan dalam kitab suci Veda. Di Pura Besakih divisualisasikan dengan simbol sakral konsepsi hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam lingkungannya. Konsepsi ini dikenal dengan Tri Hita Karana, tiga hubungan yang menciptakan kebahagiaan hidup.

Pelinggih yang paling utama di Pura Besakih adalah Padma Tiga. Di pelinggih Padma Tiga ini, menurut Piagam Besakih, Tuhan dipuja sebagai Sang Hyang Tri Purusa yaitu Tuhan dalam kemahakuasaan-Nya menjiwai Tri Bhuwana. Sang Hyang Parama Siwa yaitu Tuhan sebagai jiwa Swah Loka. Sang Hyang Sada Siwa yakni Tuhan yang menjiwai Bhuwah Loka dan Sang Hyang Siwa Tuhan yang menjiwai Bhur Loka.

Tujuan pemujaan San Hyang Tri Purusa ini dinyatakan dalam kutipan Wrehaspati Tatwa di atas. Yang intinya memajukan kehidupan spiritual umat Hindu. Pelinggih Padma Tiga ini berada di mandala kedua Penataran Agung Besakih. Penataran Agung Besakih ini dibagi menjadi tujuh mandala. Mandala pertama sampai kedua sebagai gambaran proses bakti umat manusia pada Tuhan. Sedangkan mandala kedua sampai ketujuh sebagai gambaran proses Tuhan mengaruniai (sweca) umat-Nya yang bhakti itu. Jadi, di Padma Tiga itu dilukiskan bertemunya bhakti kelawan sweca. Dalam Wrehaspati Tattwa Sloka 11 dinyatakan bahwa Padmasana itu adalah bangunan suci sebagai media memuja Tuhan sebagai Sang Hyang Siwa.

Dalam kompleks Pura Besakih ini Tuhan juga disimbolkan berada di mana-mana (wyapi wyapaka) yang diwujudkan dalam bentuk pura. Di timur Pura Gelap, di selatan Pura Kiduling Kreteg, di barat Pura Ulun Kulkul, di utara Pura Batu Madeg dan di tengah Padma Tiga. Kelima kompleks pura ini berada di areal yang disebut luhuring ambal-ambal. Pura Ulun Kulkul meskipun berada di areal soring ambal-ambal, tergolong pura luhuring ambal-ambal karena sebagai tempat pemujaan Sang Hyang Mahadewa.

Dalam konsepsi rwa bhineda, Pura Besakih berkedudukan sebagai Pura Purusa dan Batur sebagai Pura Predana. Dalam konsepsi Sad Winayaka, Pura Besakih sebagai Pura Sad Kahyangan yang paling utama. Sedangkan dalam konsepsi Padma Bhuwana, Pura Besakih berkedudukan sebagai hulunya Pulau Bali (pinaka huluning Bali Rajya) berkedudukan di ersania atau timur laut.

Di kompleks Pura Besakih ini alam semesta dilukiskan dalam  berbagai dimensi sakral. Ada kompleks pura yang tergolong  berada di areal luhuring ambal-ambal. Luhuring ambal-ambal simbol Sapta Loka atau alam Dewata. Ada juga kompleks pura yang berada di areal yang disebut soring ambal-ambal yaitu alam bawah sebagai simbol Sapta Petala. Titik sentral luhuring ambal-ambal adalah di Meru Tumpang Lima di mandala ketiga Penataran Agung yang disebut Pelinggih Kehen. Sedangkan titik sentral soring ambal-ambal di Pelinggih Gedong yang berada di Pura Merajan Slonding. Di areal luhuring ambal-ambal terdapat bangunan suci sebagai media memuja Tuhan sebagai Sang Hyang Tri Purusa dan Sang Panca Dewata.

Di soring ambal-ambal pelingggih yang paling utama adalah Pura Dalem Puri, Pura Manik Mas, Pura Bangun Sakti, Pura Basukian, Pura Pengubengan, Pura Rambut Sedana, Pura Goa Raja, Pura Jenggala dan Pura Peninjaoan. Tuhan yang menjiwai alam atas disimbolkan di pura luhuring ambal-ambal. Sedangkan yang menjiwai alam bawah disimbolkan di pura soring ambal-ambal. Keberadaan Pura Besakih memvisualisasikan hubungan manusia dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam semesta berdasarkan ajaran agama Hindu (Weda).

* Ketut Gobyah

sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net