Rabu, 13 Januari 2016

Bali sebagai Pulau Padma Bhuwana

Siwas sarwwagatha suksmah.
bhutanam antariksawat,
acintya mahagrehyante,
naindriyam pari grehyate. (Buana Kosa II.17) 

Maksudnya: Tuhan Siwa ada di mana-mana. Beliau amat gaib, tidak dapat dibayangkan. Bagaikan angkasa beliau itu. Tidak dapat diraih dengan kecerdasan pikiran dan ketajaman indria semata. 


DALAM Lontar Mpu Kuturan, Pulau Bali disimbolkan sebagai Padma Bhuwana. Padma itu adalah bunga tunjung dengan delapan kelopak daunnya yang mengarah ke delapan penjuru mata angin. Bunga padma ini dalam agama Hindu disimbolkan sebagai alam semesta stana Tuhan Yang Mahakuasa. Sedangkan kata bhuwana adalah alam semesta atau makrokosmos. Jadi, Bali dalam hal ini disimbolkan sebagai replika alam semesta stana Tuhan Yang Mahakuasa yang berada di mana-mana. Konsep Tuhan yang amat gaib ada di mana-mana inilah dikongkretkan secara simbolis dengan sembilan Kahyangan Jagat yang didirikan di sembilan arah Pulau Bali yaitu di delapan penjuru mata angin dan satu di tengah-tengah. Sembilan Pura Kahyangan Jagat di sembilan arah itulah disebut Kahyangan Padma Bhuwana. Kahyangan Jagat itu dikelompokkan menjadi empat berdasarkan konsepsi pendiriannya. Ada konsepsi Padma Bhuwana dengan sembilan kahyangan di sembilan arah. Ada pura yang didirikan berdasarkan konsepsi Sad Winayaka yang menjadi Pura Sad Kahyangan. Ada pura yang didirikan berdasarkan konsepsi Catur Loka Pala yang ada di empat penjuru Pulau Bali dan ada pura yang didirikan berdasarkan konsepsi rwa bhineda yaitu Pura Besakih dan Pura Ulun Danu Batur.

Pura Padma Bhuwana itu untuk mengkongkretkan bahwa tidak ada wilayah Bali sebagai simbol alam semesta ini tanpa kehadiran Tuhan. Hal ini untuk menanamkan keyakinan pada umat bahwa apa pun yang dilakukan oleh umat di Bali (alam semesta) ini pasti disaksikan oleh Tuhan. Hal ini untuk memotivasi umat agar semaksimal mungkin berusaha berbuat baik dan benar. Sesungguhnya di wilayah Bali ini tak ada tempat tersembunyi tanpa kesaksian Tuhan untuk berbuat buruk dan adharma. Kongkretisasi simbolis kehadiran Tuhan yang mahagaib itu untuk memotivasi umat agar selalu sadar bahwa Tuhan selalu menyertainya ke mana pun pergi dan berada di wilayah Bali ini. Dari konsepsi pemujaan ini tentunya diharapkan umat berani berbuat menegakkan yang baik dan benar (dharma) karena Tuhan pasti melindunginya. Sebaliknya takut berbuat adharma karena Tuhan pasti akan memberikan pahala yang setimpal dengan perbuatan buruknya itu.

Sembilan Pura Padma Bhuwana itu dijelaskan dalam buku hasil Penelitian Pura Sad Kahyangan Jagat oleh Tim IHD (sekarang Unhi) Denpasar tahun 1979. Sembilan Pura itu adalah Pura Besakih, Lempuhyang Luhur, Goa Lawah, Andakasa, Luhur Uluwatu, Luhur Batukaru, Pucak Mangu, Ulun Danu dan Pura Pusering Jagat.

Tuhan dipuja di Pura Sad Kahyangan untuk memotivasi umat untuk menegakkan ajaran Sad Kerti yaitu Atma Kerti, Samudra Kerti, Wana Kerti, Danu Kerti, Jagat Kerti dan Jana Kerti. Pemujaan Tuhan di Pura Sad Kahyangan ini diharapkan agar umat membangun kesadaran rohani untuk menjaga kelestarian alam seperti samudera, wana dan danau. Alam yang lestari itu menjadi wahana dan sarana membangun masyarakat (jagat) yang dinamis untuk mewujudkan kebenaran, kesucian dan keharmonisan. Dalam alam yang lestari dan masyarakat yang dinamis itulah setiap orang (jana) dapat mengembangkan dirinya menjadi manusia yang utuh seimbang lahir batin.

Ada banyak lontar yang menjelaskan Pura Sad Kahyangan yang berbeda-beda. Tim Peneliti Pura Sad Kahyangan Jagat IHD Denpasar tahun 1979 menetapkan Sad Kahyangan menurut Lontar Kusuma Dewa. Hal ini juga telah ditetapkan pula dalam Seminar Kesatuan Tafsir terhadap Aspek-aspek Agama Hindu. Sad Kahyangan itu adalah Pura Besakih, Lempuhyang Luhur, Gua Lawah, Luhur Ulu Waktu, Luhur Batu Karu, dan Pusering Jagat. Inilah Sad Kahyangan Jagat saat Bali belum menjadi sembilan kerajaan.

Tuhan dipuja di Pura Carur Loka Pala. Kata pala artinya pelindung, sedangkan kata phala artinya buah. Jadi, Pura Catur Loka Pala ini adalah empat Pura Kayangan Jagat sebagai media untuk memuja Tuhan sebagai pelindung kehidupan di jagat Bali. Empat pura tersebut dinyatakan dalam Lontar Usana Bali. Pura ini ada di empat penjuru Bali yaitu di timur Pura Lempuhyang Luhur, di barat Pura Luhur Batukaru. Di selatan Pura Andakasa dan di utara Pura Pucak Mangu. Jadi, konsepsi teologi Hindu yang menyatakan bahwa Tuhan itu esa, maha ada dan maha suksma diwujudkan secara simbolis yang sakral sehingga umat Hindu dapat lebih mudah memahaminya. Dengan pemahaman itu diharapkan dapat memajukan tingkat kerohanian umat. Rohani yang maju dan kuat itu untuk mewujudkan kehidupan yang sejahtera lahir batin seperti diajarkan dalam Sad Kerti itu. Kehidupan sejahtera itu perlu mendapatkan perlindungan. Karena itu, Tuhan dipuja di Pura Catur Loka Pala. Dari hidup yang aman (raksanam) dan sejahtra (danam) itu kita bangun hidup yang terus seimbang lahir batin dengan memuja Tuhan di pura rwa bhineda di Pura Besakih dan Ulun Danu Batur.

* I Ketut Gobyah

sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net