Sabtu, 20 Februari 2016

Pemimpin Suku Muslim Tentang Nama Suci Tuhan

Kitab Suci Caitanya Caritāmṛta mengisahkan tentang kegiatan rohani Sri Caitanya Mahaprabhu. Pada zaman kemunculan-Nya di bumi pada tahun 1408 Saka , Beliau berkeliling India untuk menyebarkan intisari pengetahuan Veda, yaitu pengucapan nama-nama suci Tuhan. Beliau membuat banyak keajaiban dan mukjizat.
Pada suatu ketika, ketika Caitanya Mahaprabhu mengunjungi India bagian selatan, Beliau bertemu dengan rombongan suku Muslim. Caitanya Mahaprabhu, mula-mula bertanya kepada pemimpin suku Muslim itu tentang kesimpulan dalam Quran, dan mulailah dialog antara Caitanya Mahaprabhu dengan rombongan suku Muslim ini. Berikut kutipan slokanya:
Dari Kitab Suci Caitanya Caritāmṛta, Bagian Madhya-līlā 18.196-204:
‘karma’, ‘jñāna’, ‘yoga’ āge kariyā sthāpana |
saba khaṇḍi’ sthāpe ‘īśvara’, ‘tāṅhāra sevana’ || Madhya-līlā 18.196 ||
Sri Caitanya Mahaprabhu bersabda, “Dalam Al-Quran-mu ada penjelasan tentang kegiatan karma, jñana (pengetahuan spekulasi), yoga-siddhi (ilmu mistik) dan penyatuan dengan Yang Kuasa. Akan tetapi pada akhirnya, semua ini disimpulkan dengan ciri-ciri badan rohani Tuhan, serta cara pelayanan bhakti kepada-Nya.”
tomāra paṇḍita-sabāra nāhi śāstra-jñāna |
pūrvāpara-vidhi-madhye ‘para’—balavān || Madhya-līlā 18.197 ||
“Banyak sarjana Quran tidak maju dalam pengetahuan. Walaupun ada banyak jalan yang disampaikan, mereka tidak mengerti bahwa kesimpulan terakhir itu yang seharusnya menjadi panutan.”
nija-śāstra dekhi’ tumi vicāra kariyā |
ki likhiyāche śeṣe kaha nirṇaya kariyā || Madhya-līlā 18.198 ||
“Wahai kepala suku, setelah membaca Al-Quran-mu dan memperbincangkan isinya, apa kesimpulanmu?”
mleccha kahe,—yei kaha, sei ‘satya’ hanya |
śāstre likhiyāche, keha la-ite nā pāraya || Madhya-līlā 18.199 ||
Orang Muslim yang saleh itu menjawab, “Tuan, apa yang telah Kau katakan adalah kebenaran. Semua itu telah disampaikan dalam Quran, namun sarjana kami tidak bisa mengerti dan menerima kesimpulan itu.”
‘nirviśeṣa-gosāñi’ lañā karena vyākhyāna |
‘sākāra-gosāñi’—sevya, kāro nāhi jñāna || Madhya-līlā 18.200 ||
“Biasanya mereka hanya menggambarkan bentuk Tuhan yang tidak terwujudkan, namun mereka sulit sekali mengerti bahwa bentuk rohani Tuhan itu patut dipuja. Mereka tentunya kekurangan pengetahuan.”
seita ‘gosāñi’ tumi—sākṣāt ‘īśvara’ |
more kṛpā kara, muñi—ayogya pāmara || Madhya-līlā 18.201 ||
“Karena itu, karena diri-Mu, mohon berkarunialah kepada hamba. Hamba jatuh dan bodoh.”
aneka dekhinu muñi mleccha-śāstra haite |
‘sādhya-sādhana-vastu’ nāri nirdhārite || Madhya-līlā 18.202 ||
“Saya telah mempelajari kitab suci Islam dengan sangat teliti, namun saya tidak bisa memutuskan dari sana apa sesungguhnya tujuan sejati kehidupan dan bagaimana saya dapat mencapainya”
tomā dekhi’ jihvā mora bale ‘kṛṣṇa-nāma’ |
‘āmi—baḍa jñānī’—ei gela abhimāna || Madhya-līlā 18.203 ||
“Kini saya telah melihat-Mu dan lidah hamba mengucapkan mahamantra. Kesombongan palsu hamba sebagai sarjana Quran telah lenyap.”
kṛpā kari’ bala more ‘sādhya-sādhane’ |
eta bali’ paḍe mahāprabhura caraṇe || Madhya-līlā 18.204 ||
Setelah berkata begitu, Muslim yang saleh itu menjatuhkan diri di kaki-padma Sri Caitanya Mahaprabhu dan memohon dari-Nya tentang tujuan sejati kehidupan dan bagaimana menjalankannya.
Juga dalam Kitab Caitanya Caritāmṛta ada dijelaskan:
daṁṣṭri-daṁṣṭrāhato mleccho
hā rāmeti punaḥ punaḥ |
uktvāpi muktim āpnoti
kiṁ punaḥ śraddhayā gṛṇan || Antya-lila 3.56 ||
“Bahkan orang non-Hindu yang tidak mengikuti ajaran Veda (mleccha) yang sedang sekarat tertusuk taring babi pun bisa mencapai moksa jika mereka mengucapkan kata haram, haram dalam ketakutan (karena babi adalah binatang haram). Lalu bagaimana dengan mereka yang mengucapkan nama suci Tuhan dengan serius dan penuh keyakinan?”
Kata ha-ram berarti, ‘Wahai Tuhan Sri Rama!” dalam bahasa Sanskerta, namun jika orang secara tidak sengaja mengucapkan kata haram, itu pun berarti dia sedang memanggil Tuhan Sri Rama. Bahkan jika dia tidak beragama Hindu dan tidak percaya kepada Veda, dia bisa mencapai moksa dengan terus mengucapkan kata haram. Inilah bukti bahwa Hindu adalah agama Tuhan, agama bagi sang roh, yang tidak berbatas. Al-Quran menyebutkan Agama Allah, dan Injil menyebutkan Agama Tuhan. Inilah sesungguhnya agama Tuhan, yang tidak memandang batas-batas fisik manusia, yang menyelamatkan siapa saja baik sengaja maupun tidak sengaja mengucapkan mana-Nya. Inilah bukti bahwa Tuhan itu satu, dan inilah bukti agama Tuhan yang penuh karunia itu.
sumber : https://www.facebook.com/agung.joni.31/posts/210152539322272

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net