Minggu, 27 Maret 2016

Catur Yuga di Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit

MENGAPA Rahwana, Raja Alengka, yang hidup pada zaman Treta Yuga demikian jahat perbuatannya? Padahal, dharma pada zaman Treta Yuga menurut Manawa Dharmasastra berkekuatan tiga dibandingkan adharma yang hanya berkekuatan satu. Apalagi Rahwana putra seorang resi yaitu Resi Waisrawa dan ibunya Dewi Kaikesi yang juga seorang brahmana putri. Kakek Rahwana juga seorang brahmana yaitu Bhagawan Somali. Mengapa perbuatan Rahwana sangat kontras dengan zaman Treta? Bahkan, perbuatan Rahwana persis menurut cerita manusia zaman Kali.

Korawa pun, yang hidup di zaman Dwapara Yuga perbuatannya seperti orang-orang di zaman Kali. Sedangkan perilaku Sri Rama dengan saudara-saudaranya menurut keadaan zaman Kerta Yuga. Demikian juga para Pandawa berperilaku menurut keadaan Treta Yuga. Sri Rama, Sri Kresna dan Pandawa menjadi selamat menghadapi zaman, karena mampu tidak terkooptasi oleh aspek negatif keadaan zaman tersebut.

Kalau di bhuwana agung sedang berlangsung keadaan Treta Yuga, di bhuwana alit harus berada di atasnya. Kalau mampu demikian barulah seseorang dapat selamat mengatasi keadaan yuga yang sedang berlangsung. Seperti halnya Sri Rama dan Pandawa.

Saat ini keadaan di bhuwana agung sedang dikuasai oleh Kali Yuga. Siapa pun tidak dapat mengubah yuga di bhuwana agung. Tetapi kita dapat menyelamatkan diri dari pengaruh negatif Kali Yuga dengan membangun Dwapara Yuga di bhuwana alit. Apa lagi kalau kita dapat membangun Treta Yuga tentunya merupakan kekuatan untuk tidak ikut terkooptasi oleh keadaan zaman Kali. Kalau kita ikut-ikutan berulah seperti zaman Kali kita akan ikut terpuruk. Karena itu, janganlah mengharapkan keadaan seperti zaman Kerta di bhuwana agung pada Kali Yuga ini.

Kalau hal itu kita harapkan pasti kita akan stres sendiri. Marilah keadaan yuga di bhuwana alit kita perjuangkan agar setidak-tidaknya berada satu tingkat dari keadaan yuga di bhuwana agung. Dengan demikian keadaan yang negatif di bhuwana agung dapat diantisipasi. Mengapa banyak pihak yang sangat terpuruk oleh zaman Kali di bhuwana agung dewasa ini. Salah satu penyebabnya adalah karena sikap beragama lebih menonjolkan Prawrtti Marga daripada Niwrtti Marga.

Prawrtti Marga adalah beragama dengan menempuh keluar diri. Artinya, beragama yang lebih menekankan pada penampilan luar daripada penampilan ke dalam diri. Sesungguhnya kedua jalan itu harus ditempuh secara seimbang antara Prawrtti Marga dan Niwrtti Marga. Berbagai kesukaran akan kita jumpai dalam kehidupan kalau kedua jalan ini tidak diseimbangkan dalam melakukan kegiatan beragama.

Menempuh jalan Prawrtti pada hakikatnya beragama dengan memuja Tuhan untuk memahami dan membenahi berbagai kehidupan di bhuwana agung. Tetapi kalau kita tidak kuatkan keadaan di bhuwana alit melalui Niwrtti Marga maka berbagai kesalahpahaman dalam beragama pun akan kita jumpai. Lebih-lebih di bhuwa agung Kali Yuga sedang berlangsung.

Keadaan di bhuwana agung akan terlihat makin kacau kalau melihatnya dengan bhuwana alit yang tidak kuat. Beragama dengan Nirwtti Marga pada hakikatnya beragama untuk membenahi diri terlebih dulu sebelum membenahi keadaan di bhuwana agung. Kebingungan kehidupan dewasa ini karena kebanyakan orang sangat berambisi untuk memperbaiki keadaan di bhuwana agung dengan tidak memperbaiki keadaan di bhuwana alit terlebih dulu.

Istilah Niwrtti Marga sering mendapat pengertian yang salah dari para ilmuwan sosial yang sering disebut jalan kiri, bahkan sering dihubung-hubungkan dengan ilmu hitam. Padahal, Niwrtti Marga ini adalah cara membangun kekuatan Catur Yuga di bhuwana alit agar dapat terhindar dari aspek negatif keadaan Catur Yuga di bhuwana agung.

Niwrtti Marga banyak diajarkan dalam ajaran Tantrayana. Hakikat Tantrayana sebagaimana diajarkan dalam buku Maha Nirwana Tantra pada perinsipnya mengaktifkan Guna Sattwam yang umumnya pasif sifatnya dengan memadukan lebih dinamis Guna Rajas.

Menurut Wrehaspati Tattwa seimbangnya Guna Sattwam dengan Guna Rajas akan dapat menguatkan diri seseorang. Guna Sattwam yang aktif akan menimbulkan kuatnya dorongan niat baik. Sedangkan Guna Rajas akan menimbulkan kuatnya dorongan untuk berbuat baik secara nyata. Jalan Niwrtti ini sesungguhnya sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kegiatan beragama untuk memperbaiki diri.

Agama bukan hanya untuk membangun keakraban sosial. Terlebih dulu agama harusnya dijadikan media membangun spiritualitas guna menguatkan jati diri agar mampu mengarungi zaman yang teus bergejolak itu. Dengan demikian kita akan dapat mengantisipasi aspek negatif dari gejolak zaman.

 
sumber : www.balipost.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net