Senin, 25 April 2016

Mengembangkan Agama bukan Menambah Jumlah Umat

Oleh : I Ketut Wiana 

MENGEMBANGKAN Agama jangan diartikan secara sempit yaitu menambah jumlah umat penganut. Apasih artinya jumlah umat yang banyak kalau tanpa kwalitas. Hal itu akan menjadi umat beragama dalam KTP saja. Jumlah umat yang banyak dengan SDM yang tidak berkwalitas justru akan dapat merusak citra agama yang dianut. Apa lagi jumlah umat yang banyak itu disertai dengan fanatisme sempit ditambah lagi suka memaksakan kehendak dengan kekerasan. 

Mengembangkan agama harus diartikan sebagai upaya meningkatkan daya spiritualitas diri. Daya spiritualitas itu artinya suatu spiritualitas yang berkemampuan untuk menguatkan jati diri sebagai manusia ciptaan Tuhan. Dengan jati diri yang kuat itu terus diaplikasikan untuk mengabdi dalam mewujudkan kebahagiaan individu dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat. 

Membangun kebahagiaan individual dan sosial hendaknya diartikan sebagai wujud bakti pada Tuhan. Berbakti pada Tuhan akan menjadi kurang bermanfaat kalau tidak mampu mendatangkan perubahan individu dan sosial kearah yang lebih baik. 

Dari perubahan individu dan sosial itu dapat diaktualisasikan untuk mewujudkan kebahagiaan individu dan sosial secara lahir batin. Hendaknya kepercayaan dan bakti pada Tuhan itu jangan disalahartikan dengan membuat orang lain menderita. Kalau atas nama agama yang kita anut membuat penderitaan hidup bagi orang lain itu berarti ada kesalah pahaman dalam mengembangkan agama. Mengembangkan agama harus diartikan meningkatkan kedalaman beragama sesuai dengan petunjuk-petunjuk kitab suci agama yang dianut. Pengembangan agama ditujukan pada diri sendiri dengan menyerap nilai-nilai universal dari agama yang dianut serta mampu mengaplikasikannya dalam kondisi lokal yang kontektual dan aktual. 

Para pemimpin agama semestinya sangat paham akan hal ini. Kalau masih ada pihak mengartikan pengembangan agama itu berarti harus menambah jumlah umat pemeluk maka akan terjadi saling tarik menarik pengikut agama. Saling tarik menarik itu di Indonesia tidak dapat dilakukan secara terbuka, karena ada aturan yang tidak boleh meng-agama-kan orang yang sudah beragama. Kalau orang pindah agama karena memang kehendaknya sendiri, hal itu memang tidak boleh dicegah atau dilarang. Dijaminnya orang untuk pindah agama kuranglah tepat dijadikan alasan untuk mengembangkan agama dalam artian menambah jumlah umat dengan cara-cara yang terselubung. Mengembangkan agama haruslah diartikan sebagai suatu upaya individual dan sosial untuk meningkatkan terus kadar spiritualitas diri umat sesuai dengan agama yang dianutnya. 

Upaya untuk mengembangkan nilai-nilai agama kepada individu pada diri pribadi umat agar umat siap menjadi manusia yang mandiri dan mampu hidup bersama dengan sesama manusia dalam masyarakat. Setiap umat yang beragama semestinya mengembangkan ajaran agama yang dianutnya dalam dirinya agar ia menjadi manusia individual dan makhluk sosial yang berkualitas. Dalam masyarakat lebih-lebih dalam post modern dewasa ini sudah demikian fluralitas. Rasanya tidak mungkin kita menjumpai suatu kelompok masyarakat hanya terdiri atas umat yang seagama saja atau satu etnis saja. Manusia di dunia ini sudah demikian berbaur. Mungkin semakin sulit mencari desa yang dihuni oleh satu umat seagama atau satu etnis saja. Apalagi kota, mungkin dewasa ini tidak ada kota yang tidak dihuni oleh berbagai orang yang menganut berbagai macam keyakinan Agama yang berbeda-beda. Kenyataan ini menyebabkan aspek universal dari agama yang dianut itulah yang lebih ditonjolkan untuk dikembangkan kedalam lubuk hati nurani umat. 

Dengan demikian agama akan dapat didaya gunakan untuk menguatkan dirinya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia akan merasa sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Dalam hal ini agama yang dianutnya harus mampu menanamkan sikap hidup untuk saling harga menghargai dalam kehidupan bersama dalam masyarakat. Agama yang tidak mampu mengembangkan umatnya bersikap saling harga menghargai seperti itu akan selalu menimbulkan masyarakat dalam kehidupan bersama di dunia ini. Kalau kita tidak dapat menghargai orang lain apa mungkin kita dapat penghargaan dari orang lain. 

Prof Dr Ida Bagus Mantra mantan Gubernur Bali pernah menyatakan bahwa ''letak harga diri kita sejauh mana kita dapat menghargai orang lain''. Ini artinya kalau kita tidak dapat menghargai orang lain kitapun adalah orang yang tidak punya harga diri. Mengembangkan agama pada diri umatlah yang harus dilakukan bukan mengembangkan agama untuk mencari pemeluk baru. Toh juga kalau agama yang kita anut menjadi mayoritas akan muncul juga masalah intern umat seagama. Tidak ada gunanya menjadi mayoritas kalau tidak mampu menghasilkan SDM yang andal membangun bangsa dan negara yang adil makmur dan bahagia. 

sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net