Ceramah oleh : Guru
Sejati Ching HaiHarvard University,
Boston, USA
27 Oktober 1989 (aslinya dalam bahasa Inggris)
27 Oktober 1989 (aslinya dalam bahasa Inggris)
Saudara-saudaraku, saya sangat berbahagia dan terhormat bersama
kalian di sini malam ini, di universitas yang sangat tua , dihormati dan
ternama di Amerika dan di dunia.Saya sudah lama mendengar dan kagum akan nama
dari Harvard University. Sehingga saya merasa sangat terhormat berada di sini.
Ini semuanya berkat keramahan dari bagian administrasi kampus dan juga bantuan
dari Mr. Tavanty dan juga banyak bantuan dari yang lainnya. Pada saat saya
melihat kalian, saya melihat kilauan wajah kalian dan pancaran kepolosan dari
hati kalian, saya merasa bahagia. Sehingga saya berharap bahwa pertemuan ini,
yang dimulai dengan sangat baik, akan berakhir secara luar biasa, dan saya dapat
melayani kalian dengan sesuatu selama dua atau tiga jam ceramah; dan
mudah-mudahan saya dapat memuaskan beberapa kerinduan kalian yang paling dalam
akan Tuhan atau hakekat Kebuddhaan atau Tao, ataupun kemungkinan kalian
memiliki sedikit kenangan akan siapa diri kalian atau darimana kalian berasal.
Nah, bagian dari universitas ini
adalah bagian hukum. Orang-orang ke sini untuk belajar hukum negara, atau sipil,
yang pada umumnya mempelajari hukum Amerika, bukankah? Hukum dari negara
Amerika. Benarkah demikian? (Hadirin: Ya). Sehingga setiap negara memiliki hukum
yang berbeda, tetapi pada umumnya untuk melindungi hak asasi manusia, untuk
melindungi sistim ketatanegaraan di masyarakat, dan bahwa rakyat hidup bersama
secara serasi. Itulah tujuan dari hukum yang ada di setiap negara. Jadi, hukum
dari setiap negara tentu saja tergantung dari kebiasaan, tradisi dan harapan
dari mayoritas rakyat yang tinggal di negara itu. Mereka mungkin sama-sama
setuju untuk menerapkan hukum ini dan itu dalam prakteknya agar dapat melindungi
kehidupan masyarakat pada umumnya. Nah, ketika kita melihat dari sisi kita
sebagai manusia, hukum dibuat oleh manusia. Tetapi ketika kita melihat dari
sudut pandang kerohanian yang berada di atas kemampuan manusia, maka kita
adakalanya melihat, walaupun hukum dibuat oleh manusia, mereka diatur oleh
semacam kekuatan yang tidak kasat mata. Kekuatan tidak kasat mata ini, kita
namakan dalam Sansekerta sebagai "karma". Karma adalah merupakan bahasa
Sansekerta untuk hukum sebab dan akibat. Seperti yang kita katakan di Alkitab,
dalam pengertian istilah Kristianitas, "Sesuai dengan yang Anda
tabur, maka akan Anda tuai." Sehingga pada saat orang-orang
Kristen mempertanyakan saya bahwa hanya para Buddhis yang mempercayai karma,
saya tersenyum dan mengatakan pada mereka bahwa para Kristen juga mempercayai
karma.
Alam semesta ini diatur dengan
Hukum Alam Semesta. Setiap agama yang baik dan agung harus mengajarkan orang
mengenai hukum karma. Kalau tidak, kenapa mereka harus sibuk mengajarkan orang
untuk berbuat baik dan menjadi orang baik, jika kita tidak memiliki akibatnya
kemudian atau apapun juga, atau apapun juga sesudah kehidupan? Buat apa harus
repot menjadi orang baik, berbuat baik? Karena jika Anda jahat, maka Anda adalah
orang yang tidak baik dan penuh dosa, Anda tetap hanya memiliki kehidupan ini.
Sehingga hukum karma dan juga sebagai akibatnya hukum tumimbal-lahir adalah
sangat, sangat umum adanya. Dan setiap agama secara terbuka ataupun tertutup,
atau maksud saya secara tidak langsung, mengajarkan jenis hukum ini. Hal ini
adalah sama adanya seperti kita memiliki hukum di setiap negara untuk
melindungi sistim ketatanegaraan di masyarakat. Hukum alam semesta juga
demikian adanya, untuk melindungi sistim dan kebajikan dari semua makhluk di
alam semesta. Jika kita hidup di suatu negara, kita harus mengetahui sedikit
banyak hukum di negara itu agar dapat hidup secara serasi, juga tidak mencelakai
diri kita sendiri dengan melakukan hal-hal atau dengan melanggar hukum.
Jadi, apabila kita
merenungkannya, kita tidak saja hanya tinggal di satu negara, tetapi kita juga
tinggal di dunia. Dan setiap negara adalah semacam ruangan di dalam tempat
tinggal yang besar. Sehingga dengan demikian adalah merupakan suatu kewajiban
kita, untuk dapat juga mengetahui sedikit banyak tentang hukum alam. Setelah
kita mempelajari hukum di berbagai negara, kita mungkin menyadari bahwa
adakalanya suatu hukum di negara ini tidak berlaku di negara lainnya. Sebagai
contoh, di negara kami seperti Au Lac, atau seperti Amerika, Anda hanya dapat
mempunyai seorang isteri atau seorang suami. Itu adalah hukumnya. Benarkah
demikian juga di Amerika? (Hadirin: Ya) Jadi, jika Anda mempunyai yang kedua
atau yang ketiga, isteri atau suami Anda dapat membuat masalah dan membawamu ke
pengadilan. Di Tibet, sangatlah berbeda adanya. Jadi, seorang wanita dapat
mempunyai banyak suami. Seorang wanita dapat kawin dengan seluruh saudara dari
satu keluarga. Tidak, saya tidak bercanda. Anda dapat membacanya sendiri. Anda
tahu jika Anda membaca buku Swami Vivekananda. Apakah Anda telah membacanya?
Beberapa buku tersebut, tidak? Beliau menceritakan pengalamannya tentang hal
ini. Beliau berkata bahwa ia terkejut dan menanyakan seorang saudara kenapa
mereka melakukan hal seperti ini. Kenapa mereka hanya mengawini seorang
wanita, lima atau enam saudara. Dan saudara tersebut berkata: "Di Tibet, adalah
merupakan hal yang egois untuk tidak berbagi sesuatu yang baik dengan
saudara-saudaramu." Jadi ia terus menekankan tentang hukum relativitas dan
adakalanya moralitas di dunia ini.
Jadi, di setiap negara kita
harus hidup sesuai dengan hukum di negara itu agar tidak menimbulkan masalah,
mengecewakan diri kita sendiri dan orang lain. Sehingga, kita tidak dapat
mengatakan, "Baiklah, orang-orang Tibet adalah seperti itu, maka kita
orang-orang Amerika belajar melakukan hal yang sama." Kita tidak dapat demikian.
Kita tidak dapat hanya mencontoh begitu saja setiap orang. Hal yang sama seperti
orang-orang Au Lac, orang-orang China, atau orang-orang dari negara manapun.
Mereka tidak dapat mencontoh tradisi negara lainnya. Mereka boleh menghormati
hukum di negara mereka. Tetapi terdapat juga hukum tidak kasat mata lainnya yang
berkaitan dengan emosi dan suatu cara kehidupan yang tidak dapat mereka
contoh.
Hukum Alam
Semesta Kekal Adanya
Nah, kita mempertimbangkan bahwa
apabila kita hidup di setiap negara, kita harus mengikuti hukum yang berlaku di
negara tersebut. Jadi, kalau kita berada di alam semesta, kita juga harus
mengikuti hukum alam semesta kita. Hukum tersebut akan melindungi kita dari
merosotnya ke dalam tingkat yang keberadaan yang lebih rendah. Sebagai contoh,
ketika kita berada di suatu negara, dan kita melakukan semacam kriminalitas
atau melanggar hukum, kita akan dipenjarakan atau terkena semacam denda. Bukan?
(Hadirin: Ya) Sekarang jika kita tinggal di alam semesta ini dan melakukan
sesuatu yang tidak sesuai dengan hukum alam semesta, maka kita juga harus
ditempatkan di semacam keberadaan lainnya yang mana tidaklah sangat menyenangkan
buat kita. Itulah yang dinamakan karma, hukum akibat."Sesuai dengan
yang Anda tabur, maka akan Anda tuai." Dengan demikian, apabila
kita ingin hidup secara serasi dan tidak ingin mengalami situasi yang tidak
menyenangkan buat diri kita, kita harus mempelajari beberapa hukum alam semesta.
Dan bahkan moralitas standar berbeda dari satu negara ke negara lainnya. Memang
sangatlah sulit memberitahukan orang-orang di suatu negara untuk menerima hukum
yang berlaku di negara lainnya, namun hukum universal senantiasa sama.
Ketika kita melihat hukum
manusia, hukum tersebut berbeda dari negara yang satu dengan negara lainnya,
hukum tersebut berbeda dari negara yang satu dengan negara lainnya. Dan bahkan
ketentuan susila berbeda dari negara yang satu dengan negara lainnya. Sehingga
sulit untuk mengatakan kepada orang dalam suatu negara agar menerima hukum di
negara lainnya. Tetapi hukum alam semesta selalu dan senantiasa sama. Sebagai
contoh, di Alkitab dikatakan bahwa, "Janganlah membunuh. Janganlah menyeleweng
Janganlah mencuri. Kasihilah tetanggamu, kasihilah musuhmu, dsb..." Hal-hal
seperti ini tidak akan berubah.
Jika kita ingin mengetahui Tuhan
atau yang hakekat Kebuddhaan kita, Tuhan atau hakekat Kebuddhaan buat saya
adalah hal yang sama. Saya telah mengalami hal tersebut. Anda dapat memanggilnya
Tuhan atau hakekat Kebuddhaan. Saya tahu hal ini adalah sesuatu yang sama, hanya
suatu perbedaan dalam pengucapannya saja. Nah, apabila kita ingin mengalami
hakekat Ketuhanan atau hakekat Kebuddhaan kita, atau apa yang kita namakan Wajah
Sejati, kita haruslah mengikuti hukum ini. Dan untuk mengikuti hukum ini
bukanlah satu-satunya hal yang harus kita lakukan. Tetapi itu merupakan suatu
kondisi awal jika kita ingin mengetahui Tuhan atau kita ingin mengetahui hakekat
Kebuddhaan. Sehingga dalam Alkitab dikatakan, "Sebenarnya, Aku
berkata kepadamu, kecuali engkau dilahirkan kembali, kecuali engkau menjadi
seorang anak kecil, engkau tidak dapat memasuki kerajaan Allah."
Dalam Taoisme, Lau Zi juga mengatakan bahwa kita harus suci kembali seperti
seorang anak kecil. Juga di dalam Buddhisme, salah satu dari Sesepuh agung kita
adalah Hui-neng. Hui-neng adalah Sesepuh Ke-enam Buddhisme Zen di China. Tetapi
dia aslinya, menurut sejarah adalah kelahiran Au Lac. Sekarang saya tidak akan
beradu pendapat mengenai hal ini, karena orang-orang China ingin mengakuinya.
Jadi, kita pun menawarkannya kepada mereka. Tidak apa-apa. Bagaimanapun beliau
universal adanya, tetapi ini hanya untuk informasi Anda. Karena saya harus
membicarakan kebenaran, selalu berbicara kebenaran. Jika Anda ingin mengetahui
lebih banyak tentang siapa dia, Anda dapat berbicara dengan saya kemudian. Kita
tidak ingin membahas tentang tempat lahirnya atau akte lahirnya, hanya
menyebutkan sedikit saja. Jadi, beliau berkata seperti ini, "Ketika
saya bermeditasi, saya hanya melihat ke dalam kesalahanku sendiri, saya tidak
melihat ke dalam kesalahan orang lain." Itu berarti Anda menjadi
suci, Anda tidak mengkritik orang lain, Anda hanya seperti seorang anak kecil.
Bukankah hal-hal tersebut sesuatu yang sama? Ya? (Hadirin: Ya, mereka sama
adanya).
Kalian benar. Karena siapapun
yang tercerahkan dan yang telah melihat sekejap atau beberapa kejap ke dalam
hakekat sejati hakekat Ketuhanan atau Kebuddhaan akan mengatakan dan
mengungkapkan pendapat yang sama. Mereka tidak dapat mengatakan hal yang
sebaliknya. Mereka hanya dapat mengatakan kebenaran dan tiada lain selain
kebenaran. Kebenaran bisa saja aneh, bisa saja tidak begitu dikenali oleh
kebanyakan orang. Meskipun demikian, sangat dikenali oleh mereka yang memiliki
kebijakan dan yang telah merasakan kedekatan dengan kebenaran. Kita dapat
mengatakan kepada diri kita sendiri, "Saya tidak pernah belajar apapun
sebelumnya", "Saya tidak pernah ke gereja", "Saya tidak pernah ke tempat vihara
manapun." "Saya bahkan tidak pernah membaca Sutra apapun." Tetapi itu bukanlah
berarti Anda tidak mengetahui kebenaran. Anda mungkin saja telah mengetahui
hal-hal tersebut atau mungkin saja telah mengetahui kebenaran dalam kehidupan
sebelumnya. Jadi, hanya dibutuhkan air sedikit lebih banyak untuk biji agar
bertunas kembali.
Manfaatkan
Daya Otak Untuk Mengembangkan Secara Penuh Kekuatan Tersembunyi
Kita.
Saya baru saja mengatakan
tentang Guru Hui Neng. Dia buta huruf. Dia tidak dapat membaca, tidak dapat
menulis. Tetapi ia terkenal selama berabad-abad dan bahkan semakin populer saat
ini, sejak Buddhisme Zen, atau Ch'an atau Buddhisme China menunjukkan jalannya
ke Barat. Karena hakekat Ketuhanan atau Kerajaan Allah berada di dalam diri
kita, atau hakekat Kebuddhaan dilahirkan di antara kita. Inilah apa yang kita
namakan "kebijakan" dalam istilah ilmiah, atau apa yang kita namakan sebagai 95
persen dari kemampuan yang tidak kita manfaatkan. Mengertikah? Karena para ahli
telah membuktikan bahwa kita hanya menggunakan 5 persen kebijakan kita, dari
kapasitas otak kita. Yang dapat menggunakan 100 persen kebijakan atau
kecerdasannya yaitu Sang Buddha, Kristus, Lau Zi, Krishna atau Muhammad, atau
siapapun yang kalian percaya memiliki daya otak terbesar di dunia kita. Mereka
adalah yang mengetahui rahasia memasuki keseluruhan kerajaan kecerdasan
kita.
Nah, adakah terdapat jalan untuk
menguasai 100 persen kecerdasan kita? Ya, terdapat jalannya. Itulah yang kita
namakan Kerajaan Allah. Semuanya terdapat dalam diri kita. Nirwana juga
merupakan hal yang sama. Para Buddha dan Kristus semuanya berasal dari
kerajaan Allah. Tiada siapapun yang terlahir tanpa adanya kerajaan Allah ini
atau tanpa hakekat Kebuddhaan, seperti ombak yang berasal dari lautan. Jadi, apakah terdapat suatu jalan untuk menguasai 100 persen
kecerdasan kita ini? Ya, terdapat jalannya. Terdapat banyak jalan. Ada jalan
pendek, jalan panjang, jalan besar, jalan kecil, jalan mudah dan jalan sulit.
Beberapa orang melakukannya dengan berdoa, berpuasa, hal-hal sederhana atau
berbagai jenis usaha lainnya. Hal-hal tersebut telah kita baca dalam buku-buku
kebijakan kuno. Bagaimana orang mengorbankan segalanya agar dapat menemukan
Tuhan dan menemukan hakekat Kebuddhaan. Tetapi saat ini, jika kita mengikuti
jalur kaku tersebut akan terlalu sulit, terlalu memakan waktu. Kita tidak dapat
pergi begitu saja ke dalam hutan dan meninggalkan sama sekali kehidupan
bermasyarakat.
Jaman dahulu,
orang-orang memiliki lebih sedikit keinginan dan lebih sedikit kesenangan
dalam kehidupan. Walaupun mereka menginginkannya, mereka tidak dapat
memperolehnya. Saat ini kita memiliki lebih banyak godaan karena banyaknya
kemudahan. Adakalanya, kita tidak menginginkan ini dan itu. Tetapi tetangga
memilikinya, dan isteri tidak akan membiarkan kita berehat sampai ia memiliki
hal yang sama, ataupun kebalikannya dari pihak suami. Tempo dulu, orang-orang
akan puas jika mereka memiliki hanya beberapa pakaian atau sedikit makanan untuk
dimakan.Tidak ada koran, komunikasi, tidak ada TV, ataupun tidak ada
barang-barang lainnya seperti itu. Sehingga orang-orang tidak tergoda untuk
menginginkan lebih banyak barang. Jadi mereka mempunyai lebih banyak waktu.
Mereka dapat memanfaatkannya untuk berlatih pada hobby mereka seperti menemukan
Tuhan.
Menemukan Tuhan Adalah Hobby Yang Paling
Menyenangkan.
Nah, bagaimanapun menemukan Tuhan
juga merupakan suatu hobby. Buat saya, itu adalah suatu hobby. Suatu hobby yang
sangat menyenangkan. Orang-orang memiliki berbagai hobby yang berbeda, mereka
lupa akan hobby yang terbesar. Itu adalah bagaimana menemukan Tuhan, bagaimana
menemukan hakekat Kebuddhaan dalam diri kita. Saya dapat memberitahukan Anda,
bahwa menemukan Tuhan tidaklah sesukar memperoleh uang. Kita bekerja sangat
keras, 8 - 10 jam sehari, dan bahkan kemudian dapat dengan cepat dihamburkan
jika kita tidak hati-hati. Meskipun kita hati-hati, pada akhirnya kita hanya
mendapatkan sedikit, dan sedikit lebih banyak untuk hari tua, tidak ada yang
lain. Tetapi jika kita menemukan kerajaan Allah, ianya akan berakhir kekal.
Apapun kecerdasan, kebijakan,
kebahagiaan, kesenangan yang kita temukan, akan selalu menjadi milik kita. Tidak
pernah sekalipun akan terhamburkan. Tidak pernah sekalipun orang dapat
mencurinya dari kita. Dan bahkan kemudian keuntungan materi akan bermunculan.
Sehingga dalam Alkitab, dikatakan, "Temukan dulu kerajaan Allah, dan
kemudian segala sesuatu akan ditambahkan kepadamu." Itulah
sebabnya orang dahulu kala mengetahui dimana adanya kebahagiaan yang kekal,
sehingga mereka berlatih suatu jalan kehidupan, suatu Tao, berlatih jalan
Buddhis atau jalan Kristen. Anda lihat, saya terlahir sebagai seorang Katolik
dan seorang Buddhis, keduanya, jadi saya harus berbicara untuk keduanya. Saya
harap Anda tidak mempermasalahkannya.
Juga karena Dr. Tavanty telah
memberitahukan bahwa kita, rakyat Au Lac memiliki tradisi keterbukaan, kebebasan
berpendapat, dan kebebasan beragama. Jadi saya harus memegang teguh tradisi kami
sesuai dengan tradisi Au Lac kami. Di Au Lac seorang suami Katolik dan isteri
Buddhis dapat pergi bersama-sama ke gereja di pagi harinya dan pergi ke vihara
di sore harinya. Kebanyakan orang-orang kita tidak membeda-bedakan atau
melakukan suatu kegiatan tidak bermanfaat tentang siapa yang terbaik dan agama
apa yang tertinggi. Jika Anda bahagia dengan agama Anda, baik sekali! Saya
bahagia dengan agama saya. Kita dapat mempelajari dari sesama lainnya beberapa
hal yang baik. Bagaimanapun, siapalah kita adanya dapat menilai Sang Buddha?
Siapalah kita adanya dapat menilai Yesus Kristus? Kita bahkan tidak berada di
sana waktu itu. Kita bahkan tidak mengetahui betapa agungnya mereka saat itu,
apa yang mereka lakukan. Kita dapat menilainya dari hukum-hukum baik yang
mereka tinggalkan untuk kita, dari ajaran-ajaran yang baik, dari contoh terkenal
mereka mengenai pengorbanan dan kasih. Sehingga kita mengetahui Yesus adalah
baik adanya. Lalu kita mengetahui Buddha adalah agung adanya. Kita tidak dapat
mengkritik mereka dalam cara apapun juga. Untuk apa yang telah mereka lakukan
bagi kemanusiaan, maka tiada dari mereka yang harus dikritik. Siapapun yang
mengikuti Kristus akan menjadi Kristen yang baik. Siapapun yang mengikuti Buddha
akan menjadi Buddhis yang terbaik. Itu semua adalah tugas kita. Tidak mengkritik
ataupun tidak membanding-bandingkan.
Dapatkan
Pencerahan dan Lihatlah Tuhan dengan Seketika
Jadi, untuk itu dalam
setiap ceramah, saya tidak akan menekankan orang agar mengikutiku, memotong
rambut mereka untuk menjadi pendeta atau bahkan menjadi seorang Buddhis. Jika
Anda seorang Kristen, maka Anda akan tetap sebagai Kristen. Jika Anda sebagai
apapun, Anda akan tetap demikian. Bahkan jika Anda seorang Ateis, saya juga
tidak akan mencoba untuk meyakinkan Anda akan keberadaan Tuhan. Saya hanya akan
menunjukkan Anda keberadaan Tuhan atau hakekat Kebuddhaan, dan kemudian Anda
akan percaya. Karena jikga kita tdiak melihat Tuhan, jika kita tidak melihat
hakekat Kebuddhaan dalam diri kita, sangatlah sukar adanya untuk percaya, bukan?
Sehingga kita tidak dapat menyalahkan seorang Ateis yang tidak mempercayai
Tuhan.
Tidak semua orang yang
terberkati dengan tanpa penglihatan, tetapi mempercayai. Sehingga untuk beberapa
orang yang tidak mempercayai tanpa penglihatan, kami menawarkan suatu kesempatan
untuk melihat Tuhan atau untuk melihat hakekat Kebuddhaan. Inilah apa yang kami
namakan pencerahan seketika. Mengetahui hakekat diri Anda sendiri, dan
mengetahui kerajaan Allah yang kita percayai. Karena pada saat kita tercerahkan,
apakah kita adalah Kristen, atau Buddhis atau Taois, kita menemukan hal yang
sama, kita menemukan kebijakan yang sama, kerajaan yang sama, Nirwana yang sama.
Tiada perbedaan. Saya telah berada di sana. Saya menemukan tidak ada perbedaan.
Hanya satu tempat, sama adanya.
Sebenarnya, mengatakan
"satu tempat" hanyalah merupakan cara pengucapan saja. Tetapi tidak berarti
harus merupakan suatu tempat jika Anda telah tercerahkan. Hal tersebut adalah
suatu keadaan pikiran. Suatu tingkat kesadaran, pikiran, pengetahuan, dan
pengertian yang lebih tinggi. Itu juga dinamakan kerajaan Allah atau hakekat
Kebuddhaan. Bukanlah berarti bahwa Anda terbang ke suatu tempat yang indah
setiap hari. Pencerahan mewujudkan dirinya dalam berbagai cara. Anda kemungkinan
melihat tempat-tempat yang indah, alam-alam kesadaran, alam-alam keberadaan.
Atau Anda kemungkinan mewujudkan kebijakan, dan kebajikan dalam kehidupan setiap
hari agar dapat melayani dirimu sendiri, keluarga dekat Anda, negara Anda, dan
seluruh dunia.
Ketika Guru India
terkenal, Sri Ramakrishna masih hidup, saya harap Anda telah pernah mendengarkan
namanya, bukan? (Hadiri: Ya.) Kita tidak dapat mengatakan bahwa beliau adalah
seorang Buddhis, jadi jangan katakan bahwa saya hanya membela Buddhisme. Saya
sangatlah berpikiran adil terhadap semua Guru Agung. Jadi ketika beliau masih
hidup, tentu saja, beliau memiliki bagitu banyak penglihatan tentang Tuhan dan
beliau memiliki begitu banyak macam Samadhi. Murid-murid beliau juga begitu
senang untuk memperoleh Samadhi yang sama.
Saya harap Anda
mengetahui apa itu Samadhi, bukan? Jika Anda tidak mengetahuinya, maka saya akan
menjelaskannya. Samadhi berarti bahwa Anda berada di suatu tingkat kesadaran
yang lebih tinggi dan Anda kehilangan hubungan luar dengan dunia. Anda bersatu
dengan Tuhan. Anda hanya melihat Kerajaan Surgawi. Anda tidak melihat
kesengsaraan dan kesakitan, dan tidak mengalami kesengsaraan dan kesakitan dunia
atau apapun yang tidak menyenangkan bagi badan dan pikiran. Anda berada dala
ketentraman, dalam ektase. Itulah apa yang kita namakan Samadhi. Terdapat
berbagai tingkat Samadhi, tetapi saya tidak ingin membahasnya malam ini. Jika
Anda mempunyai pertanyaan kemudian, kita dapat membahas lebih mendalam mengenai
hal tersebut.
Cinta Kasih
adalah Pengalaman Lebih Tinggi dari Samadhi
Nah, murid-muridnya
melihat beliau dalam Samadhi beberapa kali sehari, sangat dalam, keadaan
tenteram, Nirwana yang dalam. Mereka juga menginginkan hal yang sama. Salah satu
murid beliau yang paling maju yaitu Swami Vivekananda, yang sangat terkenal di
negara Anda. Ia menanyakan sang Guru, "Dapatkah saya memiliki tingkat pencapaian
yang sama seperti Anda?" Dan ia menanyakan begitu banyak kali pertanyaan
seperti itu, karena ia tidak memilikinya. Sehingga sang Guru memarahinya,
"Bodoh kau, terdapat tingkat yang lebih tinggi dari Samadhi." Nah, apakah yang
lebih tinggi tingkatnya dari Samadhi? Itu adalah cinta kasih, suatu penyerahan.
Cintailah semua makhluk hidup sebagaimana diri kita sendiri. Cintailah musuh
sebagaimana teman. Cintailah tetangga. Cintailah Tuhan di atas segalanya, dan
pasrahkanlah segalanya kepada Tuhan. Itulah yang lebih tinggi dari Samadhi.
Tetapi terdapat suatu jebakan di sini. Kita sebagai Buddhis juga dapat berkata
demikian, kita mencintai Sang Buddha, dan kita mencintai tetangga kita, kita
mencintai teman kita, musuh kita, hanya demikian saja. Tetapi terdapat perbedaan
antara perkataan dan perbuatan nyata.
Kebanyakan manusia
tidak mampu mencapai cinta kasih yang demikian agung, karena kita tidak dilatih
dalam cara demikian. Hanya orang-orang yang tercerahkan mampu mencapai cinta
kasih yang demikian agung, kasih sayang dan toleransi. Sehingga kita melihat di
banyak negara dalam berbagai jangka waktu, orang-orang selalu bertengkar soal
pendapat, soal wilayah, soal keuntungan keuangan. Tetapi mereka selalu berkata
bahwa itu atas nama cinta kasih untuk negara mereka, cinta kasih untuk agama
mereka, cinta kasih untuk kelompok mereka atau saudara laki-laki mereka.
Kemungkinan adalah benar bahwa mereka mencintai negara mereka, sehingga mereka
pergi dan bertengkar dan menyerbu negara-negara lainnya untuk keuntungan negara
mereka. Tetapi itu adalah cinta kasih yang terlalu kecil, terlalu terbatas.
Cinta kasih Buddha dan
Kristus melingkupi seluruh dunia, tiada perbedaan ras, tiada warna kulit, tiada
keuangan, tiada status. Sehingga, kita melihat murid-murid Sang Buddha memiliki
begitu banyak posisi sosial, berbagai posisi sosial, berbagai ras, berbagai
warna kulit, berbagai status sosial, dan berbagai kewarganegaraan. Murid-murid
Kristus juga sama. Berbagai macam murid, berbagai kewarganegaraan, berbagai
kepribadian, berbagai perbedaan kepercayaan akan bersatu dengan sendirinya di
bawah naungan seorang Guru yang tercerahkan. Karena cinta kasih sang Guru
tercerahkan sangatlah agung adanya. Ianya melingkupi semuanya, dan tiada
seorangpun yang merasa tidak termasuk. Dan roh tercerahkan yang demikian tidak
akan pernah bertengkar atau menyepelekan seseorang atau suatu negara atau aliran
apapun atau agama apapun tetapi mengajarkan cinta kasih universal, kebenaran
universal, dan persamaan terhadap semuanya.
Karena itu Yesus
berakta, "Semuanya adalah anak-anak Tuhan. Apapun yang dapat saya lakukan hari
ini, Anda dapat melakukannya dengan lebih besar besoknya." Beliau tidak berkata,
"Saya satu-satunya anak Tuhan." Ia berakta, "Kita semua adalah anak-anak Tuhan.
Di dalam rumah Bapaku, terdapat banyak tempat tinggal dan semuanya dapat
datang." Demikian juga Buddha mengatakan hal yang sama, "Kita semua dapat
menjadi Buddha. Saya telah menjadi Buddha, Anda akan menjadi Buddha. Semua
makhluk memiliki hakekat Kebuddhaan." Perkataan-perkataan ini mengandung arti
yang sama, mengertikah? Itu adalah persamaan sifat kemanusiaan di mata Tuhan
atau di dalam kebijakan Sang Buddha.
Kita Dapat
Memasuki Kerajaan Allah Sementara Masih Hidup di Bumi
Saya belum memulai
misi saya secara serius sebelum dua tahun. Kapankah inisiasi pertama? Itu
terjadi di India. Tepatnya tahun 1983, ketika saya mulai, dipaksa untuk mulai.
Sekarang tahun 1989. Enam tahun, hanya enam tahun sejak saya memulai misi saya.
Tetapi saya telah menemukan bahwa semuanya benar-benar mewarisi kerajaan Allah.
Semua orang memiliki hakekat Kebuddhaan. Dan setiap orang dapat melihat hakekat
Kebuddhaan kapan saja, sejauh ia sungung-sungguh menginginkannya, diyakinkan
bahwa ia dapat melihat dan sungung-sungguh membiarkan seorang Guru membantunya
membukakan pintu untuk mereka. Semuanya dapat melihat, semuanya dapat memasuki
ke dalam Kerajaan Allah. Tiada seorangpun, kaya, miskin, kecil, besar, lemah,
kuat, cerdas, bodoh, yang telah ditolak masuk ke kerajaan Allah. Tiada pernah
seorangpun, sejauh yang saya ketahui. Sehingga, saya mempercayai apapun yang
Kristus katakan adalah benar adanya. Kita hanya harus berlaku seperti seorang
anak kecil lagi dan baru kita dapat memasuki Kerajaan Allah dan pada saat ini
juga semasa di Bumi. Kenapa? Karena Alkitab berkata, "Mari lihatlah, Kerajaan
Allah ada di dalam dirimu!" Alkitab tidak mengatakan Kerajaan Allah adalah jauh
sekali, dalam jarak 20.000 tahun cahaya. (Guru dan semuanya tertawa.) Tidak!
Tidak! Tidak! Ianya mengatakan, "Kerajaan Allah ada di dalam dirimu." Dan Sang
Buddah berkata, "Buddha ada di dalam dirimu." Jadi, keduanya mengatakan hal yang
sama.
Jika kita ingin
menemukan Buddha, jika kita ingin menemukan Tuhan, kita harus merenung ke dalam.
Tetapi bagaimana dapat menjadi seorang anak kecil? Hal itu tidaklah mudah,
menurut kita. Benar hal itu tidaklah mudah, jika kita melakukan semuanya
sendirian, tetapi jika kita memiliki kemuliaan Tuhan dan berkah dari Buddha
hidup. Buddha hidup bukanlah tubuh ini. Buddha hidup adalah kekuatan cinta kasih
yang mengalir dalam tubuh seseorang dan memberkahi seluruh dunia, mengertikah?
Jadi, ketika Sang Buddha masih hidup, beliau berkata bahwa beliau adalah Buddha.
Hal itu bukanlah berarti beliau bangga akan kepribadiannya tersebut, keakuannya
sebagai Buddha. Tidak! Tidak! Hal itu berarti beliau telah memusnahkan
keakuannya. Beliau bukanlah seorang "Aku" yang pada umumnya, tetapi beliau telah
bersatu dengan Bapa, bersatu dengan alam semesta, dengan kekuatan daya cipta.
Jadi ketika Yesus mengatakan, "Aku adalah anak Tuhan, Aku dan Bapaku adalah
satu," hal tersebut tidaklah berarti bahwa beliau begitu sombong dan bangga akan
dirinya sebagai suatu individu yang berpribadi. Tetapi beliau mengetahui bahwa
beliau telah kehilangan dirinya, dan bersatu dalam lautan kesadaran kebijakan
agung.
Jadi, bagaimana
menjadi seorang anak kecil? Sangatlah mudah. Kita memerlukan apa yang dinamakan
proses pembersihan. Pertama kita harus bertekad mengikuti Perintah Alkitab atau
Kitab Suci Buddhis lagi. Dua-duanya mengatakan hal-hal yang sama. Yang pertama
dalam Alkitab adalah "Anda jangan membunuh" Di Buddhisme, juga, Anda tidak boleh
membunuh. Dan di Hinduisme juga sama --- ahimsa, tidak menyiksa makhluk hidup
lainnya --- itulah artinya ahimsa. Dari ahimsa tersebut berpangkal Perintah di
Alkitab, di Sutra Buddhis. Kristus juga berada di India selama 19 tahun. Buddha
juga pertama kali harus mempelajarinya dari kitab suci Veda. Dan kemudian beliau
menjadi Buddha dengan kemauannya sendiri. Jadi, jika kita mengikuti Perintah di
Alkitab atau kitab suci Buddhis dan kita mulai mengubah cara hidup kita, maka
mulai sejak hari itu, juga dengan kemuliaan Tuhan, kita akan dibersihkan,
disucikan seperti seorang anak kecil. Dan kemudian ketika kita disucikan pada
saat tersebut, kita melihat cahaya Tuhan, kita melihat Kerajaan Allah atau apa
yang dinamakan hakekat Kebuddhaan.
Jadi, ketika Yesus
masih hidup, beliau memberikan orang-orang baptisme, membaptis orang-orang.
Tetapi bahkan dirinya sendiri harus melalui proses baptisme. Beliau berkata,
"Biarkanlah aturan dijalankan." Kenapa beliau harus melakukannya? Walaupun
beliau telah agung adanya, dan Yohanes Pembaptis mengetahui bahwa beliau agung
adanya. Tetapi karena beliau mengetahui bahwa beliau harus memberikan contoh
kerendahan hati, kepercayaan akan kemuliaan Tuhan kepada manusia lainnya. Semua
hidupnya adalah suatu contoh kerendahan hati. Sang Buddha Sakyamuni juga sama.
Sakyamuni adalah seorang pangeran, sungguh kaya dalam segala sesuatu, sangat
cerdas. Beliau dapat memiliki keseluruhan negara, dan kemewahan. Tetapi beliau
pergi berkelana selama empat puluh sembilan tahun, bahkan setelah pencerahannya,
untuk meminta sedekah [pindapatta]. Permintaan sedekah beliau bukanlah berarti
bahwa beliau tidak dapat bekerja atau beliau tidak mampu bekerja. Hanyalah untuk
menunjukkan banyak hal, banyak contoh-contoh kepada kemanusiaan. Yang pertama
adalah menunjukkan kepada kita ketiada-inginan akan harta kekayaan duniawi. Yang
kedua adalah menunjukkan kita bahwa kita semuanya harus bergantung satu dengan
lainnya agar dapat hidup. Tiada seorangpun yang lebih tinggi, tiada seorangpun
yang lebih rendah. Beliau adalah yang pertama mengajarkan persamaan, menentang
sistem kasta yang merupakan gagasan tak tersentuh di India. Beliau mengajarkan
dengan contoh dirinya sendiri dan kerendahan hati. Beliau tidak saja mengajar
dengan mulut, dengan kata-kata, tetapi beliau mengajarkan dengan contoh hidupnya
sendiri.
Jelmakanlah
Cinta Kasih Agung Kristus Ke Dalam Hidup Anda
Setiap Guru Agung
melakukan hal tersebut. Yesus juga melakukan hal yang sama. Beliau berjalan
dengan kaki telanjang. Beliau tidak memiliki tempat untuk membaringkan
kepalanya. Sekarang dalam kehidupan kita saat ini, dalam kehidupan moderen saat
ini, kita tidak dapat mengikuti secara persis apa yang Buddha atau Yesus
lakukan. Tetapi kita dapat mengikutinya dalam hati kita akan cara hidup mereka.
Kita harus merasakan suatu ketidak-melekatan untuk dunia ini, dan itu juga
merupakan suatu pelepasan. Kita hidup di dunia ini, tetapi kita hidup tanpa
adanya dunia. Kita tidaklah harus terlalu serakah akan kesenangan materi. Kita
memiliki hal-hal tersebut hanya untuk mempertahankan kehidupan kita, tetapi
mengetahuinya di dalam hati kita secara sungguh-sungguh bahwa yang teragung
seperti Buddha dan Yesus tidak pernah memperdulikan hal-hal tersebut. Kita
mengikuti Buddha di jalan ini, dengan ketidak-melekatan, dengan
ketiada-serakahan. Kita mengikuti Kristus di jalan ini dengan ketidak-melekatan,
dengan ketiada-serakahan, dan juga dengan mengasihi untuk orang-orang kita.
Nah, orang-orang
Amerika telah menunjukkan beberapa cinta kasih Kristiani mereka, akan cinta
kasih Kristus dalam beberapa interaksi dunia dengan negara-negara lainnya.
Sebagai contoh, negara Amerika telah menerima begitu banyak pengungsi dari
berbagai negara. Itu adalah merupakan bagian dari cinta kasih Kristus. Itulah
bagaimana kita mengikuti Kristus. Dan mewakili orang-orang Au lac, saya juga
harus berterima kasih kepada saudara-saudara dari Amerika yang telah membuka
tangan mereka dan menerima beberapa pengungsi dari Au Lac yang benar-benar
membutuhkan. Itu juga merupakan bagian dari kasih sayang Buddha. Sehingga, saya
mempercayai bahwa jika Anda adalah seorang Kristen yang baik, Anda juga adalah
seorang Buddhis yang baik. Tidak ada perbedaan antara seorang Kristen dan
seorang Buddhis, sejauh mereka melakukan kebajikan kepada orang lain. Makanya,
saya tidak pernah membedakan antara pemeluk Buddhis dan pemeluk Kristen.
Orang-orang Kristen
melakukan kebajikan dalam banyak cara, dan orang-orang Buddhis juga melakukan
kebajikan dalam banyak cara, hanya kemungkinan berbeda cara melakukannya dan
mengerjakannya. Berhati-hatilah bahwa saya tidak terlalu jauh dalam situasi
politikal ini. Tetapi saya tidak dapat menahan untuk mengungkapkan pendapat
saya. Sebenarnya, karena jika kita tidak dapat mempergunakan secara praktis apa
yang kita pelajari dari Kristianitas atau apa yang kita pelajari dari Buddhisme,
lalu apa gunanya? Apakah benar demikian? Jadi, kita menunjukkan pikiran
keagamaan kita melalui perbuatan-perbuatan kita sendiri. Sehingga, jika kita
mengatakan sesuatu tentang situasi dunia, dan amnesti, dan kasih sayang rakyat
Amerika atau negara-negara lainnya, itupun juga sangat tepat! Hal ini bertepatan
dalam ceramah keagamaan. Tetapi, apa yang ingin saya ungkapkan adalah sesuatu
yang lebih konkrit daripada apa yang seharusnya, karena beberapa orang ingin
mengenal Tuhan, tidak hanya melayani Tuhan dalam kerangka manusia, tetapi juga
ingin mengetahui Tuhan, Tuhan yang transendental, hakekat Kebuddhaan yang
transendental.
Kita lihat bahwa
Buddha menjadi Buddha dengan cara apa. Kita lihat Kristus bagaimana beliau
menjadi begitu agung. Terdapat alasannya, terdapat suatu jalan untuk mencapai
keagunggan tersebut. Hanya seperti suatu hal ilmiah. Hanya seperti Anda ingin
belajar di perguruan tinggi, Anda harus memiliki kondisi ini dan itu; Anda harus
memiliki sejumlah uang, sejumlah kualifikasi dari sekolah tinggi; Anda harus
lulus sejumlah ujian, dalam pekerjaan amnesti, dalam pelayanan sosial, kita
harus mengetahui hakekat sejati kita; kita harus mengetahui darimana kita
berasal; kita harus mengetahui bagaimana agungnya diri kita.
Menjelajahi
Kembali Ke Sumber Kita
Nah, kita adalah
makhluk agung di masa lalu. Kita telah datang dari kerajaan Allah. Jika kita
tidak datang dari Tuhan, lalu darimanakah kita berasal? Tuhan menciptakan segala
sesuatu. Jika kita tidak datang dari hakekat Kebuddhaan ini atau Tao, lalu
darimanakah kita berasal? Kita mestinya mulai dari sana, dari sumber teragung di
alam semesta. Jadi, makanya kita adalah makhluk agung adanya. Ini hanya karena
kita lupa, yaitu Kebenaran yang kita lupakan. Nah, terdapat satu jalan untuk
mengingat kembali hal-hal ini dengan berjalan mundur kepada sumber yang lebih
tinggi, darimana kita berasal. Seperti Anda mengikuti sungai menuju ke laut.
Nah, jika Anda ingin pergi kembali ke sumber sungai tersebut, berjalanlah
mundur. Jadi, kerajaan Allah ada di dalam diri kita, sehingga berjalanlah ke
dalam.
Terdapat suatu jalan
untuk melihat kerajaan Allah di dalam diri kita, melihat Buddha di dalam diri
kita. Itulah apa yang kita namakan metode pencerahan. Kembali ke hakekatnya.
Sang Buddha telah mengikuti metode ini untuk menjadi Buddha. Yesus Kristus telah
mengikuti metode ini untuk menjadi putera Allah. Nah jika kita katakan bahwa
kita semua adalah anak Tuhan, kita telah menjadi Buddha, jadi kenapa kita perlu
berlatih? Ya, memang demikian adanya. Tetapi kita lupa. Sehingga menjadi tidak
berguna bagi kita sekarang. Kita harus mengingat lagi melalui usaha yang rajin
untuk kembali ke masa lalu, ke ingatan terdalam kita sendiri. Itulah apa yang
oleh para ilmuwan dinamakan 95 persen kecerdasan yang tertidur. Dalam 95 persen
tersebut terdapat banyak perihal. Nah, dengan hanya 5 persen, kita sudah dapat
pergi ke Mars, kita sudah dapat pergi ke bulan. Kita sudah dapat membuat pesawat
terbang dan roket dan berbagai macam kemudahan hidup. Apa lagi jika kita
menggunakan 95 persen tersebut?
Kerajaan Allah adalah
milik kita, jika kita mengetahui bagaimana memanfaatkannya. Kita mengetahui
bahwa kita adalah Buddha. Setiap orang mengatakan kita adalah Buddha, atau kita
adalah putera Allah, tetapi kita tidak mengetahui dimana adanya keagungan
tersebut. Kita hanya mengetahui bahwa kita selalu menderita setiap hari, atau
tidak setiap hari tetapi maksud saya kebanyakan hari yang ada. Maafkan saya
kalau Anda bahagia, tetapi saya melihat dari kebanyakan orang. Walaupun mereka
memiliki uang, memiliki keluarga yang baik, kedudukan, semuanya adalah
sementara. Lihatlah negara kami, negara Au Lac, pernah begitu indah, penuh
damai. Kita pernah memiliki begitu banyak benda; kita pernah begitu kaya dalam
bahan tambang, pertanian, dan kebudayaan. Tetapi kemudian secara tiba-tiba, kita
tidak memiliki apapun. Tiba-tiba, semuanya menjadi terbalik, semuanya musnah.
Rakyat harus meninggalkan negara, sangat bahaya di laut, dan mereka harus
berperang untuk kelangsungan hidup. Banyak orang yang datang ke negara Anda
telah menjadi pahlawan di negara kami, telah menjadi jenderal, pemimpin
terkemuka, millioner, billioner di negara kami. Mereka bukan saja menjadi
miskin. Mereka bukan saja menjadi buta huruf. Mereka bukan saja menjadi tidak
berguna sama sekali, orang-orang yang patut dikasihani. Mereka pernah menjadi
orang-orang yang mulia di masa lalu, mereka pernah menjadi orang-orang yang
bijak, masyarakat terkemuka, kaya, penuh budaya. Itu hanyalah suatu
kesementaraan hidup yang adakalanya berubah dan membuat mereka menjadi tidak
memiliki apapun yang kemudian menistakan rakyat kami. Kemungkinan hal ini baik
untuk mereka, saya tidak mengetahuinya, bahwa kita adakalanya harus belajar
untuk turun ke bawah, menjadi rendah hati, dan untuk mengetahui bahwa terdapat
suatu kekuatan yang lebih besar daripada kemampuan tangan dan otak manusia kita.
Sehingga kita harus berbalik kepada Tuhan, berbalik untuk berlatih menjadi
Buddha, menyandarkan diri kepada kekuatan agung dari hakekat Kebuddhaan atau
Kerajaan Allah.
Itulah kemungkinan
alasannya kenapa kita adakalanya harus belajar melalui bencana untuk mengenali
Tuhan. Kalau tidak kita akan terus meraih keberhasilan dalam hidup kita dan
dengan menjadi begitu berhasil, kita menjadi terpisah, dan kita lupa darimana
kita berasal. Kita adalah anak-anak Tuhan; kita adalah Buddha. Jadi hak
kelahiran inilah yang harus kita tuntut. Tidak masalah melalui cara apa. Melalui
kebahagiaan, melalui kerinduan, atau melalui bencana.
Hidup Adalah
Sementara, Jadi Berlatihlah Sebelum Menjadi Terlambat
Kita harus tercerahkan
melalui berbagai cara. Sehingga, sebagaimana telah saya katakan sebelumnya,
terdapat begitu banyak jalan untuk menemukan kebijakan dalam diri kita. Jika
kita tidak merindukan untuk menemukannya sendiri, adakalanya sang Pencipta akan
mengirimkan bencana untuk membangunkan kita. Sehingga kita melihat bahwa sering,
pada waktu tertekan dan bencana, kita beroda lebih jujur, lebih hormat kepada
Tuhan daripada ketika kita sedang baik-baik, daripada ketika kita sedang
bahagia, atau dalam kondisi yang mantap. Bukankah demikian? Jadi, ketika kita
memiliki penyakit, atau keluarga kita ada yang meninggal, atau terdapat bencana,
barulah kita berdoa. Pada saat itulah kita baru ingat akan Tuhan dengan lebih
jernih. "Tolonglah, tolonglah, tolonglah....." Begitu banyak doa.
Nah, kita tidaklah
perlu harus menunggu sampai mendapatkan bencana agar ingat untuk berlatih lagi
menjadi Buddha atau menjadi seperti Kristus. Kita haruslah berlatih ketika kita
memiliki waktu, saat senang, dan dalam keadaan yang baik. Sehingga kita tidaklah
harus mengalami bencana. Apa yang kami istilahkan dalam Au Lac adalah:
Bersiap-sedia adalah lebih baik daripada menyembuhkan. Kita semua mengetahui
ini. Setiap negara akan berkata hal yang sama.Tetapi kita tidak melakukannya.
Kita hanya tidak bersiap-sedia. Kita hanya melakukannya, dan kemudian memetik
hasilnya dan kemudian kita meratap. Sekarang kita telah melewati 30, 40, 50
tahun kehidupan. Kita haruslah mengetahui sedikit banyak tentang sifat alami
kehidupan sementara ini. Kita haruslah memalingkan diri saat ini kepada Tuhan,
sehingga pada hari kita meninggalkan dunia ini, Tuhan membukakan kerajaan untuk
kita, Buddha menyambut kita. Bukan kegelapan, bukanlah alam keberadaan iblis
yang kita namakan kekuatan Setan, atau kekuatan Negatif, atau kekuatan Maya.
Jadi, saya berada
disini sebagaimana di tempat lainnya juga, hanyalah untuk menawarkan kepada Anda
suatu jalan untuk menemukan Keagungan kita sendiri. Dengan Tuhan, baik dan
bagus. Dengan Buddha, juga baik dan bagus. Tanpa Tuhan, tanpa Buddha Anda masih
dapat menemukan Keagungan Anda. Karena begitulah adanya Anda, Anda berasal dari
Tuhan. Anda terikat untuk kembali kepada Tuhan, apakah Anda mempercayainya
ataupun tidak. Begitulah adanya Anda, bagaimanapun Anda tidak dapat lolos. Jadi,
saya hanya akan menawarkan kepada Anda apa yang saya temukan sebagai suatu harta
karun, suatu harta karun tersembunyi di dalam diriku. Dan saya mengetahui bahwa
harta karun tersembunyi tersebut juga berada di dalam diri Anda. Saya hanya
dengan senang membantu Anda untuk mengetahui sifat keagungan Anda, harga diri
Anda. Dan kemudian Anda hidup di dunia ini sebagai raja, sebagai orang suci,
sebagaimana Kristus telah lakukan, sebagaimana Buddha telah lakukan. Dan tidak
memiliki sifat rendah diri yang rumit, dan tidak melakukan tugas Anda dengan
baik, dan tidak tidur dengan baik, merasa bersalah, memiliki penyakit,
berpenyakit badan dan pikiran. Itulah tujuan saya. Sekarang saya akan mengakhiri
ceramah saya. Terima kasih!
sumber : www.godsdirectcontact.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar