Selasa, 20 September 2016

Meninjau Ulang Paradigma Beragama

Idanim dharma pramaanaanyaaha.
Wedo'khilo dharmamulam.
Smrtisile ca tadvidam.
Aaacarascaiva saadhuunaam.
Atmanastustireva ca.
(Manawa Dharmasastra II.6) 

Maksudnya: 

Seluruh pustaka suci Weda adalah sumber pertama dari pada dharma atau agama. Kemudian Smrti, Sila, Acara (tradisi Veda) dan Atmanastusti yaitu kepuasan Atman. 


SLOKA Manawa Dharmasastra ini menjelaskan tahapan sumber-sumber penerapan agama Hindu atau dharma. Sumber yang tertinggi adalah Weda Sruti. Setelah itu Dharmasastra, kemudian Sila atau tingkah laku yang baik. Kemudian Acara atau tradisi Weda. Sedangkan puncaknya adalah kepuasan Atman. Ini artinya kunci suksesnya suatu penerapan ajaran suci Weda (agama Hindu) adalah terwujudnya kepuasan Atman bagi pemeluknya. Kepuasan Atman itu bukan kepuasan wisaya atau nafsu. Maksud dari sloka ini adalah keberhasilan dari suatu penerapan beragama Hindu jika umat makin mampu mewujudkan kesucian Atman dalam perilakunya sehari-hari. Kalau penerapan agama Hindu itu semakin membuat orang hidup untuk mengumbar hawa nafsu ini artinya beragama itu belum berhasil. 

Kegiatan beragama Hindu itu semestinya tolok ukurnya nilai-nilai agama yang bersumber dari Sastra Drsta artinya menurut paradigma kitab suci. Beragama Hindu di Bali lebih banyak tolok ukurnya menggunakan paradigma adat. Bahkan, adat yang jelas-jelas sudah usang dan bertentangan dengan isi kitab suci itu juga dijadikan tolok ukur dalam kehidupan beragama. Kalau ada pengkayaan kehidupan beragama yang sudah sangat dibutuhkan oleh zaman sering dituduh aliran sesat. Hal ini menyebabkan dari tahun ke tahun kehidupan beragama selalu terlambat memberikan dasar penguatan rohani kepada umatnya. 

Untuk itu, kehidupan beragama Hindu seperti di Bali ini belum menghasilkan umat yang memiliki kepuasan Atman. Bahkan sebaliknya, menghasilkan umat yang lebih banyak mengumbar kepuasan wisaya (hawa nafsu). Perhatikan saja pada tahun 2003 ini banyak terjadi orang yang mengumbar nafsu marah, nafsu permusuhan. Nafsu ingin menang dengan segala cara. Menyuap, menekan dengan kekuasaan, intimidasi, provokasi, penyingkiran kepada mereka yang berbeda pendapat atau mengritiknya. 

Hendaknya ada upaya untuk meninjau kembali cara pandang atau paradigma beragama dari supremasi adat pada supremasi ajaran agama Hindu atau Sastra Drsta. Nilai-nilai ajaran agamalah yang harus dijadikan sumber kekuatan untuk memelihara adat agama itu. Nilai-nilai ajaran agama Hindu demikian luasnya sebagaimana yang tercantum pada kitab suci Weda dan kitab-kitab Sastranya. 

Pada suatu zaman hanya ajaran yang dibutuhkan pada zaman itulah yang ditradisikan. Kalau zaman sudah berubah, umat pun membutuhkan perluasan ajaran agama dan memperkuat tradisi yang sudah ada. Pada kenyataannya perubahan dan peningkatan tradisi beragama sangat lamban, bahkan cenderung dihambat dalam menguatkan rohani umat menghadapi AGHT (ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan) kehidupan. 

Inilah persoalan yang sesungguhnya. Paradigma beragama itu perlu ditinjau ulang agar berhasil menguatkan jiwa umat menghadapi hidup. Meninjau ulang paradigma beragama itu agar kembali berorientasi pada supremasi ajaran Sastra Drsta. Dengan supremasi Sastra Drsta itulah dijadikan kekuatan untuk memelihara tradisi beragama (Acara). 

Selama ini kegiatan beragama tetap marak, bahkan serba kolosal. Nampaknya dalam kesemarakan beragama itu ada hal yang dilupakan. Misalnya, upacara yadnya semestinya menanamkan nilai-nilai Tattwa untuk diekspresikan dalam Susila atau perilaku mulia. Bermusuhan, arogan, mendendam, kekerasan politik, pemaksaan kehendak, menyalahgunakan uang untuk mencari kekuasaan tidak akan terjadi. Karena hal itu bukan tergolong Susila yang bersumber dari Tattwa Agama Hindu. 

Sampai dengan akhir tahun 2003 perbuatan yang bertentangan dengan Susila agama masih sangat marak terjadi. Perlu ada perubahan paradigma dalam mengaplikasikan dan mengapresiasi upacara yadnya, Susila dan Tattwa Agama Hindu agar menjadi seimbang. Dengan demikian penerapan dharma intisari Weda itu dapat menumbuhkan ''Atmanastuti'' pada diri umat Hindu. 

* I Ketut Gobyah 

  
sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net