Sabtu, 05 November 2016

MAKNA BANTEN DALAM UPACARA AGAMA HINDU

                      
                                                                  Oleh : I Ketut Wiana.
                                   Dosen Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Denpasar.
                                
Tiga Tujuan Beragama
Istilah Upacara dalam bahasa Sansekerta berarti mendekat.Tujuan idial dari mendekat adalah untuk mewujudkan keharmonisan. Keharmonisan  yang dinamis dan produktif untuk menghasilkan nilai-nilai spiritual dan material secara seimbang. Dalam kehidupan bersama keharmonisan yang dinamis,produktif berdasarkan kebenaran (Dharma) dan persamaan harkat dan martabat merupakan unsur yang mutlak. Keharmonisan akan terganggu kalau tidak berdasarkan kebenaran dan persamaan harkat dan martabat.Persatuan akan harmonis dan produktif apa bila persatuan itu merupakan tenunan warna warni yang indah dan memukau. Upacara Agama Hindu di Bali yang menggunakan Banten bertujuan untuk mendekatkan manusia dengan alam lingkungannya (kamadhuk),dengan sesama manusia (Praja) dan yang tertinggi mendekat kepada Tuhan (Praja Pati).Banten juga disebut Upakara. Kata Upakara dalam bahasa Sansekerta artinya melayani dengan penuh ramah tamah. Banten sebagai simbol untuk mewujudkan tiga tujuan mengamalkan ajaran Agama
Ada tiga tujuan megamalkan ajaran Agama yaitu ditujukan untuk membenahi kehidupan  diri sendiri dalam meningkatkan kwalitas diri pribadi (Swa Artha). Di tujukan untuk  menguat kan diri dalam mengabdi pada sesama makhluk ciptaan Tuhan (Para Artha) dan tujuan  yang tertinggi adalah untuk mengabdi dan berbhakti pada Tuhan Yang Mahaesa. Yang ketiga ini adalah tujuan yang tertinggi karena itu disebut Parama Artha.Parama artinya utama atau pertama. Artha artinya tujuan. Tujuan hidup yang tertinggi manusia adalah menempuh jalan Tuhan melalui Sradha dan bhakti serta pengabdian (Pujanam dan Sevanam). Tiga tujuan pengamalan ajaran agama Hindu  tersebut di tegaskan oleh Swami Satya Narayana. Tiga tujuan mengamalkan ajaran agama itu hendaknya dilakukan dengan landasan Yadnya yaitu mengabdi dengan ikhlas untuk berkorban demi tujuan yang mulia tersebut. Yadnya itu ada yang berwujud Dhana,ada yang berbentuk Tapa Brata Yoga Samamdhi dan ada juga berbentuk Upacara Agama.Tujuan Upacara Agama adalah untuk menumbuhkan sikap dan prilaku yang semakin dekat dengan Tuhan. Rasa dekat dengan Tuhan itu akan menumbuhkan prilaku yang semakin luhur dan membangun ketahanan mental menghadapi berbagai tantangan dan godaan hidup.Dalam Lontar Yadnya Prakerti disebutkan tentang arti dan makna Banten sbb:..... Sehananing  “bebanten “ pinaka raganta twi,pinaka warna rupaning Ida Bhatara, pinaka Andha Bhuwana. Artinya semua Bebanten adalah lambang diri mu sendiri,lambang kemahakuasaan Tuhan dan lambang Bhuwana isi alam semesta.

Berdasarkan uraian Lontar Yadnya Prakerti ini Banten memiliki tiga makna. Banten bermakna sebagai simbol manusia baik lahir maupun batin,bermakna untuk melambangkan berbagai wujud  Kemahakuasaan Tuhan dan Banten juga melambangkan keberadaan isi alam semesta ini berupa planet-planet isi ruang angkasa. Planet  isi ruang angkasa ini dalam Lontar Wrehaspati Tattwa disebut Andha yang artinya telor.Planet tersebut bentuknya bulat-bulat seperti telor.Dari penggambaran arti Banten seperti yang diuraikan dalam Lontar Yadnya Prakerti itu telah tergambar pula bahwa Banten itu juga sebagai sarana untuk mewujudkan nilai dan makna suatu Yadnya sebagai landasan bagi umat manusia untuk percaya dan bhakti pada Tuhan,untuk mengabdi dengan sesama manusia dan untuk mewujudkan kesejahtraan alam.Banten sebagai sarana beragama Hindu di Bali sesungguhnya memiliki arti Tattwa yang sangat dalam dan mendasar Selanjutnya dibawah ini akan diuraikan beberapa contoh Bebanten yang melambangkan tiga hal tersebut yaitu.
       
    1.Banten Pinaka Raganta Twi.
Banten yang melambangkan diri manusia baik lahir maupun batin diwujudkan dalam beberapoa banten.Misalnya banten tataban Alit yaitu Banten Peras,Penyeneng,Tulung dan Sesayut. Dalam Lontar Yadnya Prakerti disebutkan  sbb: Pras ngarania Prasidha Tri Guna Sakti.Prasidha artinya sukses mencapai tujuan.Tri Guna Sakti artinya dengan kekuatan Tri Guna. Kalau Tri Guna itu berposisi sesuai dengan proporsinya maka Tri Guna itu akan mebawa orang mencapai sukses dalam mencapai cita-cita hidupnya. Karena itu dapat kita tarik suatu pengertian bahwa Banten Peras bertujuan untuk menumbuhkan getaran spiritual melalui sarana ritual yang sakral untuk memposisikan Tri Guna agar sesuai dengan proporsinya.Dalam kitab Wrehaspati Tattwa .15 disebutkan tentang keberadaan Tri Guna sebagai pembentuk dasar sifat-sifat manusia. Dalam Wrehaspati Tattwa tersebut
dijelaskan: Pikiran yang ringan dan terang itu Sattwam namanya.
                 yang bergerak cepat,itu Rajah namanya.
                 yang berat dan gelap itu tamah namanya.
Demikianlah Tri Guna yang menentukan corak sifat-sifat manusia.Dalam Lontar Tattwa Jnyana 10  disebutkan bila Guna Sttwam bertemu dengan Guna Rajah,terang bercahayalah Citta (alam pikiran) itu.Itulah yang menyebabkan Atman dapat mencapai Sorga..Karena Guna Sattwam ingin berbuat baik,maka Guna Rajahlah yang menyebabkan orang melakukan perbuatan bik itu. Bila Guna Sattwam bertemu dengan Guna Rajah dan Tamah, itulah yang menyebabkan Atman menjelmaa menjadi manusia kedunia.Karena Sattwam Rajah dan Tamah tidaklah sejalan kehendaknya. Karena itu manusia harus berusaha untuk memposisikan Tri Guna itu menjadi posisi yang proporsional. Posisi Tri Guna yang proporsional itu adalah; apa bila Guna Sattwam kuat dan bersatu dengan Guna Rajah.Sedangkan Guna Tamah dapat dikuasi oleh kekuatan Guna Sattwam dan Guna Rajah.Kondisi yang seperti itulah yang diharapkan .Salah satu caranya diwujudkan dengan sarana banten Peras.Kalau kondisi tersebut terus dapat diwujudkan maka manusiapun akan mengenyam kesuksesan dalam perjuangan hidupnya mewujudkan hidup bahagia lahir batin.Banten Peras itu tidak pernah dipergunakan tersendiri.Banten ini selalu menyertai banten lainya seperti Daksina,Suci,Tulung,Sesayut dll nya.Ini melambangkan bahwa setiap usaha manusia membutuhkan perjuangan agar Sukses dengan cara memelihara dan menjaga kekuatan Tri Guna. Alas mebuat Banten Peras adalah disebut Taledan. Diatasnya di lapisi Kulit Peras yang ujungnya ada lekukanya.Dibawah Kulit Peras itu di isi sedikit  beras.Nasinya menggunakan dua buah Tumpeng.Disertai dengan tampelan,uang kepeng dan benang putih. Benang Putih inilah lambang Guna Sattwam,Uangnya lambang Guna Rajah dan berasnya yang terpisah berada dibawah Kulit Peras itu lambang Tamas. Sedangkan  Benang  dan  uangnya  berada  diatas  Kulit Peras. Hal ini melambangkan agar Guna Tamas berpisah dengan Guna Sattwam dan Rajah.Benang Putih dan Uang Kepeng itu selalu disatukan diletakan diatas Kulit Peras agar Guna Sattwam dan Guna Rajah selalu bersatu. Ini sama halnya dengan Pura Kahyangan Tiga di Desa Pakraman.Pura Puseh
umumya diletakan dalam satu areal dengan Pura Desa. Sedangkan Pura Dalem umumnya letaknya terpisah dengan Pura Puseh dan Pura Desa .Pura Puseh tempat memuja Dewa Wisnu.Dewa.  Wisnu sebagai Dewa pelindung Guna Sattwam. Dewa Brahma yang dipuja di Pura Desa sebagai pengendali Guna Rajah. Sedangkan Dewa Siwa Durgha yang dipuja di Pura Dalem sebagai pengendali Guna Tamah. Demikian juga 18 Purana dibagi menjadi Tiga bagian.Enam Satwika Purana tergolong sebagai Wisnu Purana.Enam Rajasika Purana yang tergolong Brahma Purana dan Enam lagi Tamasika Purana yang tergolong Siwa PUrana.Demikianlah tinggi dari suatu makna Banten Peras sebagai media  yang memvisualisasikan nilai-nilai spiritual Agama Hindu dalam wujud ritual yang sakral. Selanjutnya banten Soroan Alit  yang lainya adalah Banten Penyeneng.Bentuk Banten Penyeneng ini demikian indah dengan tiga kojongnya. Makna dari Banten Penyeneng ini tergambar dalam Puja Penganternya dan juga dari sudut arti kata Penyeneng..Nyeneg dalam bahasa Jawa Kuna dan juga sudah mewarga dalam bahasa Bali artinya hidup. Orang yang Nyeneng atau orang yang hidup secara wajar dan benar harus memenuhi tiga syarat yaitu mencipta,memelihara dan meniadakan .Hidup yang wajar dan benar itu adalah hidup yang selalu menciptakan sesuatu yang patut diciptakan.Agar selalu mendapatkan tuntunan dari Tuhan dalam mengembangkan daya cipta itu hendaknya memuja Dewa Brahma. Untuk memelihara sesuatu yang patut dipelihara  hendaknya memuja Dewa Wisnu  Sedangkan hidup yang wajar dan benar adalah menghilangkan sesuatu yang patut dihilangkan dengan memuja Dewa Siwa.. Puja Penganter Banten Penyeneng disebutkan adalah sbb: Om Kaki Penyeneg Nini Penyeneng Kajenenganing Brahma,Wisnu Iswara. Tiga Kojong itu berisi perlengkapan sbb:satu Kohjong berisi Bija atau Beras ini lambang hidup ini harus kreatif untuk mengembangkan bibit atau biji yang baik. Satu Kojongnya berisi Tepung Tawar lambang usaha untuk memelihara sesuatu  yang patut dipelihara Upaya tersebut  patut memohon tuntunan dengan memuja Dewa Wisnu. Kojong yang ketiga berisi nasi segau lambang upaya untuk menghilangkan sesuatu yang patut di hilangkan.Untuk itu seseorang patut memohon tuntunan Tuhan dengan memuja Dewa Siwa.Demikianlah arti dari banten Penyeneng. Selanjutnya Tulung. Banten ini juga memiliki tiga ruang, namun sangat berbeda bentuknya dengan Penyeneng. tiga ruang dari Banten Tulung in berisi nasi dengan lauk pauknya serta rerasmen. Banten ini juga melambangkan bahwa dalam hidup didunia ini manusia sebagai makhluk sosial harus saling tolong menolong. Tolong menolong itu dalam hal usaha untuk menciptakan sesuatu yang patut dicipkan yang patut dipelihara dan yang patut dihilangkan. Dalam hal ini juga terkait dengan pemujaan Dewa Tri Murti. Banten tataban Alit yang lainya adalah Banten Sesayut. Kata Sesayut dalam dalam bahasa Bali berasal dari kata “ayu” artinya selamat atau Rahayu. Kata Ayu ini mendapat penganter Dwi  Purwa lalu menjadi Sesayu.Dalam bentuk reduplikasi menjadi Sesayut artinya mencari “kerahayuan “.Ada seratus delapan lebih jenis Sesayut.Meskipun bentuk dan  perlengkapanya berbeda-beda.Namun ada bentuknya yang umum sama yaitu Kulit Sesayut.Bentuk Kulit Sesayut ini bundar maiseh dibuat dari daun kelapa yang sudah hijau atau di Bali disebut Selepan. Bentuk bundar maiseh ini dibuat dari daun kelapa secara bertahap dengan sentral ditengah sehingga membentuk bundaran.Hal ini menggambarkan bahwa dalam usaha untuk mencari Kerahayuan tidak boleh terlalu ambisius  harus dicapai dengan program yang bertahap. Demikian beberapa contoh Banten yang melambangkan harapan atau cita-cita manusia yang wajar ,baik dan benar.

           2.Banten Pinaka Warna Rupaning Ida Bhatara

Banten juga melambangkan Kemahakuasaan Tuhan. Ada banyak Banten yang melambangkan Kemaha Kuasaan Tuhan seperti Canang dan Kwangen, Canang disebut Canang karena ada canang didalam Banten Canang tersebut.Dalam tradisi Jawa Kuna sirih itu disebut Canang sebagai lambang penghormatan.Para tamu yang dianggap terhormat biasanya disuguhkan sirih sebagai lambang penghormatan. Demikianlah yang disebut Banten Canang dalam tradisi Hindu di Bali terdapat didalam Canang atau Sirh sebagai unsur yang terpenting. Sirih itu dalam Canang berbentuk Porosan. Selembar atau lebih daun sirih di isi sekerat pinang dan sedikit kapur lalu  dibungkus berbentuk segi tiga. Porosan itu lambang Tri Murti.Pinang lambang Dewa Brahma,Sirih lambang Dewa Wisnu dan kapur lambang kemahakuasaan Dewa Siwa. Tujuan menggunakan Canang dalam pemujaan Hindu adalah untuk mendapatkan tuntunan dari Tuhan dalam manifestasinya sebagai Hyang Tri Murti. Dalam Canang itu terdapat juga simbol-simbol yang menggambarkan sikap yang semstinya di wujudkan untuk mencapai karunia Hyang Tri Murti.Simbol tersebut misalnya setiap Canang  sampianya dibentuk dengan Reringgitan dan Tetuwasan. Dalam Lontar Yadnya Prakerti disebutkan bahwa : Reringgitan dan Tetuwasan itu lambang “kelanggengan meyadnya’.Bunga lambang kesucian dan ketulusan hati.Jadinya karunia Hyang Tri Murti dapat dicapai melalui ketulusan dan kesucian hati yang langgeng. Demikian juga Kewangen melukiskan sifat-sifat mulia Tuhan.Salah satu unsur Kwangen adalah mempergunakan Porosan Silih Asih. Porosan ini berbeda dengan Porosan biasa. Porosan Silih Asih menggunakan dua lembar daun sirih.Untuk membuat Porosan Silih Asih itu dua lembar daun sirih itu dipadukan sehingga perut daun sirih itu berpadu membentuk Porosan Silih Asih.Porosan Silih Asih iniu lambang bahwa Tuhan itu memiliki sifat Purusa dan Predana. atau disebut Juga Ardha Nareswari.Simbol ini biasanya dilukiskan sebagai laki dan perempuan bersatu sebagai simbol sifat Tuhan. Kwangen juga lambang Omkara. Kojongnya lambang  Okara,uang bolong lambang Windunya dan Sampian Kwangen atau cilinya lambang Ardha Chandra.Banten Dewa Dewi yang biasanya diletakan di Sanggar Tawang melambangkan bahwa Tuhan itu memiliki kewisesaan Purusa dan Predana. Banten Catur lambang bahwa Tuhan itu memiliki kekuasaan yang disebut Cadu Sakti. Cadu Sakti itu adalah Wibhu Sakti artinya Tuhan itu Maha ada, Prabhu Sakti Tuhan itu Maha kuasa,Jnyana Sakti Tuhan itu Maha Tahu dan Kriya Sakti Tuhan itu Maha Karya artinya tidak ada pekerjaan yang tidak buisa  dikerjakan  oleh Tuhan  Banten  Suci  melambangkan  wujud  kesucian  Tuhan  yang   menganugrahkan kemakmuran dan kebahagiaan pada umatnya yang taat mengikuti jalan yang ditunjukan.Karena itu jajan yang dipergunakan sebagai sarana utama dalam membuat Banten suci selalu warnanya putih dan kuning. Expresi kesucian Tuhan akan melimpahkan kebahagiaan yang dilambangkan dengan warna putih dan kemakmuran yang dilambangkan dengan warna kuning. Demikianlah beberapa Banten yang melambangkan sifat Tuhan. Sesungguhnya masih banyak Banten yang melambangkan sifat-sifat dan Kemahakuasaan Tuhan.Manusia sesungguhnya tidak mungkin dapat mengetahui sifat-sifat dan Kemahakuasaan Tuhan secara menyeluruh. Penggambaran sifat-sifat Tuhan dalam Banten, terbatas yang hanya mungkin dapat dilukiskan oleh manusia untuk didaya gunakan menuntun dirinya untuk menjadi manusia yang semakin berkwalitas hidupnya.

           3.Banten Pinaka Andha Bhuwana.

Pengertian Banten yang ketiga menurut Lontar Yadnya Prakerti adalah sebagai lambang alam semesta dengan segala isinya. Banten yang melambangkan keberadaan alam semesta ini juga banyak sekali.. Dalam tulisan ini ada beberapa saja yang akan disampaikan sebagai contoh. Misalnya banten Daksina. Banten Daksina ini adalah lambang alam stana terhormat dari Tuhan .Daksina memang artinya penghormatan.Kelapa dan telor sebagai sarana terpenting dari Daksina melambangkan alam itu sendiri. Karena Kelapa dan Telor itu memiliki unsur-unsur Panca Maha Bhuta yang lengkap. Kata Daksina artinya sebenarnya memberikan dengan tangan kanan.Dari kata tersebut lalu berkembang artinya menjadi menghormati dengan wujud yang nyata.Dari pengertian ini lalu terus berkembang menjadi Honorarium yaitu pemberian sesuatu sebagai wujud penghormatan.. Karena itu Daksina tersebut lambang alam  sebagai stana terhormat dari Tuhan.Banten lainya yang tergolong lambang alam adalah Banten Tumpeng.Tumpeng ini nasi yang dibentuk menyerupai gunung Banten Tumpeng ini memang juga lambang Gunung.Dalam Lontar Dharma Sunia Gunung itu bentuk ringkas dari Bhuwana. Bhuwana adalah perwujudan nyata dari Tuhan. Banten Soroan Pulagembal.ini melukiskan alam sebagai pernyataan kasih Tuhan pada umatnya agar ia terhindar dari keghidupan yang menderita. Banten Pulagembal ini melukiskan keberadaan alam ini lebih rinci dan lebih lengkap. Hal itu digambarkan dalam jajan atau cecalcalan yang dipergunakan. Ada jajan yang menggambarkan isi lautan,ada jajan yang melambangkan isi taman bunga.Ada jajan yang menggambarkan bungan kecita,bungan temu sekar agung dll. Ada jajan yang menggambarkan berbagai jenis burung-burung,seperti burung manuk  dewata,dakah,dikih,burung ngos-ngosan,,kedis dimgkih.Ada jajan yang melukis air,ada yang melukiskan bangunan;seperti jajan Kemulan,jajan taksu,cakraning pedati Jajan yang melukiskan air adalah jajan taman,jajan gumelar dan gumulung. Ada jajan yang melukiskan waktu seperti jajan lemah lemeng.Dan ada juga jajan yang melukiskan senjata Dewata Nawa Sanga.Banten Pulagembal menggambarkan keadaan alam yang indah dan lestari sebagai sumber kehidupan dan penghidupan umat manusia. Dalam bentuk yang lebih lengkap dan lebih besar Banten Pulagembal  ini menjadi Banten Sarad.Banten Sarad sebagai Pula Gembal yang ceritranya memiliki thema-thema tertentu. Themanya diambil dari ceritra Maha Bharata dan Ramayana. Banten Pulagembal ini Dewanya adalah Dewa Gana .Dewa Gana adalah Dewa  yang berfungsi sebagai Dewa yang memberikan kasih sayang yang tulus dalam wujud  perlindungan  yang nyata pada umat dari berbagai halangan dalam hidup atau disebut  Wighna - ghna Dewa .Banten yamg melambangkan alam yang dasyat adalah Banten Bebangkit.Isi Banten Bebangkit berlawanan dengan Pulagembal. Bebangkit adalah Banten yang melambangkan alam dalam keadaan yang dasyat. Karena Dewa dari Banten Bebangkit adalah Dewi Durgha. Karena itu Banten Bebangkit selalu disertai dengan Banten Pulagembal. Sedangkan Banten Pulagembal lambang alam yang positif dapat dipergunakan sendiri tanpa disertai dengan Banten Bebangkit. Banten Pulagembal dan Banten Bebangkit ini melambangkan positif dan negatif.Alam ini memiliki dimensi positif dan dimensi negatif.Kalau manusia memberikan kasih pada alam lingkungan untuk melakukan Bhuta Hita seperti diajarkan dalam Sarasamuscaya 135 maka alam itu akan memberikan dampak positif.Kalau hanya mengambil keuntungan saja dari alam tanpa mau berkorban untuk menjaga kelestarianya maka alam itupun akan menampakan wujudnya yang mengerikan. Alam dalam wujud yang mengerikan inilah yang dilambangkan oleh Banten Bebangkit. Karena itu diman ada ada Banten Bebangkit disana pasti ada Banten Sekar Taman.Banten Sekar Taman Dewanya  adalah Dewa Smara dan Dewi Ratih. Dewa Smara dan Dewi Ratih adalah Dewanya kasih sayang (Dewi Prema).Ini artinya alam yang dahsyat itu kalau di kashi oleh umat manusia maka ia akan menjadi positif. Karena itu setiap ada Banten Bebangkit ada juga Banten Pula Gembal. Sesungguhnya banyak simbol-simbol dalam upacara Agama Hindu yang melukiskan keberadaan alam itu sendiri sebagai wadah dari kehidupan umat manusia. Demikianlah sekilas arti dan makna Banten yang menjadi salah satu unsur yang sangat utama dalam mengamalkan ajaran Agama Hindu di Bali dalam kehidupan sehari-hari.  

Jadinya dengan sarana Banten atau Bali  manusia mendekatkan dirinya  dengan Tuhan,dengan sesama manusia dan dengan alam ingkunganya.Kekuatan itu akan muncul apa bila manusia selalu menjaga ketiga keharmonisan tersebut.Kekuatan berupa keharmonisan itu menjadi sumber untuk membangun kehidupan yang berbahagia. Nampaknya dengan Banten inilah  istilah Bali lebih dikongkritkan  dalam wujud Upakara yang  disebut Bnaten itu. Namun belakangan ini Upacara Agama Hindu dengan sarana banten ini mengalami  kemerosotan makna. Karena umumnya umat Hindu di Bali belum begitu banyak yang paham akan arti Upacara dengan Bebantenya itu. Hal ini menyebabkan pemaknaan suatu Upacara Agama Hindu tidak berlanjut sampai pada aplikasi dalam prilaku karena hanya mentok di tingkat Upacara semata.Hal ini ditunjang oleh hasil penelitian Cliford Geert seorang anthropolog Amerika Serikat yang meneiliti di Bali sekitar th 1967/1969. Salah satu hasil penelitianya adalah : Orang Bali (Hindu) sangat sibuk dengan Upacara-Upacara Agama yang tidak dimengertinya. Hasil penelitain ini tidak perlu  membuat kita tersinggung. Namun yang penting artinya sebagai kritik membangun semangat kita untuk mendalami arti dan makna dari Banten yang dipakai dalam kehidupan beragama Hindu di Bali. Karena itu mari kita coba buktikan bahwa dewasa ini hal itu tidak terbukti lagi. Ini artinya buktikanlah dengan nyata bahwa Upacara itu kita wujudkan dengan konsep yang benar dan sesuai dengan Sastranya.Upacara Yadnya membangun keharmonisan yang dinamis dan benar-benar produktif untuk memunculkan nilai-nilai spiritual dan material secara seimbang dan kontinue untuk mewujudkan hidup yang berkwalitas .
                        Demikianlah sumbangan pikiran ini semoga ada gunanya.
                                         Om Santih Santih Santih Om.
                                                                                        Nusa Dua 3 Nopember 2003 .
                                                                                              Om Ksamaswamam.       

                                                                        ( I Ketut Wiana).                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net