Minggu, 06 November 2016

BANTEN MENGGUNAKAN DAGING

                                          Oleh “ I Ketut Wiana

Sifat manusia dibentuk oleh Tri Guna.Ada yang menonjol sifat Thamasiknya,ada yang sangat Rajasik dan ada juga yang  hidupnya sangat tenang dan damai  karena dikuasai oleh  Guna  Sattwam.  Disamping memiliki sifat yang beraneka ragam, manusia juga memiliki kemampuan yang sangat berbeda-beda.Karena itu cara beragamapun bagi ketiganya berbeda-beda.Banten ibarat alat peraga bagi siswa yang sedang belajar. Bagi anak-anak tingkat Sekolah Dasar alat peraga itu sangat dibutuhkan.Menghitung sederhana saja mereka membutuhkan alat peraga seperti lidi dll. Namun kalau sudah Mahasiswa menghitung sederhana seperti itu tentunya tidak perlu pakai alat peraga.Demikian juga halnya dengan Banten sebagai sarana Upacara Keagamaan Hindu.Banten itu adalah sarana sebagai alat peraga melakukan bahkti. Penggunaan tumbuh-tumbuhan dan berbagai jenis hewan sebagai sarana upacara  berdasarkan Manawa Dharmasastra V.40.Tumbuh-tumbuhan dan hewan yang dijadikan sarana upacara Agama akan lahir dalam tingkatan yang lebih tinggi pada kelahiranya yang akan datang. Demikian juga dalam  Sloka berikutnya yaitu V.41 dan 42 ditegaskan bahwa :seorang Dwijati yang mengetahui arti sebenarnya dari Weda,menyemblih seekor hewan dengan tujuan tersebut,menyebabkan dirinya sendiri bersam-sama hewan tersebut masuk kedalam keadaan yang sangat membahagiakan. Namun dalam  adyaya V Sloka 43 disebutkan seorang Dwijati sama sekali tidak boleh menyakiti makhluk lain kalau tidak berdasarkan Weda. Dalam sloka selanjutnya ada makna yang menegaskan tidak dibenarkan menyemblih hewan untuk tujuan rekreatif. Bahkan dalam Adyaya V,Sloka 54 disebutkan bahwa  sangat besar pahalanya kalau orang mampu tidak makan daging. Dalam Sloka 55 ditegaskan lagi bahwa” Mamsah “ yang berarti daging pada hakekatnya  dinyatakan oleh orang-orang bijkasana berarti “saya dia” yaitu yang dagingnya saya telan dalam hidup ini, ia yang menelan saya kemudian hari. Dalam kehidupan beragama Hindu di Bali sudah disediakan  tingkatan-tingkatan  upacara untuk semua  jenis sifat dan watak serta kemampuan umat.Bagi mereka yang ingin melakukan upacara Agama tanpa menggunakan  hewan yang disemblih pilihlah upacara yang kecil dari wujud fisiknya namun nilai spiritualnya tidaklah kalah dengan yang besar. Kalau memilih yang kecil sehingga tidak perlu memakai daging hewan yang disemblih.Misalnya untuk Bhuta Yadnyanya dapat digunakan Segehan saja.Karena segehan lauk pauknya cukup bawang jahe. Kalau dalam bentuk yang lebih besar sepanjang petunjuk-petunjuk Lontar yang ada umumnya disemblih seperti Caru Eka Sata,Panca Sata dst. Namun dalam kehidupan beragama yang lebih banyak memberikan pilihan pada umat  Lontar-Lontar tersebut dapat di tafsirkan ulang oleh para  Pandita untuk   disesuaikan dengan perkembangan pemahaman umat  dalam melakukan Upacara yadnya.Dalam prektek saya sering menjumpai Pandita membolehkan orang Nyambleh menggunakan anak ayam dan kucit tanpa perlu memotong leher ayam dan kucit tersebut..Cukup  dipersembahkan dengan mencabut  bulu kepalanya dan terus dilepas tersebut.Cukup dipersembahkan dengan mencabut bulu kepalanya saja kemudian anak ayam dan kucit itu dilepas.Lebih-lebih pada jaman Kali ini tekanan beragama bukanlah pada Upacara yadnya tetapi pada pelayanan kepada sesama dan alam serta pemujaan pada Tuhan dalam wujud Japa dan Dhyana. Wujud Upacara Agama sebaiknya pilihlah yang lebih sederhana saja,namun lebih menekankan pada aspek spiritualnya dan pelayanan sosial yang langsung menyentuh kehidupan yang lebih nyata dalam  masyarakat.
                                    
  BUBUKSAH DAN GAGAK AKING.

Dalam lontar Bubuksah dan Gagak  Aking ada diceritrakan  dua orang bersaudara  yaitu Gagak Aking dan adiknya Bubuksah. Keduanya Nangun Tapa. Kakaknya bertapa di bagian tengah gunung dan adiknya dipangkal gunung. Kakaknya yang bertapa diatas tidak makan daging. Namun Bubuksah dibawah adalah memakan daging. Keduanya bersaudara dan tidak saling mencela.Mereka berdua saling kasih mengasihi dan hormat menghormati.Mereka tidak pernah mempertentangkan tentang cara mereka bertapa. Kedua-duanya  mendapatkan kesempurnaan rokhani.Akhir ceritra kedua-duanya mencapai Moksha. Ceritra ini adalah ceritra Lontar di Bali. Nampaknya perbedaan pandangan tentang penggunaan daging dan makan daging itu sama-sama memiliki landasan yang kuat dalam Sastra Agama Hindu.Hal ini  menimbulkan perbedaan persepsi tentang hal itu .Untuk tidak menimbulkan pertentangan maka munculah ceritra Bubuksah dan Gagak Aking tersebut. Ceritra tersebut untuk menjembatani perbedaan tersebut. Yang terpenting dalam memahami perbedaan itu adalah saling hormat menghormati dan tidak saling mencela dan mengunggulkan pandangan masing-masing. Hindu memberikan jalan yang cukup luas kepada setiap orang dan setiap golongan untuk menuju jalan kebenaran dan jalan Tuhan. Mencela orang lain adalah Himsa.Meskipun kita seorang yang tidak makan daging namun kalau sehari-hari kerja kita hanya mencela saja itu bukanlah seorang  pengamal ajaran Ahimsa. Mengamalkan ajaran Ahimsa tidaklah sekedar tidak makan daging. Hal itu baru  permulaan yang awal saja. Kalau salah cara memahami kita bisa egois merasa diri paling suci dan paling beragama dan menganggap semua orang yang makan daging itu adalah raksasa. Kalau vegetarien sebagai pilihan yang dirasakan sangat  baik lakukanlah hal itu dengan sungguh-sungguh tanpa mencela dan tidak merasa diri super Lebih-lebih dalam soal membunuh tidak ada satu orang pun yang hidup di dunia ini lepas dari mebunuh. Menurut Manawa Dharmasastra III,68 menyebutkan setiap Kepala Keluarga memiliki lima tempat penyemblihan yaitu tempat masak,batu pengasah,sapu,lesung, dan alu. Membunuh itu memang dosa. Untuk menebus Dosa tersebut Manawa Dharmasastra III,69 mengajarkan agar setiap keluarga melakukan Panca Yadnya setiap hari. Panca Yadnya tersebut adalah dalam wujud  upacara berbentuk Yadnya Sesa habis masak. Sebaiknya lengkapi pula dengan melakukan Japa,Dhyana dan Seva sesuai dengan kemampuan masing-masing. Yang terpenting adalah adanya perobahan dalam diri menuju perobahan yang semakin baik dalam kehidupan sehari-hari. Inilah tujuan beragama.
  

                      MENYEMBLIH   KEMALASAN DAN KESERAKAHAN.

Hidup  adalah perjuangan sepanjang jaman. Kita selalau berjuang menghadapi pergolakan  baik buruk,benar salah. Kalah  berjuang melawan pergolakan tersebut kita akan ditimpa oleh kemiskinan  moral dan kemiskinan material. Salah satu bentuk kekalahan tersebut adalah  berupa kemalasan dan keserakahan.. Kemalasan akan melahirkan kemiskinan kultural. Keserakahan akan melahirkan kemiskinan struktural. Meskipun Tuhan sudah menciptakan alam yang subur kalau kita malas kesuburan  alam tersebut  tetap akan membuat kita menjadi miskin ibarat ayam mati bertelor dilumbung padi. Meskipun kesempatan kerja  melintang luas dihadapan kita kalau kita malas kitapun juga akan tetap miskin.. Keserakahan  akan membuat  orang lain menjadi miskin.  Pertumbuhan ekonomi yang baik tidak akan membawa pemerataan yang adil kalau  dalam  pertumbuhan tersebut  ada pihak-pihak yang serakah mementingkan diri sendiri dalam menikmati hasil-hasil pembangunan tersebut.. Hasil pembanguan ekonomi misalnya  haruslah dibagikan secara adil kepada pengusaha,pekerja dan pajak untuk negara.. Kalau  pengusaha itu adalah orang yang serakah iapun akan mementingkan dirinya sendiri saja. nasib karyawanpun akan manjadi  miskin. Demikian juga kalau aparat negara itu serakah pajakpun akan diselewengkan untuk kepentingan dirinya sendiri.. Rakyat kecilpun tidak akan mendapatkan  dampak positif dari suatu pertumbuhan pembangunan tersebut.. Keserakahan  itulah yang akan menimbulkan kemiskinan struktural.. Karena itu salah satu makna perayaan Galungan adalah untuk melawan sifat-sifat malas dan serakah itu. Malas dan serakah adalah perwujudan Adharma dalam diri.. Dalam mitologi Galunagn Adharma itu dilukiskan sebagai Sang Kala Tiga Galungan. Malas dan serakah adalah wujud nyata  dari sifat-sifat Sang Kala Tiga Galungan tersebut   Sang Kala Tiga Galungan itu dilukiskan turun pada waktu Redite Paing Wuku Dungulan. Pada hari inilah dianjurkan oleh Lonatr Sunarigama untuk melakukan  “ Anyekung Jnyana Nirmalakena . Artinya memusatkan dan menyucikan  potensi rokhani. Sedangkan Senin Pon melakukan Yoga Semadhi. Pada Hari Penampahan Galungan  disimbolkan untuk melenyapkan segala sifat-sifat  Sang Kala Tiga  Galungan tersebut. Pada Hari Penampahan Galungan umat Hindu melakukan Upacara Natab Sesayut Penampahan untuk menghilangkan sifat-sifat Kala tersebut. Hal ini dilukiskan melakukan Pamiak Kala  Lara Melaradan. Artinya menghilangkan  sifat-sifat Kala Tiga yang menimbulkan penderitaan dan kemelaratan. Pada Hari Penampahan ini umat pada umumnya menyemblih ayam dan babi untuk melengkjapi sarana upacara. Sesungguhnya bukan menyemblih ayam dan babi  itu menjadi ciri utama  penampahan Galungan . Yang paling penting hari itu kita di ingatkan untuk menyemblih sifat-sifat malas dan serakah.  Babi lambanag sifat malas dan ayam lambang sifat serakah,suka bertengkar dan mementingkan diri sendiri.

               MENYEBARKAN KEMENANGAN KESELURUH PENJURU

Pada Hari Raya Galungan umat  menghaturkan Banten Galungan .Salah satu unsur Banten Galungan yang penting adalah ada yang disebut Banten “ Pakideh”. Banten Pakideh ini seperti Banten Sodaan biasa cuma nasinya dibuat dari dua tumpeng  kembar yang kecil-kecil ditambah dengan Pelas dan Kecai. Pada waktu Galungan  Banten inilah yang diaturkan kesegala tempat pemujaan diwilayah Desa seperti Kahyangan Tiga,  Pura Subak,Pura Melanting Pura Penataran, Pemujaan Keluarga dll.. Banten Pokok lainya adalah Tumpeng Galungan yang lebih besar dari Tumpeng Pakideh   Pada wacana Galungan kali ini saya akan  bahas tentang Banten Pakideh.. Menurut Guru saya Ibu IGst Agung Mas Putra (almarhum). Pakideh itu berasal dari kata “ paha  dan ideh “. Paha  dalam bahsa Bali membagi-bagikan dan “ideh” artinya keliling atau keseluruh penjuru.. Tumpeng kembar itu adalah lambang keseimbangan lahir batin sebagai hasil kemenangan Dharma melawan Adharma.  Kemenangan ini ada yang dicapai secara individu ada yang dicapai secara bersama-sama.. Sebagai makhluk sosial manusia tidaklah benar kalau  ia hanya asiik pada kenikmatanya sendiri.  Manusia harus saling memperhatikan satu sama lainya secara benar. Bagi mereka yang nasibnya beruntung jangan lupa memperhatikan nasib mereka yang belum beruntung. Marilah kita ingat doa Parhlada yang tidak mengharapkan Kerajaan (jabatan),tidak pula mengharapkan Sorga,tidak pula mengharapkan menjelma menjadi manusia yang hebat. Hanya satu yang ia harapkan adalah  “ mengabdi pada mereka yang menderita”. Jadinya nilai  spiritual dari Banten  Pakideh itu untuk menyebarkan kemenangan Dharma itu pada mereka yang menderita. Mereka yang menderita itu adalah mereka yang miskin materi,miskin rokhani, yang ketakutan,yang sedih,yang sakit, yang kecewa, yang putus asa, yang suka marah, yang mudah tersinggung, yang sering kasar ,yang membutuhkan bantuan dan juga mereka yang sombong, yang angkuh,egois.,rakus serta mereka yang mabuk akan kekayaan,kekuasaan  maupun karena kepandaianya.. Kalau anda  kebetulan sebagai pegawai disuatu instansi layanilah dengan  tulus  mereka yang membutuhkan pelayanan sesaui dengan ketentuan. Jangan lah mereka dijadikan objek untuk diperas. Janganlah mereka yang berperkara dijadikan objek untuk mengeruk kekayaan. Bagi yang bekerja di bidang kesehatan janganlah orang sakit dijadikan objek untuk mencari kekayaan.. Kalau anda seorang penguasa janganlah kekuasaan itu dijadikan  alat untuk  menimbun kekyaan. secara tidak benar. Jadikan semua keberuntungan itu  sebagai kesempatan untuk mengabdi pada mereka yang membutuhkan . Tentunya sesuai dengan kemampuan Nilai-nilai spiritual Galungan itu janganlah dibiarkan mentok ditingkat  ritual semata.. Melayani mereka yang menderita itu bukanlah berarti memanjakan mereka yang menderita seperti membagi-bagikan sembako cuma-cuma. Namun bangkitkanlah  semangat hidup mereka  .untuk mengatasi penderitaanya.Inilah bantuan yg terpenting.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net