Upacara Potong Gigi
menggunakan beberapa jenis banten. Ada banten
Byakala lambang penyucian lahiriah (Sekala ). Ada banten Prayascita
lambang penyucian alam pikiran yang disebut Citta dan ada banten Tataban.
Banten Tataban ini sangat tergantung pada besar
kecilnya upacara. Ada yang
menggunakan Tumpeng saja. Ada yang menggunakan Banten Tataban Alit
seperti Peras Penyeneng Tulung dan Sesayut. Ada juga yang lebih tinggi yaitu
Pula Gembal bahkan sampai Bebangkit.Sangat tergantung pada Banten yang munggah
ke Sanggar Surya. Semakin besar Banten yang munggah ke
Sanggah Surya semakin besar banten Tataban yang digunakan.Demikian juga banten Carunya juga mengikuti Banten yang munggah ke Sanggah
Surya.Semua jenis Banten Tataban sudah pernah diulas dalam rubrik ini.
Disamping Banten Byakala,Prayascita dan Banten Tataban tersebut upacara Potong
Gigi menggunakan beberapa jenis Banten pokok dan perlengkapan lainya. Ada kasur tempat orang yang
akan diupacarai Potong Gigi menggunakan tikar yang berlukiskan gambar Dewa Smara dan Dewi Ratih.Upacara Potong Gigi ini menggunakan suatu bentuk banten yang
disebut Bale Gading. Banten ini berbentuk
bale yang mini dibuat dari bambu
gading dihiasi dengan bunga-bunga yang berwarna putih dan kuning.Didalamnya di isi dengan banten Peras,ajuman, Daksina,Suci,Canang
dan raka-raka. Banten Bale Gading ini
adalah lambang stana
Dewa Smara dan Dewi Ratih.Upacara Potong
Gigi ini sebagai suatu lambang perjuangan hidup merobah diri dari
sifat-sifat keraksasaan menuju sifat-sifat kedewaan yang penuh dengan kasih
sayang. Dewa Smara dan Dewi Ratih adalah manifestasi Tuhan dalam fungsinya
sebagai Dewa Kasih sayang.Salah satu
ciri sifat-sifat Kedewaan adalah memancarkan kasih sayang yang
murni.Sesungguhnya Upacara Potong Gigi ini hanyalah simbolis yang sakral bahwa
seseorang telah memiliki sifat-sifat kasih sayang dan telah mampu mengalahkan
sifat-sifat kebencian.Kasih sayang antara Dewa Smara dan Dewi Ratih bukanlah
kasih yang didorong oleh hawa nafsu.Kasih Dewa dan Dewi itu adalah kasih Tuhan sendiri yang suci. Upacara Potong Gigi ini
juga sebagai simbolis bahwa seseorang
itu sudah dewasa. Salah satu ciri
orang sudah dewasa adalah mampu
menyingkirkan rasa benci pada dirinya sendiri.Hal inilah yang menyebabkan
timbulnya istilah ‘dewasa”
Kata Dewasa ini berasal dari bahasa Sansekerta dari kata Dewa artinya sinar
atau terang. Dalam bentuk genetive
menjadi Dewasia artinya memiliki
terang. Dari kata Dewasia ini
lama-lama menjadi Dewasa dalam bahasa
Indonesia. Orang yang telah memiliki jiwa yang teranglah dapat disebut
Dewasa.Jiwa terang ini adalah suatu kemampuan
melihat dengan jelas mana yang baik dan mana yang buruk.Mana yang benar
dan mana yang tidak benar.Kalau ada
orang yang masih jiwanya
digelapkan oleh hawa nafsunya meskipun umur sudah lanjut dia belumlah tepat
disebut Dewasa. Selain Banten Bale Gading juga dilengkapi dengan Sampian Teg-Teg yang dibuat dari daun lontar..Juga disiapkan
“bungkak “ kelapa Gading yang di Kasturi
atau dipotong bagian atasnya terus airnya dibuang.
Bungkak kelapa Gading ini dipakai
sebagai tempat pembuangan ludah
orang yang di potong giginya dalam
Upacara ini. Dalam upacara potong
gigi ini ada juga dipergunakan “Pedangal “ yang dibuat dari tiga potong kayu
dapdap dan tiga potong tebu malem ( tebu ratu ). Pedangal ini
digunakan sebagai pembatas antara
gigi bagian atas dan gigi bagian bawah yang digunakan saat upacara
potong gigi dilangsungkan.Pohon Dapdap
dalam Lontar Taru Premana disebutkan Taru Sakti.Sedangkan Tebu lambang pemujaan Dewa Brahma. Taru Sakti lambang
permohonan agar yang diupacarai mendapatkan kekuatan dan kemampuan untuk
mengembangkan hidup dan kehidupan untuk Dharma. Sakti itu artinya kuat atau
mampu. Kekuatan dan kemampuan itu untuk menegakan Dharma sebagai dasar untuk
mendapatkan Artha dan mengarahkan Kama.
Kama atau keinginan itu harus yang diarahkan dari keinginan yang didorong oleh
hawa nafsu menjadi keinginan untuk selalu menempuh jalan Tuhan. Dari
Dharma,Artha dan Kama itulah baru Moksha
dapat dicapai. Sedangkan Tebu sebagai
lambang pemujaan Brahma. Kata Brahma berasal dari kata” Brh “ artinya mencipta
atau tumbuh. Ini artinya semoga orang yang diupacarai potong gigi ini mendapatkan kekuatan untuk mengembangkan dirinya menjadi
manusia yang penuh dengan daya kreatif
untuk tujuan positif.Tebu juga sebagai lambang untuk memohon agar manusia itu hidup berencana.Orang yang
hidupnya selalu berencana akan lebih
efisien dan segala sesuatunya sudah diperhitungkan jauh-jauh hari.Orang yang
mampu merencanakan dengan baik perjalanan hidupnya akan dapat memperkecil
resiko hidup.
Dari : I Ketut Widyananda
Hal : Naskah Untuk Rubrik Kembang Rampe di Nusa Tenggara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar