Kamis, 12 Januari 2017

MAKNA BANTEN SEMARA RATIH DALAM UPACARA POTONG GIGI

Upacara Potong Gigi menggunakan beberapa jenis banten. Ada banten  Byakala lambang penyucian lahiriah (Sekala ). Ada banten Prayascita lambang penyucian alam pikiran yang disebut Citta dan ada banten Tataban. Banten Tataban ini sangat tergantung pada besar  kecilnya upacara. Ada yang  menggunakan Tumpeng saja. Ada yang menggunakan Banten Tataban Alit seperti Peras Penyeneng Tulung dan Sesayut. Ada juga yang lebih tinggi yaitu Pula Gembal bahkan sampai Bebangkit.Sangat tergantung pada Banten yang munggah ke Sanggar Surya. Semakin besar Banten yang munggah  ke  Sanggah Surya semakin besar banten Tataban yang  digunakan.Demikian juga banten Carunya  juga mengikuti Banten yang munggah ke Sanggah Surya.Semua jenis Banten Tataban sudah pernah diulas dalam rubrik ini. Disamping Banten Byakala,Prayascita dan Banten Tataban tersebut upacara Potong Gigi menggunakan beberapa jenis Banten pokok dan  perlengkapan lainya. Ada kasur tempat  orang yang  akan diupacarai Potong Gigi menggunakan tikar yang berlukiskan  gambar Dewa Smara dan Dewi Ratih.Upacara  Potong   Gigi ini menggunakan suatu bentuk banten yang disebut Bale Gading.  Banten ini  berbentuk  bale yang  mini dibuat dari bambu gading dihiasi dengan bunga-bunga yang berwarna putih dan  kuning.Didalamnya  di isi dengan banten Peras,ajuman, Daksina,Suci,Canang dan raka-raka. Banten Bale Gading  ini adalah  lambang  stana  Dewa Smara dan Dewi Ratih.Upacara Potong  Gigi ini sebagai suatu lambang perjuangan hidup merobah diri dari sifat-sifat keraksasaan menuju sifat-sifat kedewaan yang penuh dengan kasih sayang. Dewa Smara dan Dewi Ratih adalah manifestasi Tuhan dalam fungsinya sebagai Dewa  Kasih sayang.Salah satu ciri sifat-sifat Kedewaan adalah memancarkan kasih sayang yang murni.Sesungguhnya Upacara Potong Gigi ini hanyalah simbolis yang sakral bahwa seseorang telah memiliki sifat-sifat kasih sayang dan telah mampu mengalahkan sifat-sifat kebencian.Kasih sayang antara Dewa Smara dan Dewi Ratih bukanlah kasih yang didorong oleh hawa nafsu.Kasih Dewa dan Dewi itu adalah kasih Tuhan  sendiri yang suci. Upacara Potong Gigi ini juga sebagai simbolis  bahwa seseorang itu sudah dewasa. Salah satu ciri  orang  sudah dewasa adalah mampu menyingkirkan rasa benci pada dirinya sendiri.Hal inilah yang menyebabkan timbulnya istilah ‘dewasa” Kata Dewasa ini berasal dari bahasa Sansekerta dari kata Dewa artinya sinar atau terang. Dalam bentuk genetive  menjadi Dewasia  artinya memiliki terang. Dari kata  Dewasia ini lama-lama  menjadi Dewasa dalam bahasa Indonesia. Orang yang telah memiliki jiwa yang teranglah dapat disebut Dewasa.Jiwa terang ini adalah suatu kemampuan  melihat dengan jelas mana yang baik dan mana yang buruk.Mana yang benar dan mana yang tidak benar.Kalau ada  orang yang  masih jiwanya digelapkan oleh hawa nafsunya meskipun umur sudah lanjut dia belumlah tepat disebut Dewasa.  Selain Banten Bale  Gading juga dilengkapi dengan  Sampian Teg-Teg yang  dibuat dari daun lontar..Juga disiapkan “bungkak “ kelapa Gading yang  di Kasturi atau dipotong bagian atasnya terus airnya dibuang.  Bungkak kelapa Gading ini  dipakai sebagai tempat  pembuangan ludah orang  yang di potong  giginya dalam  Upacara ini. Dalam  upacara potong gigi ini ada juga dipergunakan “Pedangal “ yang dibuat dari tiga potong kayu dapdap dan tiga potong tebu malem ( tebu ratu ). Pedangal  ini  digunakan sebagai pembatas antara  gigi bagian atas dan gigi bagian bawah yang digunakan saat upacara potong  gigi dilangsungkan.Pohon Dapdap dalam Lontar Taru Premana disebutkan Taru Sakti.Sedangkan Tebu lambang  pemujaan Dewa Brahma. Taru Sakti lambang permohonan agar yang diupacarai mendapatkan kekuatan dan kemampuan untuk mengembangkan hidup dan kehidupan untuk Dharma. Sakti itu artinya kuat atau mampu. Kekuatan dan kemampuan itu untuk menegakan Dharma sebagai dasar untuk mendapatkan  Artha dan mengarahkan Kama. Kama atau keinginan itu harus yang diarahkan dari keinginan yang didorong oleh hawa nafsu menjadi keinginan untuk selalu menempuh jalan Tuhan. Dari Dharma,Artha dan Kama  itulah baru Moksha dapat  dicapai. Sedangkan Tebu sebagai lambang pemujaan Brahma. Kata Brahma berasal dari kata” Brh “ artinya mencipta atau tumbuh. Ini artinya semoga orang yang diupacarai potong gigi ini mendapatkan  kekuatan untuk mengembangkan dirinya menjadi manusia yang  penuh dengan daya kreatif untuk tujuan positif.Tebu juga sebagai lambang untuk memohon  agar manusia itu hidup berencana.Orang yang hidupnya selalu berencana akan  lebih efisien dan segala sesuatunya sudah diperhitungkan jauh-jauh hari.Orang yang mampu merencanakan dengan baik perjalanan hidupnya akan dapat memperkecil resiko  hidup.



Dari : I Ketut Widyananda

Hal : Naskah Untuk Rubrik Kembang Rampe di Nusa Tenggara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net