Rabu, 11 Januari 2017

CARU PANCA KELUD DAN PRABHU ANGLING DHARMA

  Menurut Lontar Dangdang Bang Bungalan Caru Panca Kelud adalah Caru tingkat madia.Binatang korbanya  menggunakan binatang korban seperti Caru Panca Sanak ditambah dengan kambing dan angsa.Binatang yang dipergunakan dalam Caru Panca Kelud selengkapnya adalah sbb: lima ekor ayam,anjing bang bungkem,itik bulu sikep atau belang kalung .kambing dan angsa. Caru Panca Kelud disamping menggunakan beberapa jenis binatang darat tersebut juga menggunakan binatang yang hidup di air seperti ikan  Nyalian,Udang,Yuyu (kepiting) dan lele.Caru Panca Kelud ini berfungsi untuk menyucikan lima arah Bhuwana yaitu arah timur,selatan,barat,utara dan tengah. Lima arah ini berarti seluruh arah agar di “somia “ dari Bhuta menjadi Dewa atau bersinar memberikan kehidupan. Karena itu anjing bang bungkem diolah dengan urip 33. Angka 33 ini dalam  konsep neptu Hindu bermakna menjadi “uriping Bhuwana”. Urip Bhuwana dengan Neptu 33 itu adalah sbb: Di arah Timur dengan urip 5 warna putih.Di arah Selatan dengan urip 9 warna merah,. Di arah Barat dengan urip 7 warnanya kuning. Di arah Utara dengan urip 4 warnanya hitam dan di Tengah dengan urip 8 warnanya brumbun.Kalau urip dari lima arah Bhuwana tersebut dijumlah kita akan menemukan angka 33.Tujuan dari melakukan upacara Mecaru adalah menegakan Urip atau kehidupan. dengan merobah kearah yang lebih baik (Nyomia) Bhuta menjadi Dewa. Mengapa anjing bang bungkem yang di olah dengan urip 33 tersebut.Karena angjing itu adalah lambang Satya.Satya artinya kesetiaan pada kebenaran dan kesetiaan pada janji suci.Kalau kesetiaan pada kebenaran dan janji suci itu ditegalkan diseluruh penjuru Bhuwana maka seluruh kekotoran dunia ini akan di bersihkan atau di Kelud. Karena itulah Caru ini disebut Panca Kelud.Sedangkan itik belang kalung atau bulu sikep diolah dengan konsep urip sarwa kutus atau serba delapan atau bisa dengan delapan saja,dengan delapan puluh atau  88. ini bermakna bahwa urip delapan itru adalah urip arah Tengah warnaya brumbun dan Dewanya Dewa Siwa. Angka delapan ini memiliki kekuatan untuk menyucikan delapan penjuru Bhuwana.Arah ditengah ini memiliki nilai sentral untuk menggerakan  kesucian Dewa Siwa untuk menyucikan semua arah Bhuwana Agung ini.Dewa Siwa sebagai manifestasi Tuhan yang berfungsi untuk melebur semua unsur alam yang sudah berakhir waktunya dalam suatu wujud tertentu yang baru.. Karena setiap ciptaan Tuhan dibatasi oleh ruang dan waktu keberadaanya di Bhuwana ini.Kalau sudah waktunya habis maka iapun akan berobah wujud.Seperti daun-daunan yang sudah tua iapun akan berobah menjadi abu atau tanah kembali. Demikianlah kekuatan Siwa ditengah akan menjadi pengerak kearah yang benar dan menghilangkan yang tidak benar. Karena itu untuk ditengah digunakan binatang Itik Belang Kalung atau Bulku Sikep.Penggunaan Itik ini sudah dijelaskan sbeluimnya bahwa hal itu agar menuntun umat menumbuhkan kemampuan untuk membeda-bedakan  atau Wiweka Jnyana.Dengan demikian jelasnya mana yang baik dan buruk orang tentunya akan memihak yang benar dan baik itu. Pada jaman Kali ini salah satu kelemahan manusia adalah mengalami kesulitan untuk membeda-bedakan yang baik dan buruk atau yang benar dan salah.Hal itu terjadi karena salah satu ciri jaman Kali manusia itu mengalami kekaburan batin.Selanjutnya penggunaan binatang Angsa sebagai sarana Caru Panca Kelud karena Angsa itu simbol kendaraan Dewa Brahma. Penggunaan Angsa ini tidak begitu jauh dengan penggunaan itik Dalam penggunaan Caru Panca Kelud itu sangat diharapkan adanya kreativitas untuk menghilangkan kekaburan batin sehingga kebaikan,kebenaran dapat dengan jelas dilihat  bedanya dengan keburukan dan ketidak benaran.Hal ini harus menjadi perjuangan hidup kita dalam mengamalkan Agama.Tanpa usaha yang serius pasti kita akan tetap akan berada pada kekaburan batin tersebut.Selanjutnya penggunaan kambing. Hal ini ada hubungannya dengan Ceritra Prabhu Angling Dharma yang memiliki kemampuan untuk mengerti bahasa binatang..Namun kemampuan itu tidak boleh diceritrakan pada orang lain. Kalau dilanggar kemampuan itu akan hilang. Pada suatu hari Prabhu Angling Dharma sedang bercengkrama dengan permaisurinya. Tiba-tiba diatas tempat tidurnya juga sedang berkasih-kasihan sepasang cecak jantan dengan betinanya. Kemesraan Sang Prabhu dengan permaisurinya itu disaksikan oleh sepasang cecak tersebut. Cecak betina minta supaya mendapat perlakuan mesra seperti mesranya Sang Prabhu memperlakukan permaisurinya. Permintaan cecak betina tersebut dipahami oleh Prabhu karena Sang Prabhu mengerti bahasa binatang.Mendengar candaria sepasang cecak itu Sang Prabhu tertawa kecil.Permaisuri bertanya mengapa Sang Prabhu tertawa. Sang Prabhu Angling Dharma tidak mau menjelaskan .Karena hal itu merupakan pantangan.Karena Sang Prabhu tidak bisa menjelaskan,maka permaisuri sangat tersinggung terus ngambek.Permaisuri menuduh Sang Prabhu mentertawakan dirinya karena dibadan Permaisuri ada tahi lalat.Sang Prabhu tidak mengakui dia mentertawakan permaisurinya.Namun tidak berani menjelaskan mengapa Sang Prabhu tertawa. Hal ini menyebabkan Permaisuri akan menceburkan diri keapi unggun untuk mati Satya. Saat Permai suri menceburkan dirinya ke api unggun Sang Prabhu pun ingin juga ikut mati bersama dengan Permaisurinya. Namun Sang Prabhu ragu-ragu.Saat ia ragu-ragu itu ada sepasang kambing jantan dan betina sedang menyaksikan peristiwa itu. Kambing betina juga meminta sesuatu kepada jantanya.Kambing jantan tidak bisa memenuhi.Kambing betina pun merencanakan akan menceburkan dirinya ke api unggun.Kambing jantan tidak bersedia mengikuti.Kambing betina bertanya mengapa ia tidak mengikuti jejak Sang Prabhu Angling Dharma.Kambing Jantan pun menjelaskan bahwa dirinya tidak dapat disamakan dengan siapapun.Saya punya pendirian tersendiri dan punya ketetapan hati untuk memegang pendirian tersebut tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain. Ceritra inilah yang menetapkan bahwa binatang kambing adalah binatng yang kuat memegang ketetapan hatinya. Karena itulah kambing diyakini dapat menjadi panutan dalam hal memegang ketetapan hati.Dengan kata lain kambing memiliki prinsip hidup tersendiri tidak mudah terombang ambing oleh pihak lain meskipun itu Sang Prabhu penguasa kerajaan sekalipun. Karena itu salah satu sikap yang harus dibina adalah memiliki prinsip hidup tersendiri  yang tegar dan berketetapan hati memegang prinsip hidup tersebut.Orang yang memiliki pendirian dan ketetapan hati itulah yang akan dapat menghilangkan pengaruh Bhuta kala yg negatif.Ceritra inilah yang menyebabkan kambing menjadi binatang Caru.Jadinya bukan menyeblihnya yang penting namun mengikuti sifat baiknya kuat memegangn prinsip hidup.



Dari : I Ketut Widiananda

Hal  :Naskah Untuk Kembang Rampe di Nusa Tenggara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net