Menurut Lontar
Dangdang Bang Bungalan Caru Panca Kelud adalah Caru tingkat madia.Binatang
korbanya menggunakan binatang korban
seperti Caru Panca Sanak ditambah dengan kambing dan angsa.Binatang yang
dipergunakan dalam Caru Panca Kelud selengkapnya adalah sbb: lima ekor
ayam,anjing bang bungkem,itik bulu sikep atau belang kalung .kambing dan angsa.
Caru Panca Kelud disamping menggunakan beberapa jenis binatang darat tersebut
juga menggunakan binatang yang hidup di air seperti ikan Nyalian,Udang,Yuyu (kepiting) dan lele.Caru
Panca Kelud ini berfungsi untuk menyucikan lima arah Bhuwana yaitu arah
timur,selatan,barat,utara dan tengah. Lima arah ini berarti seluruh arah agar
di “somia “ dari Bhuta menjadi Dewa atau bersinar memberikan kehidupan. Karena
itu anjing bang bungkem diolah dengan urip 33. Angka 33 ini dalam konsep neptu Hindu bermakna menjadi “uriping
Bhuwana”. Urip Bhuwana dengan Neptu 33 itu adalah sbb: Di arah Timur dengan
urip 5 warna putih.Di arah Selatan dengan urip 9 warna merah,. Di arah Barat
dengan urip 7 warnanya kuning. Di arah Utara dengan urip 4 warnanya hitam dan
di Tengah dengan urip 8 warnanya brumbun.Kalau urip dari lima arah Bhuwana
tersebut dijumlah kita akan menemukan angka 33.Tujuan dari melakukan upacara
Mecaru adalah menegakan Urip atau kehidupan. dengan merobah kearah yang lebih
baik (Nyomia) Bhuta menjadi Dewa. Mengapa anjing bang bungkem yang di olah
dengan urip 33 tersebut.Karena angjing itu adalah lambang Satya.Satya artinya
kesetiaan pada kebenaran dan kesetiaan pada janji suci.Kalau kesetiaan pada
kebenaran dan janji suci itu ditegalkan diseluruh penjuru Bhuwana maka seluruh kekotoran
dunia ini akan di bersihkan atau di Kelud. Karena itulah Caru ini disebut Panca
Kelud.Sedangkan itik belang kalung atau bulu sikep diolah dengan konsep urip
sarwa kutus atau serba delapan atau bisa dengan delapan saja,dengan delapan
puluh atau 88. ini bermakna bahwa urip
delapan itru adalah urip arah Tengah warnaya brumbun dan Dewanya Dewa Siwa.
Angka delapan ini memiliki kekuatan untuk menyucikan delapan penjuru
Bhuwana.Arah ditengah ini memiliki nilai sentral untuk menggerakan kesucian Dewa Siwa untuk menyucikan semua
arah Bhuwana Agung ini.Dewa Siwa sebagai manifestasi Tuhan yang berfungsi untuk
melebur semua unsur alam yang sudah berakhir waktunya dalam suatu wujud
tertentu yang baru.. Karena setiap ciptaan Tuhan dibatasi oleh ruang dan waktu
keberadaanya di Bhuwana ini.Kalau sudah waktunya habis maka iapun akan berobah
wujud.Seperti daun-daunan yang sudah tua iapun akan berobah menjadi abu atau
tanah kembali. Demikianlah kekuatan Siwa ditengah akan menjadi pengerak kearah
yang benar dan menghilangkan yang tidak benar. Karena itu untuk ditengah
digunakan binatang Itik Belang Kalung atau Bulku Sikep.Penggunaan Itik ini
sudah dijelaskan sbeluimnya bahwa hal itu agar menuntun umat menumbuhkan
kemampuan untuk membeda-bedakan atau
Wiweka Jnyana.Dengan demikian jelasnya mana yang baik dan buruk orang tentunya
akan memihak yang benar dan baik itu. Pada jaman Kali ini salah satu kelemahan
manusia adalah mengalami kesulitan untuk membeda-bedakan yang baik dan buruk
atau yang benar dan salah.Hal itu terjadi karena salah satu ciri jaman Kali
manusia itu mengalami kekaburan batin.Selanjutnya penggunaan binatang Angsa
sebagai sarana Caru Panca Kelud karena Angsa itu simbol kendaraan Dewa Brahma.
Penggunaan Angsa ini tidak begitu jauh dengan penggunaan itik Dalam penggunaan
Caru Panca Kelud itu sangat diharapkan adanya kreativitas untuk menghilangkan
kekaburan batin sehingga kebaikan,kebenaran dapat dengan jelas dilihat bedanya dengan keburukan dan ketidak
benaran.Hal ini harus menjadi perjuangan hidup kita dalam mengamalkan
Agama.Tanpa usaha yang serius pasti kita akan tetap akan berada pada kekaburan
batin tersebut.Selanjutnya penggunaan kambing. Hal ini ada hubungannya dengan
Ceritra Prabhu Angling Dharma yang memiliki kemampuan untuk mengerti bahasa
binatang..Namun kemampuan itu tidak boleh diceritrakan pada orang lain. Kalau
dilanggar kemampuan itu akan hilang. Pada suatu hari Prabhu Angling Dharma
sedang bercengkrama dengan permaisurinya. Tiba-tiba diatas tempat tidurnya juga
sedang berkasih-kasihan sepasang cecak jantan dengan betinanya. Kemesraan Sang
Prabhu dengan permaisurinya itu disaksikan oleh sepasang cecak tersebut. Cecak
betina minta supaya mendapat perlakuan mesra seperti mesranya Sang Prabhu
memperlakukan permaisurinya. Permintaan cecak betina tersebut dipahami oleh
Prabhu karena Sang Prabhu mengerti bahasa binatang.Mendengar candaria sepasang
cecak itu Sang Prabhu tertawa kecil.Permaisuri bertanya mengapa Sang Prabhu
tertawa. Sang Prabhu Angling Dharma tidak mau menjelaskan .Karena hal itu
merupakan pantangan.Karena Sang Prabhu tidak bisa menjelaskan,maka permaisuri
sangat tersinggung terus ngambek.Permaisuri menuduh Sang Prabhu mentertawakan
dirinya karena dibadan Permaisuri ada tahi lalat.Sang Prabhu tidak mengakui dia
mentertawakan permaisurinya.Namun tidak berani menjelaskan mengapa Sang Prabhu
tertawa. Hal ini menyebabkan Permaisuri akan menceburkan diri keapi unggun
untuk mati Satya. Saat Permai suri menceburkan dirinya ke api unggun Sang
Prabhu pun ingin juga ikut mati bersama dengan Permaisurinya. Namun Sang Prabhu
ragu-ragu.Saat ia ragu-ragu itu ada sepasang kambing jantan dan betina sedang
menyaksikan peristiwa itu. Kambing betina juga meminta sesuatu kepada
jantanya.Kambing jantan tidak bisa memenuhi.Kambing betina pun merencanakan
akan menceburkan dirinya ke api unggun.Kambing jantan tidak bersedia
mengikuti.Kambing betina bertanya mengapa ia tidak mengikuti jejak Sang Prabhu
Angling Dharma.Kambing Jantan pun menjelaskan bahwa dirinya tidak dapat
disamakan dengan siapapun.Saya punya pendirian tersendiri dan punya ketetapan
hati untuk memegang pendirian tersebut tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain.
Ceritra inilah yang menetapkan bahwa binatang kambing adalah binatng yang kuat
memegang ketetapan hatinya. Karena itulah kambing diyakini dapat menjadi
panutan dalam hal memegang ketetapan hati.Dengan kata lain kambing memiliki
prinsip hidup tersendiri tidak mudah terombang ambing oleh pihak lain meskipun
itu Sang Prabhu penguasa kerajaan sekalipun. Karena itu salah satu sikap yang
harus dibina adalah memiliki prinsip hidup tersendiri yang tegar dan berketetapan hati memegang
prinsip hidup tersebut.Orang yang memiliki pendirian dan ketetapan hati itulah
yang akan dapat menghilangkan pengaruh Bhuta kala yg negatif.Ceritra inilah
yang menyebabkan kambing menjadi binatang Caru.Jadinya bukan menyeblihnya yang
penting namun mengikuti sifat baiknya kuat memegangn prinsip hidup.
Dari : I Ketut
Widiananda
Hal :Naskah Untuk Kembang Rampe di Nusa Tenggara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar