Upacara Naur Danda Kelepasan telah disinggung dalam
tulisan sebelumnya sebagai awal dari upacara Nuntun Dewa Hyang di Kamulan.
Upacara Naur Danda Kelepasan disebutkan dalam Lontar Pitutur Lebur Gangsa.Sedangkan
dalam Lontar Sang Hyang Lebur Gangsa disebut Upacara “ Panyudamala”. Namun tujuan
upacara Panyudamala tersebut dinyatakan dalam Lontar Sang Hyang Lebur
Ganggsa juga untuk Naur Danda. Adapun sebagian teks Lontar Pitutur Lebur Gangsa
itu dapat saya kutipkan sbb: Yan riwus ira atiwa-tiwa wong pejah ,sekahang
pitrane,mwnag mamukur.ri wus linukatan
sang Siwa mwang sang bodha,mwang ngunggahang dewa pitra ring ibu dengen
ring kamulan,nanging tawurin dandane.Apan
makweh dandane sering lepas angucap,sakalwiring danda yadyan sawuh
munyi,upatta,sesangi,upattaning hyang,upattaning dewa.
Artinya: Kalau sudah atiwa-tiwa (Ngaben) untuk orang yang sudah
meninggal.Sang Pitara diupacarai Nyekah atau Memukur.Seytelah itu dilukat Sang
Pitara oleh Pandita Siwa Bodha dan stanakan Sang Pitra di Ibu Dengen atau di
Kamulan.Tetapi sebelumnya bayar hukumanya.Karena banyak hukumanya seperti
sering salah ucap segala hukuman seperti sauh munyi bersumpah (Sapatta),sesangi
salah sepata pada Dewa Hyang atau sepata pada Dewa.
Dalam Lontar Pitutur Lebur Gangsa dinyatakan bahwa upacara
Naur Danda ini disebutkan dilakukan sebelum Dewa Pitara distanakan di Kamulan.
Namun menurut Lontar Sang Hyang Lebur Gangsa dinyatakan bahwa Upacara
Penyudamala untuk Naur Danda ini dilakukan setelah Dewa Pitara itu distanakan
di Kamulan terus pratisentana menyembah barulah dilakukan Upacara
Panyudamala.Mengenai perbedaan keterangan tersebut nampaknya tidak terlalu
prinsip.Yang jelas upacara Naur Danda itu harus ada. Bentuk Upacara Naur Danda
itu disebutkan menggunakan banten
Panglukatan dalam Lontar Pituturt Lebur Ganggsa sedangkan dalam Lontar Sang
Hyang Lebur Ganggsa menggunakan banten panyudamala. Kedua banten ini
sesungguhnya sama maknanya. Pengelukatan berasal dari kata “lukat “.Kata “lukat” ini dalam bahasa jawa kuna artinya
membebaskan atau melepaskan.Dalam kaitanya dengan Upcara Naur Danda ini Ngelukat artinya membebaskan sang Dewa Pitara dari segala dosa dan hukuman akibat dari
kesalahan yang mungkin pernah dilakukan dalam hidupnya di dunia ini. Demikian
juga istilah Sudamala. Istilah Sudamala ini berasal dari kata “suda” dan “mala
“. Suda artinya suci dan mala artinya kotor. Upacara Suda mala artinya
mepepaskan sang Dewa Pitara dari perbuatan kotornya semasa hidupnya di dunia
ini.Bagaimana kita dapat memahami Upacara naur danda untuk melepsakan segala Dosa sang Dewa pitara ini.Padahal dalam
ajaran Karmaphala dinyatakan setiap perbuatan yang dilakukan pasti akan berpahala
kepada yang bersangkutan.Mungkin Pratisentananya
Dari : Ni Made Yuliani.
Hal : Naskah Untuk Kembang Rampe di Nusa
Tenggara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar