Senin, 30 Januari 2017

RANGKAIAN UPACARA NUNTUN DEWA HYANG

Rangkaian upacara Nuntun Dewa Hyang  yang paling penting adalah menyiapkan Banten Daksina Pelinggih.Berdasarkan petunjuk Lontar Purwa Bhumi Kamulan maupun Lontar Pitutur Lebur Gangsa sama-sama menyatakan bahwa sebagai “pengadegan” Sang Dewa Pitara digunakan Daksina Pelinggih. Secara garis besarnya rangkaian Upacara Nuntun Dewa Hyang berdasarkan Lontar Purwa Bhumi Kamulan dapat dibagi menjadi sembilan tahapan. Pada mulanya menyiapkan sarana upacara terutama Daksina Palinggih. Tempurung kelapa yang dijadikan bahan pokok untuk membuat Daksina Palinggih ini umumnya dikerik bersih sampai diminyaki dengan minyak kelapa gading.Karena untuk lambang stana Sang Dewa Pitara tentunya kelapa itu supaya benar-benar tidak ada bekas serabutnya sama sekali.Serabut kelapa itu adalah lambang ikatan indria.Karena sudah berstatus Dewa Pitara tentunya sudah tidak ada lagi lambang ikatan indria.Tahap berikutnya adalah menghaturkan Sang Dewa Pitara Puja Tarpana lewat sarana Daksina Palinggih tersebut.Setelah Sang Dewa Pitara dihaturkan Puja Tarpana seluruh Pratisentana menghaturkan bhakti kepada Sang Dewa Pitara.Setelah Pratisentana itu menghaturkan bhakti barulah Sang Dewa Pitara dituntun distanakan di Palinggih Kamulan. Cara menstanakan  Sang Dewa Pitara itu dengan menstanakan Daksina Palinggih diPalinggih Kamulan.Kalau Sang Dewa Pitara meraga lanang Daksina Palinggih distanakan pada bagian kanan palinggih Kamulan.Kalau meraga istri Daksina Palinggihnya distanakan di bagian kiri dari Palinggih Kamulan.Setelah itu Sang Dewa Pitara mendapatkan Puja Mantra Jaya-jaya dari Pandita yang memimpin upacara Dewa Pitara tersebut.Setelah mendapatkan Puja Mantra jaya-jaya dari Pandita Pratisentana Sang Dewa Pitara kembali menghaturkan bhakti kepada Sang Dewa Pitara.Acara selanjutkan Pandita memanjatkan Puja Pralina dan Mantram Penyimpenan untuk mempersilahkan Sang Dewa Pitara kembali berbadan Suksma atau Niskala. Daksina Palinggih atau Pengadegan Sang Dewa Pitara di”lukar” terus dibakar.Abunya dimasukan kedalam kelapa gading disertai kwangen.Acara terakhir adalah kelapa gading tersbut ditanam dibelakang palinggih Kamulan.

Namun rangkaian Upacara Nuntun Dewa Hyang itu sedikit berbeda kalau berdasarkan  isi Lontar Pitutur Lebur Gangsa. Upacara Nuntun diawali dengan Upacara “ Nuwur Danda Kalepasan “.Upacara ini bermakna melepaskan segala dosa,noda dan tanggung jawab Sang Dewa Pitara yang pernah diperbuat semasa hidupnya.Upacara tersebut juga bermaksudkan untuk mengambil segala tanggung jawab leluhur  oleh Pratisentananya.Hal ini dimaksudkan agar Sang Dewa Pitara benar-benar suci adanya.Karena segala dosa,noda dan berbagai tanggung jawab leuhur semaih hidupnya semuanya diambil alih oleh Pratisentananya .Krena semua tanggung jawab leluhur itu hanya dapat diperbaiki lewat perbuatan di dunia nyata ini.Sedangkan leluhur yang sudah menjadi Dewa Pitara tidak mungkin dapat memperbaikinya karena sudah tidak hanya berbadan Niskala dan tidak ada di dunia ini. Dunia ini ibarat Sekolah untuk memperbaiki berbagai kekurangan yang  terjadi.Karena itu segala dosa,noda dan berbagai kekuranga leluhur itu sudah menjadi kewajiban Pratisentananya yang mengambil tanggung jawabnya. Pengambil tanggung jawab leluhur itu juga sebagai pembayaran hutang moral (Rina) kepada leluhur.Dalam Lontar Purwa Bhumi Kamulan Upacara  yang berfungsi mengambil oper tanggung jawab Sang Dewa Pitara itu tidak dinyatakan secara secara khusus. Namun dengan ditingkatkanya kedudukan Sang Pitara menjadi Dewa Pitara hal itu sudah tersirat segala pengalihan tanggng jawab leluhur kepada Pratisentananya.Upacara selanjutnya tidak begitu berbeda dengan tatacara Nuntun Dewa Hyang selanjutnya seperti yang di nyatakan dalam Lontar Purwa Bhumi Kamulan. Karena Lontar Pitutur Lebur Gangsa juga menyatakan bahwa Pelinggih Sang Dewa Pitara juga menggunakan Daksina Palinggih seperti disebutkan dalam Lontar Purwa Bhumi Kamulan. Karena itu setelah melangsungkan upacara Upacara “Nuwur Danda Kalepasan dilangsungkan membuat Daksina Palinggih seperti diuraikan di depan.Diteruskan dengan melangsungkan Puja Mejaya-jaya dari Pandita sebagai ritual untuk menyatukan Dewa Pitara dengan Daksina Pelinggih sebagai simbol stananya.Setelah Dewa Pitara berstana di Daksina Palinggih semua Pratisentana kembali melakukan sembah bhakti kepada Sang Dewa Pitara. Setelah itu barulah Sang Dewa Pitara distanakan di Pelinggih Kamulan.Sebagai penutup kembali Pratisentana menghaturkan Bhakti kepada Dewa Pitara terus Sang Pandita melakukan Puja Pralina untuk Mralina secara fisik wujud Daksina Palinggihnya. Sedangkan Sang Dewa Pitara terus menuju Stananya di Niskala bersama-Dewa Pitara sebelumnya.Stana tersebutlah yang disebut Pelinggih Kamulan.



Dari : Ni Made Yuliani.

Hal  : Naskah Untuk Kembang Rampe di Harian Nusa Tenggara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net