Kamis, 05 Maret 2015

BHUTA YADNYA , KORBAN SUCI UNTUK BHUTA DAN KALA ...

Bhuta Yadnya adalah korban uci yang ditujukan untuk Bhuta dan Kala yaitu berbagai macam jenis roh halus yang tingkatannya lebih rendah dari manusia, dan umumnya dianggap sebagai penjaga tempat-tempat tertentu dengan fungsi dan tugas khusus, serta sebagai pengganggu yang dianggap dapat menyesatkan atau menimbulkan akibat yang tidak baik.
Di dalam Weda terdapat banyak jenis Bhuta seperti : Paisaca, Yaksa, Raksasa, Danawa, Sarama, Naga. Bhuta tergolong sebagai Asura (bukan Dewa) sifatnya bertentangan dengan sifat Dewa. Mereka sering jadi penghambat orang yang ingin mengadakan hubungan dengan Tuhan. Mereka sering merasa berkuasa. Untuk mengatasi, mendamaikan atau membujuknya, mereka harus dilayani dan dipuaskan keinginannya. Mereka diberi sesajen yang disebut "Caru" yang disajikan di tempat-tempat tertentu. Umumnya Cari terdiri atas benda-benda yang berbau tajam seperti bawang, jahe, jeroan (isi perut binatang), darah, nasi dan minuman beralkohol. Semuanya diramu dan diolah dengan cara tertentu. Caru yang paling sederhana adalah nasi putih dengan garam dan bawang sebagai lauknya. Ada juga jenis Bhuta yang tak mau berdamai, maka fungsi mantra dan api takep sangat penting. Api bersifat mengusir dan bila perlu memusnahkan mereka.
Tujuan melaksanakan Bhuta Yadnya adalah untuk mengusir roh jahat, memberi kesenangan kepada roh-roh yang bertugas tertentu, dan mengadakan perdamaian dengan roh/Bhuta dan Kala agar tidak mengganggu dan memberi jalan bagi terlaksananya upacara tertentu.
Beberapa jenis upacara Bhuta Yadnya yang dapat dilakukan yaitu :
  1. Segahan
    Segahan adalah bentuk Bhuta Yadnya terkecil yang dilakukan setiap hari atau pada hari-hari tertentu (purnama, tilem, kajeng kliwon dan sebagainya). Dibuat dengan beralas celemik (berbentuk segitiga dari daun kelapa), berisi bawang, jahe, garam, beras dan nasi putih atau berwarna tertentu serta dihiasi dengan bunga. Ada beberapa macam segahan yaitu Segahan Kepel (nasinya dikepal dengan tangan), Segahan Cacahan (nasinya ditaburkan), Segahan Agung (nasinya berwarna putih dan hitam).

  2. Gelar Sanga
    Gelar sanga adalah bentuk segahan tetapi dalam bentuk dan isi yang lebih lengkap, lebih banyak dan lebih sempurna. Penggunaannya biasanya pada upacara besar seperti Odalan. Gelar Sanga dibedakan menjadi Gelar Sanga Alit (kecil) dan Gelar Sanga Agung (besar).

  3. Caru
    Caru adalah bentuk Bhuta Yadnya yang besar dan bersifat umum, dengan tujuan tertentu seperti mengusir roh jahat, menyucikan wilayah dan lain-lain. Ada beberapa macam Caru yang dikenal.

  4. Bea kaon/Beakala
    Bea kaon adalah semacam caru yang ditujukan untuk penyucian badan jasmani manusia. Umumnya dilakukan pada hari-hari tertentu yang ada kaitannya dengan Manusa Yadnya atau upacara syukuran lainnya.
Pada umumnya Bhuta yadnya diselenggarakan berkaitan dengan upacara tertentu antara lain :

  1. Berkaitan dengan Tahun Baru Saka (Caru Kesanga/Tawur Agung) yang diselenggarakan sehari sebelum Hari Raya Nyepi. Juga ada caru untuk tiap rumah dan caru umum di perapatan jalan yaitu caru panca sata.
  2. Berkaitan dengan pembuatan bangunan antara lain: caru pangerupuk, beakala, durmanggala, prayascita, segahan, caru untuk mamakuh.
  3. Yang paling besar berkaitan dengan upacara Ekadasa Rudra di Pura Besakih setiap 100 tahun sekali.

*dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net