IDR 28800.00
| SIZE | PRICE (IDR) |
|---|---|
| 12,5 x 18,5 cm | 28800.00 |
PRODUCT DETAILS
Penulis : Sukrawati, S.Ag, M.Si.
tebal : 154 hal
Deskripsi : Om Swastyastu,
Atas Anugrah-Nya-lah, kumpulan-kumpulah materi kuliah Acara I Agama Hindu dapat dirangkum menjadi sebuah buku yang sangat sederhana. Buku ini kami beri judul; “Kaedah beryadnya, Orang-Orang Suci dan Tempat Suci”. Awalnya kami bertiga diberi kepercayaan oleh Universitas Hindu Indonesia, untuk mengasuh mata kuliah “Ekstra Kurikuler di bidang Upakara”. Bertitik tolak dari keberadaan tersebut, kami ingin memberikan materi berdasarkan sistem perkuliahan dalam Acara I Agama Hindu.
Semua judul buku ini adalah “Acara I”, setelah selesai di edit tenyata pengertian acara adalah suatu tingkah laku manusia menuju alkuturasi yang sempurna, baik perorangan maupun kelompok masyarakat yang didasari atas suatu kaedah-kaedah pelestarian (Local Genius), berupa Weda yang tertulis (bersumber pada Weda) maupun tidak tertulis (bersumber dari Tradisi/Budaya Bali).
Kaedah-kaedah tersebut mengungkap Pengertian beryajnya, Macam-macam yajnya, kedudukan yajnya dan fungsi yajnya. Belakangan ini, banyak masyarakat kita mempertanyakan keberadaan yajnya. Karena yajnya yang dilakukan lebih menonjolkan “Yajnya yang bersifat Rajasika dan Tamasika Yajnya” (Yajnya yang berdasarkan atas egoisme), sedangkan yang diharapkan oleh para orang-orang suci adalah “Sattwika Yajnya” (yajnya yang berdasarkan filosofis sastra “weda”). Dengan memahami kaedah-kaedah beryadnya, maka Weda maupun Tradisi/Budaya, dapat melahirkan yadnya yang “Sattwika Yadnya”.
Orang-orang suci sangat dominan pengaruhnya terhadap konsep-konsep dan kaedah-kaedah yang diwacanakan, dalam realisasi pelaksanaan yajnya. Dengan memahami latar belakang sejarah kehadiran orang-orang suci ke Bali, mampu merubah pandangan kita dari wangsa (wangsa yang dikategorikan lebih tinggi) yang satu dengan wangsa yang lainnya (wangsa yang dikategorikan lebih rendah), bahwa sesungguhnya diantara kita tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah, yang ada hanyalah kemampuan kita untuk mengambil salah satu profesi kita masing-masing, yang pada akhir kita berhak menjadi orang suci, jika dikehendaki oleh masyarakat pendukungnya, melalui sebuah acara “Mawinten/Medikdsa”, sesuai dengan kemampuan individu untuk memahami sastra agama “Weda”.
Adanya Kaedah-kaedah dan Orang-orang suci, tentu akan memerlukan tempat untuk merealisasikan kedua hal tersebut, dalam menciptakan hubungan yang harmonis antara kaedah yang diwujudkan dalam simbolis yadnya, dan orang-orang yang menggeraknya proses Yadnya sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Dengan diterimanya komitmen Yadnya dan orang suci di masyarakat, maka dengan sukarela masyarakat akan membangun sebuah tempat suci yang disebut dengan “Pura”. Pura yang bersih indah dan lestari menunjukkan suatu masyarakat yang aman dan damai dibawah alkuturasi “Weda dan Tradisi”, bila Pura dimasalahkan, diperebutkan, dimaterialisasikan “Pura dibongkar oleh Investor” (hal ini terjadi di Sanur, Bali Post Selasa 16 Oktober 2007), ini menunjukkan bahwa alkuturasi antara Weda dan Tradisi, telah gagal. Harapan kita kedepan, mari kita berjalan kedepan secara berhati-hati, dengan mendasarkan diri pada Weda dan menyepakati Tradisi yang masih eksis (Lokal Genius), dalam usaha menciptakan kesejahteraan bersama secara universal.
Demikian tiga masalah pokok, Kaedah-Kaedah, Orang-Orang Suci dan Pura, yang dibahas dalam buku ini. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi kita semua. Jelas buku kecil ini jauh dari sempurna, kritik dan saran kami sangat mengharapkan dari pembaca yang budiman, sebagai akhir kata kami sampaikan prama santih.
Om Santih, Santih, Santih, Om
*[Harga belum termasuk ongkos kirim. Ongkos kirim minimal dihitung berdasarkan berat barang 1 kg, kami sarankan Anda memesan beberapa barang untuk menekan ongkos kirim]
sumber : http://www.iloveblue.net/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar